NovelToon NovelToon
Penguasa Subuh

Penguasa Subuh

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Epik Petualangan / Mengubah sejarah / Persahabatan
Popularitas:743
Nilai: 5
Nama Author: godok

Kemampuan dan kelebihan yang membawa pada kesombongan.
Jangan pernah berpaling dan melupakan Sang Penguasa Subuh. Selalu rapalkam dalam hati 'Ilmu, Kebijaksanaa, dan Rendah Hati.' Jangan sampai tergoda oleh para pembisik, mereka pandai menggelincirkan keteguhan hati manusia.

Ketika dunia sudah mulai kehilangan keasliannya, banyak terjadi kejahatan, hal menyimpang, bahkan normalilasi terhadap hal yang tidak normal. Sebuah suku tersembunyi yang masih memegang erat sejarah, mengutus anak terpilih yang akan kembali membuka mata dunia pada siapa mereka sebenarnya.

Perjalanan Warta Nalani yang membawa sejarah asli dunia dimulai dengan usahanya harus keluar dari hutan seorang diri. Banyak hal baru yang ia temui, teman baru, makanan baru, dan juga kesedihan baru.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon godok, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Desa Rusa (6)

Wangi khas ketumbar menyeruak, membuat Basa yang sedang terbangun di amben panjang muali mengerjapkan mata. Tangan kanannya terangkat, merasa ada benda lembab yang menutup matanya. Wran yang baru saja kembali dari dapur rumah Paman Zai menuju ruang tamu dengan nampan berisi tiga cangkir teh dan bagel panjang, segera berlari melihat Basa siuman.

"Sadar kamu, cil?" meletakan nampan di atas meja tamu. Warta bersimpuh di samping Basa, mengambil handuk kecil yang sedari tadi mengompres Basa kembali ke dalam baskom.

"Sudah lebih baik, Basa?" Paman Zai datang dari atah yang sama dengan Warta. Ia membawa sebuah pisau bergerigi panjang di tangan.

Basa perlahan berusaha bangun dan bersandar tembok yang menempel dengan amben. Warta pun, selesai dengan perlengkapan kompres Basa, ia ikut duduk di samping yang lebih muda.

"Dasar anak muda, selalu ada saja aksi yang merepotkan." keluh Paman Zai. Paman duduk bersimpuh di sisian meja yang bersebrangan dengan keduanya.

Basa mendengus, "Dri pada merepotkannya saat sudah dewasa, lebih fatal masalahnya. mendingan bandel pas kecil," bela yang lebih muda.

Memilih abai, Paman Zai mengambil bagel panjang yang sebelumnya dibawa oleh waran. Sayang, entah karena kurang fokus atau hanya masalah keberuntungan. Roti di tangan Paman Zai tergelincir hingga terjatuh ke pondasi rumah yang hanya beralaskan semen.

Tak!

Suara dari jatuhnya roti cukup membuat Waran terkejut sampai menelan ludah kasar. Membuat Basa yang tidak sengaja meliht hal itu dari ekor matanya menaan tawa.

Tida potong roti dibuatnya oleh Paman Zai. Setelah menaruh tiga potong roti di atas nampan, Paman Zai kembali pergi ke dapur.

"Hey," panggil yang lebih muda megambil atensi Warta. "Cepat makan, sudah disugguhkan."

Warta menggeleng heboh, "Kau saja. Aku... belum lapar."

"Aku masih sedikit pusing, kau duluan saja."

Hening tidak ada jawaban. Kedua iris Warta fokus menatap 3 potong roti itu dengan tatapan horor. Tangan kiri Waran membalut tangan kanannya dangan erat.

"Hey, orang hutan," panggil Basa dengan nada yang jahil. "Kau tidak lihat pisau yang tadi Paman pegang. Cepat makan, jangan buat dia marah."

Waran menutup matanya, mengambil napas panjang untuk menguatkan diri. Pelahan mata itu kembali terbuka dengan tatapan yang lebih tegas dan yakin. Bagai adegan yang kecepatannya diturunkan 0,75x, tagan kanan itu menuju tempat di mana makanan yang sudah di sajikan berada. mengambil sepotong roti dengan menatap lalu segera menarik tangannya. Waran, masih dengan keraguan dalam hati, Bagel yang baru saja diiris oleh Paman Zai ia perhatikan dengan seksama. Mulutnya dengan enggan terbuka, memaksa roti yang sepertinya berkedok batu itu untuk digigit. Sekuan tenaga, ia menggit sampai akhirnya berhasil, walau gigi depannya terasa cukup ngilu. Susah payah ia gunakan gigi geraham untuk menggiling gigitan roti yang sudah tergigit, namun percuma.

