Pada abad ke-19, para ilmuwan yang tergabung dalam ekspedisi arkeologi internasional menemukan sebuah prasasti kuno yang terkubur di reruntuhan kota tak bernama, jauh di tengah gurun yang telah lama dilupakan waktu. Prasasti itu, meski telah terkikis oleh angin dan waktu, masih menyimpan gambar yang mencengangkan, yaitu sebuah batu segi enam besar, diukir dengan tujuh warna pelangi. Setiap sisi batu itu dihiasi lukisan rumit yang menggambarkan kisah kelam peradaban manusia, seolah menjadi cermin dari sisi tergelap hati nurani.
Nila Simbol kerakusan, Ungu simbol nafsu, Kuning simbol ketamakan, Hijau simbol kemalasan, Biru simbol Iri hati, Orange simbol keangkuhan, Dan terakhir merah simbol amarah
Tadi setiap lambang yang mengartikan masalah ini ada sebuah kekuatan, yang Sangat besar dalam setiap kristal membuat banyak orang saling berebut dan dizaman modern kristal itu dikabarkan sudah terpisah menjadi 7
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fahmi Juliansyah N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 6 Rahasia Teman Lama
Disaat sudah sore menjelang malam di pulau bidadari, seseorang sedang kesal karena ia tidak menemukan orang iya cari , padahal informan mengatakan orang itu kearah sini ,dan kalau ia berarti mereka bisa kabur, Jack menjadi malu untuk bertemu kapten ace karena tidak menyelesaikan tugas dengan cepat, disaat bersamaan dalam kegelapan hutan yang hampir gelap total, muncul seseorang dengan jubah hitam menghampiri Jack, Jack yang melihat orang itu ia tau, bahwa orang itu iyalah informan nya sekaligus queen ,yang merupakan seorang informan, lalu seorang penembak jitu dan ahli dalam memegang pisau di bajak laut ace ,dan walau ia diberi julukan Queen serta merupakan seorang wanita dikapal bajak laut tetapi ia sangat kuat, dan sangat disegani oleh orang-orang di kapal itu.
"Queen sialan kau, memberikan informasi yang tidak benar kepada ku!", kata Jack.
Jack yang sudah terbakar emosi melangkah maju dengan amarah yang meluap-luap. Tangannya mengepal erat, sementara wajahnya memerah. Tubuh besar Jack bergerak cepat seperti badai yang mengancam. "Queen sialan! Kau akan menyesal telah mengkhianatiku!" teriaknya sambil mengayunkan tinjunya ke arah Queen.
Namun, Queen, dengan tubuhnya yang lebih kecil dan gerakan yang gesit, berhasil menghindar dengan mudah. Dengan langkah yang cepat, Queen merunduk dan menyapu kaki Jack dengan tendangan rendah yang terarah sempurna. Jack yang tidak menduga serangan itu langsung kehilangan keseimbangan dan jatuh keras ke tanah.
Queen berdiri di atasnya dengan santai, menatap Jack yang kesal sambil tersenyum tipis. "Kau gagal karena dirimu sendiri, Jack," katanya dengan nada tajam tapi tenang. "Siapa juga yang bodoh datang menyerang langsung tanpa memblokir pintu keluar lebih dulu? Kau terlalu ceroboh."
Jack menggeram, mencoba bangkit, namun Queen sudah mengambil langkah mundur dengan sigap, tetap berada di posisi yang siap bertarung. "Kalau kau ingin menang, Jack," lanjut Queen sambil menatapnya dengan tatapan tajam, "belajarlah menggunakan otakmu, bukan hanya ototmu."
Jack disana benar-benar sudah kesal diperlakukan begitu oleh queen, sampai queen bilang kalau kapten ace kecewa, dengan performa Jack dan ingin diganti ,disaat itu Jack kaget dan tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh queen
Jack benar-benar sudah berada di puncak amarahnya setelah diperlakukan dengan buruk oleh Queen. Selama ini, ia telah berusaha sekuat tenaga untuk menjalankan tugasnya sebagai seorang anggota kepercayaan, meskipun sering kali harus menelan hinaan dan tekanan dari Queen. Namun, momen yang benar-benar membuat Jack terkejut adalah ketika Queen dengan dingin menyampaikan bahwa Kapten Ace, sosok yang sangat dihormati oleh Jack, merasa kecewa dengan performanya. Lebih dari itu, Queen bahkan menambahkan bahwa Ace mempertimbangkan untuk menggantikan Jack dengan seseorang yang dianggap lebih layak.
Pernyataan itu menghantam Jack seperti petir di siang bolong. Ia kaget, tidak percaya, dan merasa seolah-olah seluruh dunia runtuh di hadapannya. Sosok Ace yang selama ini menjadi panutannya, yang ia jadikan motivasi untuk terus maju, tiba-tiba terasa begitu jauh. Jack mencoba mencari kejujuran di wajah Queen, tetapi yang ia temukan hanyalah senyuman licik yang penuh dengan rasa puas.
Saat Jack masih tercengang dan merasa pusing mendengar ucapan Queen, suasana yang tegang tiba-tiba pecah oleh suara berat dan penuh wibawa yang datang dari dalam kegelapan hutan.
"Diam kau, Queen! Kalau kau terus mengoceh seperti itu, jangan-jangan kau yang akan diganti!" seru suara misterius itu, menggelegar di antara pepohonan.
Jack langsung mengangkat wajahnya dengan kaget, sementara Queen hanya mendengus, meskipun raut wajahnya menunjukkan sedikit kekhawatiran. Dari arah kegelapan, muncul King, sosok tenang namun selalu memancarkan aura intimidasi. Ia berjalan dengan langkah mantap, matanya yang tajam langsung menatap Queen.
