NovelToon NovelToon
Kembalinya Sang Pendekar

Kembalinya Sang Pendekar

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Kelahiran kembali menjadi kuat / Pusaka Ajaib
Popularitas:122.1k
Nilai: 4.7
Nama Author: biru merah

Seorang pendekar tua membawa salah satu dari Lima Harta Suci sebuah benda yang kekuatannya bisa mengubah langit dan bumi.

Dikejar oleh puluhan pendekar dari sekte-sekte sesat yang mengincar harta itu, ia memilih bertarung demi mencegah benda suci itu jatuh ke tangan yang salah.

Pertarungan berlangsung tiga hari tiga malam. Darah tumpah, nyawa melayang, dan pada akhirnya sang pendekar pun gugur.

Namun saat dunia mengira kisahnya telah berakhir, seberkas cahaya emas, menembus tubuhnya yang tak bernyawa dan membawanya kembali ke masa lalu ke tubuhnya yang masih muda.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon biru merah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 15. Menyelamatkan Seorang Pemuda

Hari ini Guru Bai sedang menjalankan misi dari sekte, meninggalkan Lin Yan sendiri di Sekte Pedang Suci.

Lin Yan kembali keluar menuju hutan yang terletak di dekat sekte, seperti biasanya untuk membunuh binatang iblis dan melatih kekuatannya.

Namun hari ini terasa berbeda.

Setelah membunuh seekor binatang iblis peringkat rendah, ia tiba-tiba mendengar suara teriakan yang berasal dari arah timur. Suara itu tidak terlalu jauh dari tempatnya berdiri.

Tanpa berpikir lama, Lin Yan melesat ke arah suara tersebut. Dalam beberapa helaan napas, dia tiba di lokasi dan melihat sekelompok pemuda terdesak oleh seekor binatang iblis bertubuh besar.

Seekor Banteng Gunung—monster buas dengan kulit seperti baja dan kekuatan sebanding dengan pendekar tingkat ahli menengah.

Dari balik semak, Lin Yan mengamati situasi. Dia belum memutuskan untuk turun tangan.

“Kakak senior, bagaimana ini?!” teriak seorang perempuan muda dengan suara panik dari belakang kelompok.

“Tenang!” ujar pemuda yang dipanggil kakak senior. “Aku akan menahan Banteng Gunung ini. Kalian segera pergi dari sini!”

“Tapi—banteng itu jelas jauh lebih kuat darimu! Dia setingkat dengan pendekar ahli menengah… sedangkan kakak baru mencapai pendekar bergelar akhir!”

“Kalau begitu, kita semua akan mati di sini!” sergah pemuda itu, suaranya tegas meskipun tubuhnya gemetar.

Melihat tekad kakak senior mereka, para pemuda lain pun akhirnya memutuskan untuk mundur, meski dengan ragu dan sedikit perdebatan.

“Aku akan membawa bantuan! Tunggu aku, Kakak Senior!” seru perempuan itu sebelum berlari meninggalkan tempat itu bersama dua rekan lainnya.

Melihat mangsanya kabur, Banteng Gunung langsung mengeluarkan raungan keras dan mulai mengejar mereka.

Namun pemuda itu tidak membiarkan hal itu terjadi. Ia melompat ke depan dan menyerang binatang itu dengan pedangnya.

Cahaya logam berkilau di udara ketika pedangnya menebas ke arah leher banteng itu.

Duk!

Serangan itu hanya meninggalkan goresan dangkal di kulit tebal sang banteng.

Banteng Gunung itu segera membalas, tanduk besarnya berputar ke samping dan menghantam udara dengan kekuatan brutal. Pemuda itu nyaris tak sempat menghindar—pukulan angin dari tanduk itu saja cukup membuat tubuhnya terlempar mundur beberapa langkah.

Dia menggertakkan giginya, mencoba menahan nyeri yang merambat dari bahunya. Dengan terengah, dia kembali menyerang, kali ini mengincar bagian mata banteng.

Namun Banteng Gunung itu jelas sudah terbiasa menghadapi serangan seperti ini. Ia mengayunkan kepalanya dan menghantam pedang pemuda itu dengan keras.

Clang!

Pedangnya terpental. Dalam sekejap, tubuh pemuda itu disambar dan terpukul ke batang pohon besar di belakangnya.

Bruak!

Darah segar mengalir dari sudut bibirnya. Tubuhnya tak bisa digerakkan lagi.

Banteng Gunung itu mengeluarkan suara dengusan keras lalu berjalan mendekat, siap menginjakkan kakinya yang besar ke arah kepala pemuda itu.

Namun sebelum kaki raksasa itu menghantam tanah—

Swiiingg!

Cahaya merah membelah udara.

Pedang Merah Membara milik Lin Yan menyapu ke arah tubuh banteng dari samping, meninggalkan luka panjang yang terbakar di sisi kanan tubuh makhluk itu.

Raungan keras mengguncang udara. Banteng itu berputar, matanya merah penuh amarah menatap Lin Yan yang kini berdiri beberapa langkah darinya, dengan topeng menutupi wajah.

