Ribuan tahun sebelum other storyline dimulai, ada satu pria yang terlalu ganteng untuk dunia ini- secara harfiah.
Rian Andromeda, pria dengan wajah bintang iklan skincare, percaya bahwa tidak ada makhluk di dunia ini yang bisa mengalahkan ketampanannya- kecuali dirinya di cermin.
Sayangnya, hidupnya yang penuh pujian diri sendiri harus berakhir tragis di usia 25 tahun... setelah wajahnya dihantam truk saat sedang selfie di zebra cross.
Tapi kematian bukanlah akhir, melainkan awal dari absurditas. Bukannya masuk neraka karena dosa narsis, atau surga karena wajahnya yang seperti malaikat, Rian malah terbangun di tempat aneh bernama "Infinity Room"—semacam ruang yang terhubung dengan multiverse.
Dengan modal Six Eyes (yang katanya dari anime favoritnya, Jujutsu Kaisen), Rian diberi tawaran gila: menjelajah dunia-dunia lain sebagai karakter overpowered yang... ya, tetap narsis.
Bersiaplah untuk kisah isekai yang tidak biasa- penuh kekuatan, cewek-cewek, dan monolog dalam cermin
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon trishaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Mutasi Ganado
Beberapa waktu setelah mereka berjalan, Six Eyes (Rikugan) milik Rian menangkap sesuatu di kejauhan. Ia langsung berhenti melangkah dan menepuk pelan pundak Luis.
Luis menoleh dengan ekspresi bingung. “Ada apa, amigo?”
“Di depan ada kabin. Tapi bersiaplah... banyak Ganado,” jawab Rian singkat, sambil menarik revolver dari holster.
Luis mengerutkan kening, heran. “Bagaimana kau tahu, amigo?”
"Laki-laki tampan ini memiliki insting yang sangat bagus," kata Rian, mengeluarkan pistol dari tas pinggangnya.
Meski masih penasaran, Luis mengikuti peringatan itu. Ia menarik pistol dari balik jaketnya, dan mereka mulai berjalan lagi dengan langkah lebih hati-hati.
Tak butuh waktu lama, beberapa sosok Ganado mulai terlihat di sekitar. Salah satu dari mereka menoleh, langsung menunjuk ke Rian dan Luis.
“¡Intrusos...!” desisnya dengan mata liar, menggenggam pisau di tangannya.
Seruan itu membuat Ganado lain menoleh.
“¡Mátenlos!”
“¡Sacrifíquenlos!”
Suasana menjadi tegang seketika, seperti detik sebelum badai meledak.
Mereka berjalan, langkahnya kini lebih cepat dari sebelumnya. Gerakan para Ganado pun tampak berbeda, lebih gesit, lebih agresif.
“Hujan ini...” gumam Luis sambil menodongkan pistolnya. “¡Amigo, hati-hati! Tanpa cahaya matahari, mereka jadi lebih liar. Refleks mereka juga meningkat.”
“Dimengerti,” jawab Rian singkat. Ia segera menarik pelatuk revolvernya.
Dor!
Peluru melesat menembus udara dan derasnya hujan, mengarah ke salah satu Ganado yang mengayunkan kapak. Namun, tembakan Rian meleset. Ganado itu langsung membalas, kapaknya dilempar lurus ke arah kepala Rian.
Dengan tenang, Rian memiringkan tubuhnya ke samping. Kapak itu meleset, menancap keras di batang pohon di belakangnya.
“Wajar sih, ini pertama kalinya aku pakai senjata api,” gumamnya sambil tetap menodongkan revolver, menjaga jarak aman. "Walau memiliki Six Eyes, masih saja cukup disulitkan daya hentak revolver. Kayaknya 5 Poin atribut STR masih sulit."
Dor! Dor! Dor!
Rian menoleh ke arah datangnya suara tembakan, mendapati Luis bereaksi, menembakkan tiga peluru terukur melumpuhkan dua Ganado yang berusaha mendekat.
Di saat yang sama, salah satu Ganado sudah cukup dekat dengan Rian. Ia mengayunkan pisau daging berkaratnya, niat membelah Rian dari bahu ke dada.
Namun, tanpa menoleh, Rian mengangkat revolvernya dan menarik pelatuk.
Dor!
Kepala Ganado itu pecah seketika, serpihan otak dan darah memercik, bercampur dengan air hujan yang mengguyur tanah.
