NovelToon NovelToon
KAIL AMARASANA

KAIL AMARASANA

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem
Popularitas:419
Nilai: 5
Nama Author: Yusup Nurhamid

Di negeri Amarasana, tempat keajaiban kuno disembunyikan di balik kehidupan sederhana, Ghoki (17), seorang anak pemancing yatim piatu dari Lembah Seruni, hanya memiliki satu tujuan: mencari ikan untuk menghidupi neneknya.
Kehidupan Ghoki yang tenang dan miskin tiba-tiba berubah total ketika Langit Tinggi merobek dirinya. Sebuah benda asing jatuh tepat di hadapannya: Aether-Kail, sebuah kail pancing yang terbuat dari cahaya bintang, memancarkan energi petir biru, dan ditenun dengan senar perak yang disebut Benang Takdir.
Ghoki segera mengetahui bahwa Aether-Kail bukanlah alat memancing biasa. Ia adalah salah satu dari Tujuh Alat Surgawi milik para Deva, dan kekuatannya mampu menarik Esensi murni dari segala sesuatu—mulai dari ikan yang bersembunyi di sungai, kayu bakar ya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yusup Nurhamid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perlombaan Melawan Waktu di Danau Sembilan Arus

​Setelah berhasil mengamankan Duri Cahaya ke dalam Aegis-Manta, yang kini terasa lebih ringan dan memancarkan cahaya keemasan lembut, Ghoki dan timnya turun dari Menara Sunyi. Mereka bergerak cepat, memanfaatkan sisa Visio-Sonar untuk menghindari patroli Penjaga Varun yang mulai membanjiri Pegunungan Kasta.

​Nenek Penjaga Menara tetap tinggal, berjanji akan mengacaukan jalur pelacakan Penjaga menggunakan ilusi kabut.

​Tujuan mereka selanjutnya: Danau Sembilan Arus, sebuah danau besar yang terbentuk di kawah gunung berapi yang sudah lama mati, dinamai dari sembilan arus bawah air berbahaya yang bertemu di dasarnya. Menurut pesan Ayah Ghoki, di sanalah Lonceng Gema disembunyikan.

​Perjalanan itu panjang dan melelahkan. Kaelen memimpin jalan, menggunakan kekuatannya untuk membersihkan rintangan fisik, sementara Lysandra mengawasi bayangan, mencari tanda-tanda pengejar. Ghoki, kini lebih percaya diri, fokus pada Aether-Kail, mencari Esensi yang mencurigakan.

​Pada hari ketiga perjalanan, Visio-Sonar Ghoki berteriak bukan karena bahaya fisik, melainkan karena distorsi. Ia merasakan Esensi Waktu yang Melambat di depan mereka.

​"Berhenti!" perintah Ghoki, mengangkat tangan. "Ada yang tidak beres. Di depan, waktu berjalan lebih lambat. Mungkin Varun sudah mengirim orangnya."

​Lysandra mengamati bayangannya. "Bayangan di sana bergerak seperti sirup. Itu pasti pengaruh Lonceng Gema."

​Mereka tahu ini adalah jebakan. Varun tidak akan hanya mengirim Jenderal Gorok.

​Ketika mereka mendekati tepi Danau Sembilan Arus, pemandangan di depan mereka sangat aneh. Burung-burung terbang sangat lambat, suara jangkrik terdengar seperti rekaman yang melambat, dan air danau tampak membeku dalam pusaran yang indah.

​Di tengah keanehan itu, berdiri seorang wanita elegan dengan jubah biru tua, memegang sebuah lonceng kuno berwarna perunggu—Lonceng Gema. Wajahnya menunjukkan konsentrasi yang dalam. Ini adalah Lady Seraphina, seorang penyihir waktu yang loyal kepada Varun.

​"Terlambat, pemancing kecil," kata Seraphina, suaranya mencapai mereka meskipun waktu telah melambat. Ia memegang Lonceng Gema. "Kekuatan Esensi Waktu ada di tanganku. Aku akan melambatkan waktu kalian hingga kalian menjadi patung, dan aku akan membawa kail langitmu pada Varun."

​Seraphina membunyikan Lonceng Gema dengan lembut. Suara lonceng itu terdengar sangat panjang dan berat.

​Ghoki, Lysandra, dan Kaelen merasakan beban yang luar biasa menimpa mereka. Gerakan mereka melambat hingga hampir berhenti. Ghoki mencoba mengangkat Aether-Kail, tetapi rasanya seperti mengangkat batu karang.

​"Kita tidak bisa melawannya!" teriak Kaelen, suaranya serak dan lambat.

​Ghoki berjuang melawan lautan waktu yang melambat. Ia ingat pelajaran dari Elara: Gunakan Aegis-Manta untuk memblokir gangguan takdir. Manipulasi waktu adalah gangguan takdir terbesar.