Alasan Lin Yan akhirnya turun tangan bukan hanya karena kasihan. Pakaian pemuda itu berasal dari Sekte Gunung Emas—sebuah sekte yang dulu terkenal sebagai penemu lokasi harta suci dengan bantuan artefak pelacak yang langka. Dulu, Lin Yan pernah mendengar tentang artefak itu, dan kini melihat sekilas kemungkinan koneksi, dia memutuskan: pemuda ini harus diselamatkan.

Dengan cepat, Lin Yan memutar pedangnya dan kembali menyerang. Dia bergerak cepat seperti bayangan. Kali ini, serangannya mengarah ke kaki kanan banteng.

Banteng Gunung mengibaskan tanduknya, namun Lin Yan sudah berada di bawah tubuhnya—gerakan itu terlalu lambat untuk menangkapnya.

Slash!

Pedang Merah Membara menebas kaki belakang banteng. Luka dalam muncul, dan darah hitam pekat mengucur deras.

Banteng itu meringkik keras dan berusaha menghantam Lin Yan dengan tubuhnya, tapi Lin Yan melompat ke samping dan terus menjaga jarak. Dia tidak gegabah, meski lawannya kini sudah pincang.

Lin Yan mengitari banteng itu, lalu kembali meluncur dengan langkah cepat. Dia menebas satu per satu urat-urat kaki banteng dengan akurat, membuat gerakan monster itu semakin lambat dan berat.

Dengan satu serangan melingkar, dia berhasil memotong sebagian tendon di kaki kiri depan. Banteng itu terjatuh, tubuhnya mengguncang tanah.

Tanpa membuang waktu, Lin Yan melompat ke atas punggung monster itu, lalu menghujamkan pedangnya ke titik lemah di belakang lehernya—tempat yang biasanya digunakan pendekar untuk menamatkan nyawa binatang jenis ini.

Tebasan pertama belum cukup. Lin Yan mencabut pedangnya dan menghantamkan sekali lagi—kali ini lebih dalam.

Banteng Gunung meronta, tapi tenaganya melemah.

Bruuk!

Dengan serangan terakhir ke tengkuknya, Lin Yan mengakhiri perlawanan binatang buas itu.

Tubuh raksasa itu menghembuskan napas terakhirnya, lalu terdiam untuk selamanya.

Lin Yan menarik napas panjang dan menunduk untuk mengambil kristal iblis dari tubuh Banteng Gunung itu. Kristal itu masih hangat, memancarkan sedikit energi yang tersisa.

Dia lalu berjalan mendekati pemuda yang terkapar bersandar di batang pohon.

“Kau baik-baik saja?” tanya Lin Yan datar, tapi cukup terdengar prihatin.

Pemuda itu mengangkat kepalanya, darah masih menetes dari pelipisnya. “Ya… aku baik-baik saja. Terima kasih…”

Baru saja pemuda itu berbicara, seorang perempuan muncul dari balik semak dengan dua pemuda lain. Nafasnya terengah-engah, wajahnya pucat.

“Kakak senior! Apakah kau baik-baik saja? Kami berhasil menemukan bantuan—”

Namun langkahnya terhenti saat melihat tubuh Banteng Gunung terbujur tak bernyawa tak jauh dari mereka.

“Apa yang… terjadi?” tanyanya tergagap.

“Orang ini… dia yang menyelamatkanku,” ujar pemuda yang ternyata bernama Han Lu. “Dia membunuh Banteng Gunung itu seorang diri.”

Perempuan itu menatap Lin Yan dengan tak percaya. Bahkan dua pria yang bersamanya ikut terdiam.

“Terima kasih telah menyelamatkan nyawaku. Namaku Han Lu, murid inti Sekte Gunung Emas,” ucap pemuda itu sambil membungkuk dengan tulus. “Jika kau butuh bantuan suatu hari nanti, datanglah ke sekte kami. Aku akan membantumu sebisaku.”

Lin Yan hanya mengangguk. “Kalau ada waktu, aku akan datang.”

Saat Lin Yan membalikkan badan hendak pergi, Han Lu sempat bertanya, “Tunggu, siapa nama penyelamatku ini?”

“Lin Yan,” jawabnya singkat tanpa menoleh, lalu menghilang di balik bayangan pepohonan.

Setelah cukup jauh dari tempat itu, Lin Yan melepas topeng dari wajahnya. Ia menarik napas dalam-dalam. Matanya menatap langit yang mulai menguning.

Alasan ia memakai topeng sejak awal adalah untuk menyembunyikan identitasnya. Dunia luar terlalu berbahaya bagi anak sepuluh tahun sepertinya—terlebih seorang yang memiliki masa lalu sepertinya.

Langit mulai memerah ketika Lin Yan kembali dari perburuannya. Udara sore yang sejuk menyapu wajahnya saat ia menuruni lereng menuju gerbang belakang sekte.

Tubuhnya masih berlumuran sedikit darah binatang iblis yang ia kalahkan, namun langkah kakinya tetap tenang. Begitu sampai, ia langsung kembali ke vila bambu merah—tempat tinggalnya selama berada di Sekte Pedang Suci.