Ding!
[Membunuh Ganado +100 poin sistem]
Ganado lainnya datang dari segala arah, bersenjatakan sabit, kapak tua, dan harpun mengepung Rian dalam lingkaran maut.
Luis, yang berada agak jauh, tengah disibukkan menembaki musuh lain, tak menyadari situasi Rian yang kini nyaris terkepung penuh.
Bagi mereka, Rian tampak seperti target sempurna.
Namun kenyataan berkata lain.
Dengan langkah ringan namun presisi mematikan, Rian bergerak. Ia menghindari setiap ayunan dan tusukan, tubuhnya seakan menari di bawah hujan. Revolver di tangannya menyalak dalam jarak dekat, masing-masing tembakan ditempatkan tepat di antara alis.
Dor! Dor! Dor!
Ganado jatuh satu per satu, menggelepar dalam genangan darah dan lumpur. Rian tetap tenang, matanya dingin di balik lensa hitam, seolah hujan dan kematian hanyalah bagian dari rutinitasnya.
Saat itu, suara notifikasi sistem kembali menggema dalam benaknya.
Ding!
[Membunuh Ganado +100 poin sistem]
Ding!
[Membunuh Ganado +100 poin sistem]
Ding!
[Membunuh Ganado +100 poin sistem]
Rian meniup pelan ujung laras revolvernya yang masih hangat. “Jika dari jarak cukup dekat, laki-laki tampan ini bisa menembak dengan presisi,” gumamnya, sambil mundur selangkah ke posisi yang lebih aman.
Kemudian, Rian mengisi selongsong revolver dengan gerakan tenang, bahkan ketika hujan terus mengguyur.
Namun, langkah para Ganado yang tersisa mendadak terhenti.
Tubuh mereka mulai bergetar hebat, otot menggeliat tak wajar. Lalu, kepala mereka meledak, menghamburkan darah dan jaringan ke tanah becek.
Dari dalam rongga leher yang terbuka, muncul dua tentakel panjang berwarna gelap. Ujungnya tajam seperti bilah pisau, berkilat di bawah cahaya kilat.
Di tengah tentakel itu, tampak mata kekuningan yang berdenyut, menatap liar ke segala arah.
Tentakel-tentakel itu melambai perlahan, menebar aura mematikan. Tubuh-tubuh mereka maju pelan, penuh ancaman, seolah mengecap udara dengan rasa haus akan darah.
Rian mendesis pelan, menyipitkan mata di balik kacamata berlensa sangat hitam.
“Apa mereka bermutasi?” gumamnya, sambil kembali menodongkan revolver, kini dengan tekanan jari yang mulai mengencang di pelatuk.
Di sisi lain, Luis menghampiri Rian. Punggung mereka kini saling menempel, dikelilingi oleh Ganado yang telah bermutasi ke bentuk lebih mengerikan.
Di hadapan Luis, beberapa Ganado menyeret kaki mereka perlahan. Dari leher yang terbelah, tentakel-tentakel panjang menjulur, masing-masing mengancam dengan ujung tajam mengilap.
Sorot mata kuning menyala di tengah-tengahnya, seolah penuh nafsu membunuh.
Luis bergumam pelan, suaranya cukup terdengar di tengah derasnya hujan, “Mutasi Plaga mereka sampai sejauh ini? Dios mío... Ini pasti karena matahari tertutup awan.”
Dia menoleh sedikit, cukup agar Rian bisa mendengar, “¡Amigo, hati-hati. Mereka makin kuat... Kita harus cari tempat aman. Tapi untuk membuka celah kabur... itu bukan hal mudah.”
Mendengar itu, Rian tersenyum tipis. Tanpa gentar, dia mengeluarkan sebuah cermin kecil dari saku dalam kemejanya, lalu memandang bayangannya sendiri.
“Tidak ada yang mustahil bagi laki-laki tampan ini,” gumamnya santai, membalik cermin ke tempat semula. “Hanya celah, kan? Maka bersiaplah untuk lari.”
Luis menoleh dengan wajah tercampur antara bingung dan terkejut. “Apa?”
Rian tidak menjawab. Kacamata berlensa sangat gelap dilepaskan, memperlihatkan mata biru cerah. Sementara kacamata itu telah diletakkan pada kerah kemeja.
Tubuh Rian melesat maju menuju salah satu Ganado terdekat.
