NovelToon NovelToon
AKULAH ANTAGONIS IDAMAN

AKULAH ANTAGONIS IDAMAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Sistem / Fantasi Wanita
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Monacim

Felisha Rumi adalah seorang siswi SMA yang mendapatkan gelar ratu sekolah. Kecantikan yang kekayaan yang ia miliki sangat menunjang hidupnya menjadi yang paling dipuja. Namun sayang, Felisha merasa cinta dan kasih sayang yang ia dapatkan dari kekasih dan teman-temannya adalah kepalsuan. Mereka hanya memandang kecantikan dan uangnya saja. Hingga suatu hari, sebuah insiden terjadi yang membuat hidup Felisha berakhir dengan kematian yang tragis.

Namun, sebuah keajaiban datang di ambang kematiannya. Ia tiba-tiba terikat dengan sebuah sistem yang dapat membuatnya memiliki kesempatan hidup kedua dengan cara masuk ke dalam dunia novel yang ia baca baru beberapa bab saja. Dirinya tiba-tiba terbangun di tubuh seorang tokoh antagonis bernama Felyasha Arumi yang sering mendapatkan hinaan karena bobotnya yang gendut, kulit yang tak bersih, dan wajah yang banyak jerawat. Terlebih ... dirinya adalah antagonis paling tak tahu diri di novel itu.

Bagaimanakah Felisha menjalankan hidup barunya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Monacim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

KEMATIAN TRAGIS

Anting dengan permata batu rubi itu bergoyang seirama dengan gerakan turun tangga yang dilakukan gadis cantik sengan gaun putih di atas lutut dan rambut yang tergerai indah. Saat langkahnya mencapai lantai, tangan lentiknya menepuk jidat mulus bak porselen.

"Ya ampun lupa!"

Dialah Felisha Rumi, si cantik yang mendapat gelar ratu sekolah karena kecantikan juga kekayaan yang ia miliki. Saat yang bersamaan, seorang wanita paruh baya yang masih terlihat cantik muncul dari arah dapur. Saras—ibunya Felisha bersedekap sambil geleng-geleng kepala.

"Mau ke mana lagi kamu, Felisha? Ini sudah ketiga kalinya kamu mau keluar rumah. Pagi, siang, terus malam-malam begini?"

"Aduh, Mah. Entar dulu deh. Aku tuh lupa nyuruh Pak Yudi bawa Lamborghini aku ke bengkel. Gimana, dong? Mana udah janji sama temen bawa mobil yang itu," rengek Felisha merasa teramat gelisah.

"Ya lagian kenapa harus mobil yang itu? Kan ada mobil yang lainnya."

Felisha lekas menggeleng resah. "Nggak bisa, Mah. Aku udah janji sama temen yang mau bikin MV pakek mobil aku. Aduh, gawat sih kalau aku datang nggak pakai mobil itu. Bisa marah mereka."

"Lagian teman-teman kamu tuh banyak maunya. Apa-apa pasti minta yang mewah terus," cibir Saras.

"Ya kan wajar. Aku tuh anak orang kaya yang kata mereka punya segalanya. Masa aku nggak bisa bantuin mereka sih," cicit Felisha memainkan keychan tas mungilnya.

"Ya mau gimana lagi? Emang ada bengkel yang buka malam ini? Kalaupun ada pasti nunggunya lama, Felisha. Lagian, ada-ada aja deh. Bikin MV apa sih."

"Jadi Mamah punya solusi, nggak? Kalau enggak aku mau pinjam mobil ke Om Dicky aja," kata Felisha ingin segera pergi, tetapi lengannya langsung ditahan oleh Saras.

"Eh, jangan! Malu-maluin banget minjam mobil padahal kita punya banyak. Udah deh, Mamah nggak suka kamu dikendalikan temanmu seperti ini. Sekarang kamu berangkat ke temenmu dan bilang mobilnya lagi rusak. Kalau enggak, mending kamu naik aja ke atas lagi. Jangan keluar rumah!" Final Saras seraya melangkah pergi menuju kamarnya meninggalkan Felisha yang nyaris gigit jari karena kecerobohannya sendiri.

