NovelToon NovelToon
Menanti Cinta Sang Letnan

Menanti Cinta Sang Letnan

Status: sedang berlangsung
Genre:Menikahi tentara
Popularitas:32.3k
Nilai: 5
Nama Author: Hasna_Ramarta

FB Tupar Nasir, ikuti FB nya ya.

Diam-diam mencintai kakak angkat. Namun, cintanya tidak berbalas. Davira, nekad melakukan hal yang membuat seluruh keluarga angkatnya murka.

Letnan Satu Arkaffa Belanegara, kecewa dengan kekasihnya yang masih sesama anggota. Sertu Marini belum siap menikah, karena lebih memilih jenjang karir yang lebih tinggi.

Di tengah penolakan sang kekasih, Letnan Arkaffa justru mendapat sebuah insiden yang memaksa dia harus menikahi adik angkatnya. Apa yang terjadi?

Yuk kepoin.

Semoga banyak yang suka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasna_Ramarta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7 Kontak Senjata Dan Batin

     Kaffa dan pasukannya sudah bersiap siaga di posnya. Untuk sejenak, mereka meninggalkan tenda-tenda peristirahatan.

     Setelah kemarin malam telah terlihat pergerakan yang mencurigakan di tengah hutan tepat di mana mereka patroli, Kaffa mengerahkan pasukannya supaya waspada dan tetap terjaga. Sebab sewaktu-waktu gerakan separatis itu akan menyerang disaat pasukan TNI lengah.

     "Izin melaporkan, Dan. Penjagaan perketat. Gerakan pemberontak sudah terlihat jelas. Mereka mengarahkan tujuannya ke pos delapan."

     Sebuah laporan dari pesawat HT telah diterima Kaffa. Kaffa dan pasukannya waspada, sebab bisa saja saat ini pemberontak sudah bersiap menyerang.

     Laporan itu berdasarkan tangkapan drone yang melaju di udara.

     "Dor dor."

     Suara tembakan tiba-tiba terdengar jelas di telinga Kaffa malam itu. Pasukan yang dipimpin Kaffa sudah siaga lalu membalas tembakan ke berbagai arah.

     Baku tembak itu pun tidak terelakkan lagi. Pasukan yang dipimpin Kaffa menyebar dengan senapan terus berdesing mengeluarkan timah panas.

     Kaffa beberapa kali menembakkan timah panas dan tepat sasaran. Namun, sebuah kesialan sedang menimpanya. Kaffa menjerit dengan lengkingan kuat.

     "Akkkkhhhhh."

     Kaffa memegangi bahunya spontan. Bahunya terkena timah panas dan tertembus peluru. Rasa panas menjalar, darah merembes membasahi lorengnya, tapi ia tetap berdiri, tetap memimpin anak buahnya hingga keadaan bisa dikendalikan.

     Wajah Kaffa meringis menahan sakit di area bahu. Pasukan yang dipimpin Kaffa sedikit terpecah konsentrasinya. Namun, salah satu diantara mereka memberi kode agar pasukan tetap fokus. Sementara Kaffa, segera dihampiri dua orang prajurit untuk melakukan pertolongan pertama pada Kaffa.

     "Letnan, bertahanlah. Mari duduk dulu! Luka itu harus ditangani,” seru salah satu prajuritnya dengan panik.

     Kaffa hanya menggeleng kuat. Nafasnya terengah, pelipisnya basah keringat. “Pastikan area aman dulu. Aku masih bisa berdiri," ucapnya berusaha bertahan.

     Namun akhirnya tubuhnya goyah, membuat dua prajurit buru-buru menopangnya. Dengan cepat, mereka membawanya ke tenda medis darurat. Dokter lapangan segera menekan luka di bahunya, membuatnya meringis.

     "Pelurunya menembus, tapi syukurlah tidak mengenai tulang. Kau masih beruntung, Letnan," ujar sang dokter. Yang lain sedikit lega.

     Beruntung. Kata itu menggema di kepala Kaffa. Ia tahu betapa tipisnya jarak antara hidup dan mati.

     Dokter segera mengobati luka di bahu Kaffa. Dengan cepat dan taktis perban itu sudah dipasang. Kaffa berbaring di ranjang besi dengan lampu redup. Namun, pikirannya tidak tenang. Jemarinya terus berusaha menekan tombol ponsel, berulang kali mencoba menghubungi seseorang, yaitu Marini. Ia ingin memberi kabar kepada Marini tentang keadaannya kini.