Sedang begelut dengan potongan roti dalam mulut, Paman Zai datang dengan nampan baru yang berisi tiga mangkuk sup. Kembali duduk di tempatnya semula, Paman Zai menatap aneh Warta yang sedang berusaha melana roti. Ia menyajikan dua mangkuk sup yang ia bawa di hadapan Basa dan Warta.

Warta, juga Basa turun dari ambel dan duduk bersimpuh di sisian meja. Melihat Basa dan Paman Zai mengmabil jatah roti milik mereka, Warta mengembungkan pipinya lalu memaksa utuk menelan potongan roti yang masih utuh dlm mulut. Sampai suara tertelan itu mengisi seisi ruangan yang hening. Paman Zai semakin menatap Warta dengan kebigungan, sedangkan yang menjadi pusat perhatian kini hanya tersenyum lega, bagai orang bodoh. Merasa bangga karena dirinya sudah melakukan hal yang lebih hebat dari menyelamatan dunia.

Paman Zai menghela napas lalu menggeleng. Roti di tangannya ia potong menjadi dua bagian, begitu pula dengan Basa. Sepotong mereka taruh di samping mangkuk, sedangkan sisanya mereka masukan ke dalam mangkuk. Basa mengangkat mangkuknya, sedikit menyeruput sebelu akhirnya melirik ke arah Warta. Kedua alis yang leih muda terangkat dengan senyum lebar mengembang sempurna.

Seolah mengatakan, 'kau kalah dariku'

"Kau hebat," Paman Zai angkat bicara, "bisa memkan potongan kayu itu."

Basa tak kuasa lagi mehan tawanya. Meletakan mangkuk dengan tidak apiknya hingga kuang sup sedikit membasahi meja, ia bersandar ke amben yang sempat menjadi tempatnya pingsan.

Masih dengan tawa yang sangat menyaring, Basa memeluk perutnya erat. "Dia ini siuman rusa, Paman." Ejek Basa.

Waran yang meresa malu dan juga kesal hanya menunduk. Dengan cepat, ia mengambil mangkuk supnya dan menenggak semua kuat sup hingga habis. Aksi Warta berhasil membuat Basa terkejut hingga tawanya berhenti.

Dengan kasar, Warta menaruh mangkuk yang hanya tersisa sayuran layu tanpa kuah di atas meja. Hingga menimbulkan suara 'tak' yng sama saat Paman Zai menjatuhkan roti.

"Oi, bodoh." panggil Paman Zai.

Warta dengan cepat menatap Paman Zai dengan tatapan tajam, alisnya memeluk sempurna dengan mta yang menyipit 1cm. Lagi-lagi Paman Zai menghela napas.

"Lalu, bagaimana kau memakan itu?" Dagu peman menunjuk sisa roti Warta yang masih digenggam oleh tangan kiri si orang baru.

"Sudah tidak ada sup yang tersisa," ujar Pama Zai dengan santai.

Kekehan pendek meluncur dari celah bibir Basa, di susul dengan tawa menggelegar yang lagi-lagi anak itu suarakan dengan lantang, sampai dirinya meringkuk seperti udang di atas semen pondasi rumah Paman Zai.

Setelah acara sarapan dengan drama roti keras, Paman Zai membawa semua mangkuk dan gelas kotor ke dalam dapur. Meninggalkan Warta dan Basa berdua.

Omong-omong, Warta berhasil memakan sisa roti karena Paman Zai memberikan setengah dari kuahnya.

"Gigimu tidak apa," ucapa Basa dengan datar. Bukan ingin betanya, hanya memastikan, apa dirinya masih bisa dibuat tertawa oleh manusia yang baru saja ia kenala beberapa hari ini.

Warta mengalihkan pandang. Enggan melihat Basa yang menatapnya dengan tatapan jahil.