Di dalam vila, ia mencuci pedang dan bajunya, lalu menyapu lantai dari debu dan daun-daun kering yang tertiup angin. Rutinitas kecil ini sudah menjadi kebiasaan yang ia lakukan dengan tenang. Malam pun berlalu tanpa gangguan.

Keesokan paginya, Lin Yan sedang menyiram tanaman bambu kecil di halaman ketika seorang murid utusan datang menyampaikan pesan.

"Saudara Lin, Ketua Zhong memanggilmu ke aula pertemuan," ucapnya sambil membungkuk sedikit.

Tanpa bertanya lebih lanjut, Lin Yan segera mengganti pakaiannya, merapikan rambut, dan berangkat menuju aula utama sekte. Begitu memasuki ruangan besar itu, ia langsung melihat dua sosok yang sudah tidak asing baginya: Ketua Zhong yang duduk di kursi tinggi tengah, dan Guru Bai yang berdiri di sampingnya dengan kedua tangan bersilang di belakang punggung.

"Yan'er," ucap Guru Bai dengan nada lembut namun tegas. "Kami memanggilmu ke sini karena ada sebuah misi yang kami rasa cocok untukmu."

Lin Yan berdiri tegak, mendengarkan dengan penuh perhatian.

"Misi pertamamu dari sekte," lanjut Guru Bai. "Adalah mengawal pengangkutan barang penting dari sekte ini menuju Kota Besi Hitam."

Ketua Zhong menambahkan dengan nada lebih formal, "Kota itu berada tidak terlalu jauh dari sini. Namun, akhir-akhir ini kami menerima laporan bahwa wilayah jalur timur—jalur yang akan kalian lewati—sering diganggu oleh binatang iblis tingkat rendah."

Guru Bai mengangguk, "Kami tidak akan mengirimkanmu sendiri. Akan ada beberapa penjaga sekte yang ikut serta. Namun kami ingin kau menjadi bagian dari mereka, bukan hanya sebagai pelindung barang, tapi juga sebagai pengalaman pertamamu menghadapi bahaya di luar sekte dalam misi resmi."

"Apakah kau mengerti tugasmu?" tanya Guru Bai kemudian, menatap mata Lin Yan.

"Ya, Guru. Saya mengerti," jawab Lin Yan tanpa ragu.

"Bagus," Ketua Zhong mengangguk puas. "Misi ini akan dimulai besok pagi. Gunakan hari ini untuk mempersiapkan dirimu."

Lin Yan membungkuk memberi hormat, lalu berbalik dan berjalan keluar dengan tenang.

Setelah pintu ditutup, keheningan sempat menyelimuti ruangan.

Ketua Zhong melirik Guru Bai dengan tatapan ragu. "Apa tidak terlalu cepat menyuruh muridmu melakukan misi ini? Dia masih sangat muda... baru sepuluh tahun, bukan?"

Guru Bai menatap lurus ke depan, diam beberapa saat sebelum menjawab. Suaranya terdengar datar namun ada sedikit keraguan yang tersembunyi.

"Aku tahu," katanya akhirnya. "Tapi anak itu bukan anak biasa. Apa yang telah ia lewati selama beberapa bulan ini lebih berat dari yang kita bayangkan. Aku percaya, menghadapi dunia nyata lebih cepat akan memperkuat tekad dan fondasi jiwanya."

Ia berhenti sejenak, lalu menambahkan, "Lagipula... aku merasa tak lama lagi dunia ini akan terguncang. Tanda-tanda perang mulai terasa. Dan jika benar terjadi, anak-anak seusia Lin Yan tidak akan punya waktu untuk menjadi dewasa dengan perlahan."

Ketua Zhong hanya mengangguk pelan. "Kalau begitu, kita serahkan pada takdir. Semoga dia siap dan juga aku rasa dia bukan anak biasa."

1
Nanik S
jaga kesehatan agar tetap Up
Nanik S
Lanjutkan Tor 🙏
Nanik S
Kalau masih di kawasan gunung masa Lin Yang tak mendengar keributan
Paddle Pops
/Sleep/
Paddle Pops
/Hey/
Kismin Akut
MC kejam tapi masih lemah,bukannya meningkatkan kekuatan malah berpetualang mengejar harta Karun,yang belum tentu di dapat🤔
Nanik S
Emang Neraka yang ganas
Nanik S
Lanjutkan Tor 💪💪💪
Kismin Akut
sudah ada di pendekar bumi ko tingkatan tenaga dalamnya sedikit🤔
Nanik S
Gaaaas Pooool
Nanik S
Apakah Lin Yang bisa keluar dari dalam jurang
Nanik S
Air Panas... siapa tau bisa menyembuhkan luka
Nanik S
Apa Lin Yang akan selamat
Nanik S
Apakah Mata Naga
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
Kabut dimanapun berbahaya
Nanik S
Lanjut terus Tor
Nanik S
Mantap sekali Tor
Nanik S
Bantai saja wanita Iblis rambut perak
Nanik S
Tidak adalah penolong untuk sekte Es
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!