      Sinyal di pedalaman begitu payah, seringkali hanya muncul satu garis lalu lenyap lagi. Berkali-kali panggilannya gagal. Berkali-kali pesannya hanya berstatus pending.

     "Ayo, jawab, Marini … sekali saja," bisiknya dengan suara lemah.

     Namun layar tetap hening. Tidak ada balasan. Tidak ada tanda-tanda Marini aktif.

     Sementara tubuhnya berjuang menahan sakit, hatinya jauh lebih perih, karena orang yang paling ingin ia dengar suaranya justru menghilang entah ke mana.

***

     Di sisi lain, jauh dari belantara Papua. Malam itu, Davira sedang berada di dapur rumah besar keluarga Pak Daka. Aroma kopi baru saja menyeruak, memenuhi udara yang sedikit dingin.

     Dengan hati-hati, Davira menuangkan cairan hitam pekat itu ke dalam cangkir porselen. Tangannya memegang cuping cangkir, dengan pikiran melayang entah ke mana.

     Entah mengapa, bayangan Kaffa kembali muncul. Wajahnya yang dingin tapi tegas, senyumnya yang jarang terlihat namun selalu hangat ketika menatapnya. Ada desiran aneh yang membuat jantung Davira berdetak lebih cepat.

     Seolah ada yang menekan dadanya tiba-tiba. Napasnya tercekat. Dan tanpa ia sadari ...

     "Brakkk!"

     Cangkir porselen itu jatuh, menghantam lantai keramik. Kopi hitam pekat menyembur, mengalir luber hingga membasahi kakinya. Davira terlonjak, panik. Tangannya gemetar, dada sesak. Ia kepanasan.

     "Astaghfirullah .…" bisiknya lirih. Ia memegangi dadanya, seakan merasakan sesuatu yang menohok jauh ke dalam. Seakan-akan ada luka, ada rasa sakit, yang bukan miliknya sendiri.

     "Neng Davira!” Suara Bi Dioh terdengar, ia bergegas masuk ke dapur membuat Davira sedikit tersadar. Perempuan paruh baya itu segera meraih lap, jongkok, dan membersihkan ceceran kopi yang sudah mengotori lantai.

     "Aduh, kenapa bisa tumpah begini, Neng? Hati-hati, ini sangat panas," peringat Bi Dioh khawatir.

     Davira berjongkok, ikut membantu, meski tangannya masih bergetar. “T-tadi saya … nggak sadar, Bi. Tiba-tiba saja, cangkir itu sudah berbunyi dan jatuh," ucapnya terbata, matanya kosong.

     Bi Dioh menatap heran, tapi tidak banyak bertanya. Ia tahu, Davira belakangan sering terlihat melamun. Ada sesuatu yang disimpannya rapat, tapi belum pernah ia ungkapkan pada siapa pun. Bi Dioh cukup paham dengan kondisi yang dialami Davira.

      Belum sempat Davira menjelaskan lebih jauh, langkah kaki bersandal jepit berderap mendekat. Suara sendal jepit yang beradu dengan ubin terdengar penuh tekanan.

     Bu Daisy datang menghampiri, melihat suara apa yang tadi di dengarnya dari ruang tamu.

     Wanita paruh baya itu berdiri di ambang pintu, kedua tangannya bersedekap di dada. Tatapannya lurus, menusuk. Sinis.

     "Hanya bikin kopi saja sudah tumpah dan berhamburan seperti ini. Masa hal sepele begini pun kamu nggak bisa? Tumpah, bikin lantai kotor, bikin repot orang lain." Bu Daisy menegur dengan kalimat yang sinis penuh tekanan.

     Davira menunduk. Kata-kata itu menamparnya lebih keras daripada yang seharusnya. Tangannya yang masih gemetar membuatnya tidak bisa membalas sepatah kata pun.

     "Bu, tadi itu ...." Bi Dioh mencoba membela, tapi tatapan tajam Bu Daisy membuatnya segera bungkam.

     "Kalau memang tidak becus, jangan harap bisa cari muka di rumah ini,” tukas Bu Daisy, suaranya meninggi dan menyayat.

     Davira menelan ludah, menahan pedih di dadanya. Ia tidak mungkin membalas. Sebab tidak ada gunanya, kalaupun membalas ia pasti yang tetap akan menjadi sasaran kemarahan Bu Daisy.

     "Bi Dioh, tolong bikinkan lagi, ya. Nanti bawa ke depan," titah Bu Daisy sambil lalu.