Selang beberapa menit mereka saling berdiam diri, Paman Zai kembali dengan tas selempang cokelat di tangan. Warta segera berdiri melihat tas yang dari kemarin ia khawatirkan. Ia mendekati Paman Zai, menyambar tas milknya lalu kembali duduk di samping Basa. Membuka bagian penutup tas dan memeriksa, apakah ada barang yang hilang, atau mungkin bertambah?

"Wah, ada!" Warta mengeluarkan sebuah buku yang tebalnya bukan main. Ia segera memeluk buku itu, melunturkan rasa resah yang sebenarnya ia tahan sejak kemarin.

"Ehh~ buku apa, tebal sekali? Kau bisa membaca?" Basa tanpa permisi mengambil buku yang sedang didekap erat. Ia membalik buku itu, melihat sampul depan dan belakang. Tidak ada judul atau satu tulisan pun.

"Ini... Dilapisi dengan benda aneh." keluh Basa karena sampul buku ini terasa sangat licin. Berbeda dari buku-buku yang dulu ayahnya miliki.

"Resin!" jawab Warta dengan bangga.

"Agar awet, buku itu aku lapisi resin. Cerdas, bukan?"

"Bukan," sela Paman Zai yang duduk di tempatnya semula. "Bodoh."

Tatapan tajam dengan alis menukik milik Warta lagi-lagi terarah untuk Paman Zai. Si paman? Ia hanya terkekeh. Seru juga menjahili orang asing ini, pikirnya.

"Wah..." kagum Basa yang sedang membuka lembar demi lembar buku milik Warta. "Banyak sekali tentang Penguasa Subuhmu itu."

"Karena itu," Terdengar suara korek api dari arah Paman,mengambil atensi Warta dan Basa. Di sesapnya oleh Paman rokok besar berwarna coklat kehijauan di sela jari.

"Untung aku sempat mengamankan isi tas mu."

"Mengamankan isi tas?" bingung Warta.

Napas panjang dihembuskan oleh Paman Zai, membuat ruangan terhiasi aroma tembaga dan juga... Sirih? Aroma yang cukup unik bagi indra penciuman Warta.

"Basa," panggil Paman, membuat yang dipanggil mengangkat satu alisnya.

"Bagaimana kondisi desa menurutmu?" tanya- ah, bukan. Ini seperti orang yang sedang menyelidik.

Basa menggeleng ribut, " Tidak tau. Biasa saja? Ya, biasa saja. Seperti biasa."

"Jangan bohong," Paman kembali menyesap rokok dan menebarkan asapnya keseluruh ruangan.

"Kau sudah dewasa, kan? Seharusnya usiamu sekarang... Tunggu, biar ku hitung..." Paman Zai mengetuk-ketuk rokoknya beberapa kali di atas asbak yang ada di meja. "Enam... Ah, bukan. Lima belas? Iya, kan? Empat tahun sudah berlalu, ya. Tapi, sepertinya kau masih tidak bisa melupakan kejadian itu. Saat Tilani tertimpa pohon jatuh saat dikejar rusa."

Basa menunduk dalam, celana yang ia gunakan diremat sangat kuat hingga menimbulkan kusut yang membekas.

"Lima... Belas?!!!!" kaget Warta menunjuk Basa tak percaya. "Kau hanya beda setahun di bawahku?!! Eh??!!"

Warta menarik bahu Basa, merengkuhnya dari samping. "Jadi kau ini pembohong, ya. Wah, aku tertipu. Dasar anak nakal." cercanya sembari memberi elusan ringan.

"Jadi, Putri Tilani itu adikmu," gumam Warta. Basa semakin menunduk, beberapa bulir air mata menghantam tangan kecil yang terkepal di atas paha.

"Tapi Paman...," Warta menatap Paman Zai lekat. "Putri Tilani masih hidup."

1
Anonymouse
/Left Bah!/
Harman Dansyah
semangat update nya kak
Harman Dansyah
apakah emang ada mangan lain dalam tulisan itu kak
Harman Dansyah
ada yang typo kak seperti ia menarik panas kak
Harman Dansyah
kalau novel ku ada maksudkan atau saran boleh di komentar kak
Harman Dansyah
juga terimakasih like nya kak
Harman Dansyah: kalau bisa kasih bintang 5 nya juga yah Kak kalau ada tambah di cerita ku komentar aja aku juga kalau ada typo atau apa cerita kak aku komentar juga kak
total 2 replies
Harman Dansyah
semangat updet nya kak aku like dulu soal mau istirahat kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!