Tentakel itu mencambuk ke arahnya, namun Rian bergerak lincah, menghindar dalam satu langkah miring. Dalam gerakan yang hampir seperti tarian, ia mengangkat revolver, mengarahkannya ke mata kuning yang bersinar di leher makhluk itu, dan menarik pelatuk.
Dor!
Peluru menembus tepat ke pusat mata. Ganado itu terhuyung, lalu jatuh ke tanah dengan suara debam berat.
Ding!
[Membunuh Ganado + 100 poin sistem]
Sementara itu, dua Ganado lain mendekat dari sisi kiri. Rian tidak melambat dan berputar, menembak dua kali secara beruntun, satu peluru untuk tiap mata.
Dor! Dor!
Efisiensi dan presisi. Darah bercampur hujan menghiasi tanah yang becek.
Ding!
[Membunuh Ganado +100 poin sistem]
Ding!
[Membunuh Ganado +100 poin sistem]
Luis menatap pemandangan itu sejenak, lalu mengangkat pistolnya dan ikut bergerak, mengikuti Rian dari belakang.
Mereka tak perlu kata-kata.
Tujuan mereka satu: membuka jalan, dan bertahan hidup.
Mereka terus berlari di sepanjang jalan setapak hutan, hujan semakin deras membasahi tanah dan menyulitkan pandangan.
Sepanjang perjalanan, mereka bahkan beberapa kali dihadang oleh para Ganado: sebagian di antaranya telah mengalami mutasi mengerikan.
Akan tetapi, Rian dapat mengatasi semua dengan sangat mudah dan jumlah Ganado yang menghadang semakin berkurang drastis.
Dari 30 pembunuhan terhadap Ganado, Rian berhasil mengumpulkan sebanyak 3000 Poin sistem. Dengan begini, Misi Pertama Rian sudah bisa dikatakan selesai.
Tiba-tiba, di tengah derasnya hujan dan suara langkah yang tergesa, terdengar suara tembakan dari arah yang cukup jauh. Bukan berasal dari senjata mereka.
Luis memperlambat langkah, menoleh sejenak ke arah asal suara. Samar di balik tirai hujan, ia bisa menangkap siluet dua sosok, seorang pria dan seorang gadis muda.
Sang pria tampak mati-matian melindungi si gadis, menjadikannya prioritas utama dalam setiap gerakan.
“Mereka…” gumam Luis pelan, napasnya tersengal. “Syukurlah, dia berhasil menyelamatkan gadis itu.”
Di sisi lain, Rian yang bisa melihat lebih jelas mengandalkan Six Eyes miliknya. Namun, Rian memilih untuk tidak mengatakan apa pun.
‘Oh... jadi laki-laki tampan ini akhirnya bertemu dengan Leon dan Ashley,’ pikir Rian, sebelum kembali melanjutkan langkah.
Si pria bernama Leon S Kennedy, tampak gagah dengan baju dan celana taktis gelap, dan sarung tangan hitam yang melekat erat di tangan.
Rambut Leon yang pirang keemasan yang sedikit panjang tergerai lembap oleh hujan, namun sorot matanya tetap tajam dan penuh kewaspadaan.
Ia memegang pistol dengan sigap, setiap gerakannya, seperti menembaki para Ganado yang mendekati mencerminkan pengalaman dan keteguhan seorang agen veteran.
Di sampingnya, seorang gadis menawan dan cantik bernama Ashley Graham, mengenakan sweter oranye tua dan rok lipit hijau yang kini sedikit kotor dan basah. Sapu tangan di lehernya terkulai lemas karena hujan.
Meski wajah gadis itu masih menyimpan ketakutan, matanya menunjukkan bahwa ia berusaha tetap kuat, percaya pada sosok pria yang melindunginya.
***
Akhirnya, setelah menyusuri jalan setapak yang licin dan penuh bahaya, Rian dan Luis tiba di sebuah kabin tua yang tampak masih kokoh berdiri meski dimakan waktu.
Tanpa membuang waktu, mereka segera membuka pintu dan masuk ke dalam, udara dingin dan bau kayu lembap menyambut mereka.
Di luar, Luis melihat dua sosok yang semakin jelas di balik hujan, pria dan gadis yang tadi sempat mereka lihat. Dengan suara lantang, Luis berseru sambil melambaikan tangan, “Hei, kemari! Cepatlah!"
btw si Rian bisa domain ny gojo juga kah?