​Ghoki melepaskan Aether-Kail dari genggaman kirinya dan memegang Aegis-Manta dengan kedua tangan. Gada Perisai itu, yang kini memiliki Duri Cahaya tertanam di dalamnya, memancarkan cahaya keemasan terang.

​Saat Ghoki memegang Gada itu, ia merasakan Esensi Perlindungan absolut menyebar. Beban waktu yang melambat langsung terangkat dari tubuhnya. Meskipun dunia di sekitarnya masih bergerak sangat lambat, Ghoki, Kaelen, dan Lysandra kini bergerak dengan kecepatan normal.

​"Aegis-Manta menetralkannya!" seru Ghoki. "Cahaya Duri Cahaya membantunya!"

​Lady Seraphina terkejut. "Mustahil! Penangkal Takdir itu tidak seharusnya bekerja melawan waktu!"

​"Ia bekerja melawanmu!" balas Ghoki.

​Konflik di Tepi Danau

​Mereka bergegas maju. Seraphina mengarahkan Lonceng Gema ke tanah, membunyikannya lagi. Tanah di depan mereka tiba-tiba menua dengan cepat—rumput menjadi abu, batu menjadi debu. Dia menggunakan Esensi Waktu untuk menghancurkan.

​Kaelen melompat ke depan, menggunakan tubuhnya sebagai perisai. Ia memukul tanah yang menua dengan tinjunya, membalik Esensi Waktu yang menyerang mereka dengan kekuatan fisiknya yang murni. "Ghoki! Seraphina harus kehilangan Lonceng itu!"

​Lysandra, bergerak cepat dalam waktu yang dinetralkan, memanfaatkan bayangan yang melambat untuk menyelinap ke sayap Seraphina, dua belatinya siap.

​Ghoki, dengan Aegis-Manta di tangan kirinya, harus membuat keputusan sulit. Ia harus melepaskan Aegis-Manta untuk menggunakan Aether-Kail dan memancing Lonceng Gema.

​"Kaelen, Lindungi aku!" perintah Ghoki.

​Ia meletakkan Aegis-Manta di tanah. Seketika, beban waktu yang melambat menyerang mereka lagi, tetapi Kaelen dan Lysandra, yang dilindungi oleh sisa aura Gada, tetap bergerak.

​Ghoki meraih Aether-Kail. Ia melihat Esensi Waktu yang kacau balau berputar-putar di sekitar Lonceng Gema, ditarik oleh Seraphina.

​Aku memancing... Esensi Keterikatan Lonceng Gema dengan Lady Seraphina!

​Ghoki menarik. Itu adalah tarikan yang sulit. Ia tidak menarik lonceng itu sendiri, tetapi menarik hubungan Esensi yang mengikat Seraphina dengan artefak tersebut.

​Seraphina berteriak. "Tidak! Ikatan Esensiku...!"

​Saat Ghoki menarik, ikatan itu terputus. Lonceng Gema terlepas dari tangan Seraphina dan melayang di udara, menuju Ghoki.

​Ghoki menangkap Lonceng Gema. Begitu ia memegangnya, kekacauan waktu di sekitar mereka berhenti. Dunia kembali bergerak dengan kecepatan normal. Burung-burung terbang menjauh, dan suara air danau kembali menderu.

​Lady Seraphina, kelelahan karena Esensi Waktu yang terputus, jatuh ke tanah. Lysandra segera mengamankannya.

​Ghoki kini memegang tiga Alat Surgawi. Aether-Kail di tangan kanan, Aegis-Manta di tangan kiri, dan Lonceng Gema di genggaman Aether-Kail.

​Lonceng Gema berdenyut dengan Esensi Waktu yang kuat. Ghoki, secara insting, menyentuhkan Lonceng itu ke Aegis-Manta.

​Dalam kilatan cahaya biru-emas-perunggu, Lonceng Gema menyatu dengan Aegis-Manta. Gada Perisai itu kini tampak berlapis perunggu, dan Ghoki merasakan kemampuannya untuk mengendalikan waktu dalam skala mikro—mempercepat refleksnya, atau memperlambat serangan lawan dalam sekejap.

​"Tiga alat," gumam Ghoki, memandangi Gada barunya. "Ayah benar. Varun mengincar yang lain."

​"Dia mungkin mencari Jubah Bayangan selanjutnya," kata Lysandra, menunjuk ke arah barat, di mana gurun tandus berada. "Kita harus mendahuluinya."

​Dengan alat baru dan semangat yang membara, tim Ghoki, yang kini menyadari betapa pentingnya peran mereka sebagai Penjaga Takdir Amarasana, segera melanjutkan perjalanan ke gurun yang panas.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!