     Davira menatap sedih punggung Bu Daisy dengan hati perih. Jauh di dalam hati, rasa sakit itu semakin terasa nyata. Bahunya seperti ikut nyeri. Nafasnya berat. Dan tanpa ia sadari, air mata itu jatuh di punggung tangannya sendiri.

     Ia tak tahu, di seberang sana, jauh di pedalaman, Kaffa tengah terbaring dengan luka tembak di bahu.

     "Ya Allah, ada apa dengan Kak Kaffa. Kenapa aku tiba-tiba sangat mengingatnya? Lindungi Kak Kaffa serta pasukannya, ya Allah," ucap Davira, hatinya mendadak was-was karena memikirkan Kaffa.

     Davira bergegas dari dapur menuju kamarnya di lantai atas. Dia kembali ingin menumpahkan segala unek-uneknya ke dalam buku diary.

     "Hari ini, tiba-tiba saja cangkir porselen untuk kopi Papa, jatuh dan pecah, kopinya tumpah luber ke mana-mana. Namun, kenapa perasaanku justru punya firasat buruk terhadap Kak Kaffa? Semoga Kak Kaffa selamat dalam medan tugas."

1
Sartikadewi Hatapayo
lanjut thor, semangat up nya
𝐈𝐬𝐭𝐲
Thor follback dong...
Nasir: Ok 🥰🥰🥰
total 1 replies
Penapianoh📝
next up thor☺
v3r4
Bagus ceritanya👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻👍🏻
Nasir: Mksh byk Kak...
total 1 replies
dewi_nie
lanjut Thor..semangat crazy up nya Thor 💪💪💪
Rieya Yanie
ditinggu up nya kak..semangat
Aliya Awina
di cari selama 2 tahun pas ketemu malah di hina2 kan bisa bicara baik2 jangan pakai kekerasan
Haji Nasution Nasution
up dong Thor jangan digantung up sampai habis
Penapianoh📝
jelas skit bngett klo d bilangin perempuan ngk bener pdhl nyata nya tdk😭
Rieya Yanie
sakit banget hati davira...
dr awal sudah dianggap rendahan..
klo kafa g suka mending talak aja biarkan davira bahagia dgn caranya
dewi_nie
lanjut Thor..
Enok Renmaur
so jlas davira msh jd tertuduh, krna kdpatan br2 sm laki" lain sdg status msh istri kafa,bhkan bkn cm sx kan jln sm arda😏
krn tdk prnh mo jujur tu yg sdh bw davira dlm kebodohanx😏🙄
sm halx dgn diri qt,
suami mna yg tdk marah lo dpati qt ber2 sm laki" lain sx pun qt cm anggap tmn yg suami qt tdk knl???
psti mrh kan....
sm lo suami qt kdpatan ber2 sm perem lain qt j9 psti marah.
z ttap d pihak kafa, krn sbgai istri tdk mnjaga MARWAHNYA.
Farid Atallah
Kaffa Kaffa, selalu aja nyakitin davira😥
Jana
hadeehhhh kafaaaa... gemes aq!! mending lepasin aja lah davira. biarin dia bahagia drpd tertuduh terusss
Farid Atallah
up dong Thor 😥
Enok Renmaur
mkanya davira , lo jd istri jgn jd org pengecut tdk prnh mo jujur.
pinterx cm mghilang sj n jd prempuan bodoh.
z jd jemek jengkel dgn sifat davira ni, dsni jd tokoh utama tp tokoh utamax goblok bin o'on🙄🙄🙄
bner yg d blg kafa lo davira ni pengecut, kafa jg tdk slh dgn kata" yg d lontarkan buka sj hijab mu n menarikx hingga lepas
krn kafa jg py hAk krn suamix, lo kafa blg bk sj hijab mu mang benar ...
krn apa....krna davira goblok, sbgai istri tdk bs mnjaga MARWAHNYA
seenakx jln sm laki" lain bhkan smpe dbw krmh ortux,
untung ortux arda menolak
jd perempuan tu hrs tegas davira, jgn jd prempuan goblok trus.
lo ad apa" tu mulut mu bicara jgn diam jd pengecut.
lm" z jd pngin ulek mulut davira ni biar bs bicara jujur bkn jd pengecut trus mnerus
Penapianoh📝
kak next up. penasaran 😭
Penapianoh📝
iya davira. mungkin krn terlalu memikirkan mu yg blm ketemu jd nya jatuh sakit
Farid Atallah
up lagi dong Thor 😥
dewi_nie
davira harus berani dan tegas pada Kaffa..enak aja main hina2 org tanpa mau dengar penjelasan Vira..sukanya buruk sangka aja..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!