Puspa adalah seorang janda berusia 25 tahun yang secara tidak sengaja menemukan sebuah pusaka mistis.
pusaka itu memiliki ilmu pemikat yang sangat kuat, dengan bermodalkan pusaka itu Puspa membuat sumpah, "semua lelaki bajingan harus mati!"
Puspa membuat sumpah seperti itu karena dia dulu hanya di buat mainan oleh mantan suaminya Alexander seorang pengusaha dari jakarta, akankah Puspa berhasil balas dendam kepada Alexander bermodalkan sebuah Pusaka yang berbentuk Tusuk Konde itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Abdul Rizqi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pelet?
Waktu kembali berjalan dengan sangat cepat, pagi haru berikutnya telah tiba, dari dalam kamarnya Puspa melirik dari celah pintu untuk melihat kamar julia.
Pintu kamar Julia terbuka, puspa melihat julia keluar memakai seragam biru pabriknya, dia berangkat kerja.
Mata puspa menyipit, memfokuskan pandangannya ke wajah julia.
Puspa bisa melihat wajah julia yang terkada kosong dan linglung.
"Kosong, linglung, dan tidak fokus, gejala apa itu?" Gumam puspa dengan ekspresi penasaran.
Julia mengambil motornya kemudian dia berangkat kerja, motor julia berjalan pelan di pinggir jalan. Wajah julia semakin cerah ketika dia semakin dekat dengan warung di pinggir jalan.
Dengan cepat julia berhenti di sana.
Terlihat 3 orang pemuda yang sedang bermain kartu, merokok dan ngopi di sana, wajah ketiga pria itu sama sekali tidak tampan, penampilan mereka seperti orang yang tidak pernah mandi, dan sama sekali tidak rapih mereka seperti orang udik.
Salah satu pemuda itu berdiri dan menghampiri julia.
Julia melepaskan helmnya.
"Mas tarno!" Teriak julia dengan bahagia ketika julia bertemu dengan pria ini, wajah linglung julia menghilang seketika, di gantikan dengan wajah cerah seolah julia sangat bahagia.
"Eh, julia sayang!" Ucap tarno.
Tarno mendekat dan langsung mencium kening julia, seketika itu juga kedua teman tarno kaget.
"Bangsat! Bagaimana mungkin?!"
"Cok! Ini ngga mungkin!"
Mereka berdua bingung bagaimana mungkin tarno yang pengangguran seperti mereka, yang memiliki panu di sekujur tubuhnya bisa memiliki pajar pekerja pabrik yang seksi seperti wanita ini?
Mereka mencoba mengucek mata mereka, memastikan apa yang mereka lihat tidak salah.
"Mas tarno aku berangkat dulu, ya!" Ucap julia yang langsung mencium punggung tangan tarno.
"Hati-hati sayangku, nanti siang mampir ke sini, ya. Ajak aku makan siang, hehe." Ucap tarno.
"Iya mas tarno, nanti tungguin aku, ya." Jawab julia.
Tarno tersenyum sambil menganggukan kepalanya.
Wajah julia sebenarnya mengeluarkan ekspresi berat ketika berpisah dari tarno, namun karena tarno sudah menyuruhnya bekerja julia akhirnya berangkat.
Ketika julia sudah pergi dari tempat ini dono dan jono langsung berdiri dengan ekspresi kaget.
"No! Tarno! Itu pacarmu, no?!"
Sumpah itu pacarmu yang kamu ceritakan?! Kok bisa cantik gitu!"
Tarno tidak menjawab, dia hanya membusungkan dadanya dengan ekspresi bangga. Dia benar-benar bangga bisa pamer kepada dua temannya ini.
"Ngga! Ngga no ngga mungkin! Bagaimana bisa pria dekil dan pengangguran seperti kamu bisa punya pacar cantik kaya begitu!"
"Benar itu, kamu aja ngga pernah mandi penuh panu mana mungkin dia mau sama kamu!"
Tarno jelas langsung menjawab, "hei don! Jon! Kalian itu harus mengetahui cinta itu tidak pakai logika! Cinta itu bebas, kalau sudah cinta fisik dan status bukan penghalang!" Ucap tarno dengan bangga.
"Cok! Ngga mungkin!" Jawab dono yang masih ngeyel, "segoblok-gobloknya cewek ngga akan pernah mau sama pengangguran yang ngga pernah mandi!"
Jono langsung menyahut, "hala ngaku aja kamu, no. Kamu pakaj pelet, kan!"
Tarno tidak menjawab, dia menyeringai sambil tertawa dengan wajah menghadap ke atas, "hahaha!!!" Dia benar-benar bangga bisa membuat temannya iri dan panas seperti ini.
***
Waktu berjalan dengan sangat cepat, waktu menunjukan pukul 9 malam.
Sebuah motor memasuki kosan ini, dia tidak lain tidak bukan adalah julia.
Puspa langsung mengintip melalui celah pintu di kamarnya, "jam berapa ini? Mengapa pulang selarut ini? Apa banyak lemburnya?" Tanyanya dalam hati.
Sama seperti malam sebelumnya julia terlihat memasang wajah linglung, hal ini benar-benar membuat puspa cemas.
Puspa kemudian menutup pintu dan bersandar di tembok, "julia kenapa, ya? Kok bisa linglung begitu! Pandangannya kosong seolah mikirin seseorang." Gumam puspa. Puspa menghela nafas, dia memilih untuk tidak memperdulikan julia.
Puspa kemudian mematikan lampu dan memilih untuk tidur. Namun ketika dia mematikan lampu perasaannya begitu tidak nyaman, dia menyalakan kembali.
"Kenapa perasaanku tidak nyaman?" Tanya Puspa.
Tiba-tiba puspa kembali merasakan hawa tidak menyenangkan terpancar dari luar. Dengan cepat Puspa mengintip kembali lewat celah di pintunya.
Mata puspa langsung menuju ke kamat nomer tiga yang tidak lain tidak bukan adalah kamar milik julia.