"Gimana dong? Apa gue jujur aja, ya?" monolog Felisha bimbang.

Di sisi lain, teman-teman Felisha sudah berkumpul di sebuah gedung yang mereka sewa untuk membuat MV lagu pertama milik Randy Anorga—kekasih Felisha. Semua property sudah tertawa aesthetic di tempatnya sesuai konsep, tinggal menunggu mobil lamborghini yang akan dibawa oleh Felisha.

"Mana Felisha, Ran? Udah setengah jam nih kita nunggu. Katanya mau pinjemin mobil lamborghini punya dia," celetuk Beno—teman Randy sekaligus gitaris band.

Randy berdiri sambil menghubungi Felisha. Nomor gadis itu tak aktif, membuat decaknya semakin keras saja. Fotografer yang sudah stand by pun sudah terlihat uring-uringan karena menunggu lama.

Tak lama terdengar suara langkah kaki tergesa-gesa menuju ke arah mereka. Pintu studio itu terbuka, menampilkan Felisha yang datang dengan tampilan super cantiknya. Namun, tak ada kesan manis apapun dari Randy setelah melihat kekasihnya tersebut datang.

"Mana mobilnya? Harusnya tadi kamu bawa ke sini aja langsung biar bisa langsung mulai syutingnya," tanya Randy mendekati Felisha yang tertunduk dengan raut wajah merasa serba salah.

"Eung ... I-itu ... mobilnya rusak ternyata, Sayang. Belum sempat aku perbaiki. Aku beneran lupa. Sumpah deh. Tadinya aku panggil montir langganan buat datang ke rumah, tapi ... baru bisa datang jam sembilan nanti. Jadi ... aku bawa mobil yang lain aja," tutur Felisha.

Ranya mengangkat kedua tangannya dengan geram, lalu menghempaskannya dengan helaan napas kasar. Felisha semakin menunduk merasa bersalah. Sudah ia duga sebelumnya, Randy akan marah besar padanya.

Seorang gadis yang sedari tadi duduk di kursi pojok pun berdiri dan berjalam menghampiri mereka semua. Dia adalah Windy—salah satu teman dekat Felisha di sekolah.

"Gini, gue punya solusi. Gue punya om yang punya lamborghini. Tadi gue liat mobilnya singgah di depan klub malam. Biasanya sih beliau mau pinjemin itu mobil asalkan salah satu dari kita ada yang temenin dia minum. Nggak minum kok, dia doang yang minum. Yang nemenin cuma nyahutin beliau ngomong apa aja. Gimana? Gue langsung hubungin beliau nih kalau ada salah satu dari kita yang berani temenin beliau," cetus Windy.

Windy menelisik temannya satu per satu. Eli menggeleng ngeri, Selly pun sama. Hingga tatapannya tetuju pada Felisha. Senyum miring Windy pun terbit.

"Felisha, lo yang bikin masalah ini, kan? Lo yang bikin kita nunggu setengah jam lebih dan lo datang tanpa bawa mobil itu. Jadi ... lo bisa tebus dengan menjadi jaminan mobil lamborghini om gue. Gimana?"

Felisha tentu saja tidak bersedia. Ia melirik Randy mencoba meminta pembelaan, tetapi cowok itu tampak setuju saja dengan pendapat Windy. Tak ada respons apapun dari cowok itu.

"Felisha! Gimana ayo cepetan!" bentak Windy.

Tak ada pilhan lain, Felisha merasa sangat terpojok dengan kata-kata dan nada bicara temannya itu. Hingga kepalanya mengangguk tanpa minat.

"Nah, gitu dong!" ucap Windy senang. "Randy, lo ikut gue ke klub sebelah buat ambil mobil. Lo gapapa kan kalau Felisha temenin om gue?"

Randy mengangkat bahunya. "Kenapa enggak? Yang penting gue bisa dapat mobilnya," sahutnya enteng.

Felisha merasakan hatinya berdenyut melihat respons Randy. Apakah hanya sebatas itu rasa cinta Randy padanya? Apakah semudah itu Windy mengorbankan temannya sendiri untuk menemani om-om di bar?

'Mereka bener-bener nggak anggap gue berharga. Padahal selama ini gue selalu melakukan apa yang bikin mereka seneng. Bahkan sekarang, mereka tukar gue dengan mobil itu? Kalau gue sampai diapa-apain sama om-om itu, gimana?'

Felisha melangkahkan kakinya masuk ke dalam bar. Walau dirinya anak orang kaya yang cukup gaul, tetapi tak pernah ia menginjakkan kaki di di tempat ini. Di tengah kebingungannya, tiba-tiba tangan seseorang merangkul pinggangnya.

"Haaah!" teriak Felisha langsung menjauh. Wajahnya panik melihat sosok pria berambut gondrong dan perawakan yang tinggi.

"Kamu pasti temennya Windy, ya? Yang pinjam mobil itu?"

Felisha mengangguk kaku.

"Cantik banget ternyata. Kita ke atas, ya." Pria itu tersenyum menggelikan sambil meraih tangan Felisha. Namun, Felisha tak membiarkan tangannya disentuh sedikitpun oleh pria itu.

"Gue cuma diminta temenin om dia minum di ruangan. Jadi jangan macam-macam! Nggak usah pegang tangan gue," cetus Felisha dengan nada yang sinis.

Pria itu tertawa sumbang. Wajahnya maju mendekati Felisha dengan senyuman yang benar-benar membuat Felisha merinding takut.

"Kata siapa cuma temenin minum? Saya boleh grep-grep kamu juga. Windy sendiri yang bilang bebas ngelakuin apa aja ke kamu. Soalnya, kata dia kamu tuh barang bagus. Jadi saya kasih uang buat dia dan pacarnya Randy. Ngerti, kan? Sekarang kamu harus ikut saya, Nona Manis," jelas pria itu memainkan lidahnya di akhir kalimat.

"Kurang ajar! Gue nggak mau!" pekik Felisha marah.

Felisha langsung berlari dari sana. Tak peduli dengan selopnya yang terlepas keduanya. Felisha berlari kencang keluar dari klub malam itu. Hingga ketika langkahnya mencapai jalanan, sebuah mobil melaju dengan cepat ke arahnya.

BRAK!

Tubuh Felisha melayang di udara karena benturan kuat itu. Namun, di tengah rasa sakit yang nyaris merenggut seluruh kesadarannya, Felisha merasa tubuhnya bergerak lambat di udara.

DING!

[Kamu akan mendapatkan kesempatan hidup yang kedua jika bersedia bertransmigrasi ke tubuh seorang tokoh Antagonis di dalam buku novel terakhir yang kamu baca. Jika kamu bersedia, katakan Ya. Jika tidak katakan Tidak. Maka kematianmu yang tragis akan terjadi beberapa detik kemudian.]

Bibir Felisha terasa kelu untuk terbuka. Namun, mendengar kesempatan hidup untuk kedua kalinya, membuat dirinya berjuang untuk mengatakan persetujuan dari tawaran sistem tersebut.

"Y-ya,"lirihnya.

DING!

[Selamat! Kamu berhasil terikat dengan sistem. Sampai jumpa di kehidupanmu yang kedua!]

Felisha terpejam hingga seluruh kesadarannya terenggut habis. Tak ada rasa sakit dan tak ada apa-apa lagi yang ia dengar. Semuanya lenyap bagaikan di telan bumi.

Lantas, apa yang terjadi pada Felisha berikutnya?

1
Gedang Raja
Luar biasa
Mona_cim: thank u
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!