"King," kata Queen dengan nada mencibir. "Kau selalu saja datang di saat-saat seperti ini, mengganggu percakapan pentingku."
"Percakapan penting?" balas King dengan nada dingin. "Menghina anggota kru sendiri bukanlah percakapan penting. Dan kau tahu, Jack sudah melakukan yang terbaik selama ini. Jangan mengotori nama Ace dengan kebohonganmu."
Jack, yang masih bingung dengan semua situasi ini, mencoba memahami apa yang sedang terjadi. Ia memandang Queen dengan tatapan bertanya-tanya. "Apa maksudmu tadi, Queen? Apa benar Kapten Ace kecewa padaku?"
Queen tertawa kecil, mengangkat bahunya dengan santai. "Oh, ayolah, Jack. Jangan terlalu serius. Aku hanya ingin memberimu sedikit dorongan. Lagipula, aku tidak sepenuhnya berbohong. Kapten Ace memang ingin memastikan semua anggota siap untuk misi besar kita kali ini."
"Misi besar?" tanya Jack, kini merasa sedikit lebih lega namun masih penasaran.
King menyilangkan lengannya, memandang Queen dengan tajam. "Jangan membuat semuanya terdengar lebih rumit daripada yang sebenarnya. Jelaskan saja, Queen."
Queen mendesah, meskipun terlihat senang menjadi pusat perhatian. "Baiklah, baiklah. Jadi begini, setelah berbulan-bulan berburu informasi dan menyusun potongan demi potongan peta kuno itu, akhirnya kita mendapatkan peta lengkap menuju harta karun VOC. Kau tahu, harta yang katanya hilang ratusan tahun lalu? Nah, Kapten Ace memutuskan ini adalah kesempatan emas untuk kru kita."
"Harta karun VOC?" ulang Jack, matanya membelalak. "Kudengar itu hanya legenda."
"Legenda yang sangat nyata," potong Queen sambil menyeringai. "Dan kini, kita punya petanya. Masalahnya, peta ini hanya menunjukkan lokasi secara kasar. Kita harus pergi ke sana lebih dulu dan memastikannya sebelum seluruh armada datang."
"Jadi, kita akan jadi tim pendahulu?" tanya Jack.
King mengangguk. "Benar. Aku, kau, dan Queen akan pergi malam ini. Armada Kapten Ace akan menyusul dua hari lagi. Tugas kita adalah memastikan lokasinya aman dan mencari tahu sebanyak mungkin tentang medan di sana."
Queen menambahkan, "Kapten Ace tidak ingin kita membuang waktu. Ini adalah kesempatan besar untuk mengubah segalanya. Jika kita berhasil, harta itu akan membuat kru kita menjadi yang terkuat di lautan ini."
Jack mengangguk, meskipun pikirannya masih penuh dengan berbagai pertanyaan. Namun, ia tidak bisa menyangkal bahwa semangat mulai tumbuh dalam dirinya. Misi ini bukan hanya tentang membuktikan dirinya, tetapi juga tentang membuat sejarah bersama kru Kapten Ace.
"Baiklah," katanya, suaranya kini tegas. "Aku siap. Katakan saja apa yang harus kulakukan."
Queen tersenyum lebar, sementara King menepuk bahu Jack dengan penuh kepercayaan. Malam itu, ketiganya bersiap untuk pergi menuju harta karun yang telah lama terkubur dalam misteri.
Lalu mereka pun melakukan persiapan dengan menggunakan kapal barang , dan disana queen sedang melakukan sebuah kontak dengan seseorang yang tidak diketahui oleh Jack maupun king , "lapor-pak " jawab queen di telpon itu sambil sembunyi-sembunyi.
Malam itu, suasana di camp kelompok Antonio masih dipenuhi dengan obrolan ringan di sekitar api unggun. Para anggota saling bertukar cerita sambil menikmati ikan panggang hasil tangkapan mereka. Namun, kehangatan itu sedikit terganggu ketika suara chip milik Fahmi kembali berbunyi, memecah keheningan.
"Halo, Fahmi. Ada sesuatu yang terjadi?" tanya Antonio dengan nada serius sambil melirik Fahmi yang buru-buru memeriksa chipnya.
Fahmi menatap layar kecil itu dengan alis berkerut sebelum akhirnya berkata, "Para bajak laut itu… mereka sudah bersiap untuk mencari harta karun VOC!"
Mendengar itu, Antonio tampak kaget. "Apa? Secepat itu?"
"Ya," Fahmi mengangguk. "Tapi tenang, mereka menggunakan kapal yang jalannya lambat. Menurut data ini, paling cepat mereka baru akan tiba besok sore."
Antonio menghela napas lega. "Kalau begitu, kita masih punya waktu. Kita akan lebih dulu sampai di lokasi dan memulai pencarian sebelum mereka sempat menyusul."
Namun, ia tiba-tiba tersenyum kecil, seolah memikirkan sesuatu. "Ngomong-ngomong, aku ingin memperkenalkan krunbaru yang membantu ekspedisi ini yaitu senior Ricky, yang merupakan 5 angkatan sebelum kita", kata Antonio.
Fahmi yang sejak tadi fokus bahas bajak laut kaget . "Senior Ricky? Lima angkatan sebelum kita?" Tanya Fahmi.
"Betul," jawab Antonio santai, seolah itu hal yang biasa.
Namun, wajah Fahmi kini tampak ragu. Ia menyandarkan tubuhnya sambil berpikir keras di otaknya. "Senior Ricky?aku sering membaca jurnal angkatan sebelumnya. Aku tahu cukup banyak nama-nama terkenal, tapi aku tidak pernah mendengar nama Ricky di angkatan lima sebelumnya. Bahkan… aku yakin dia tidak tercatat di jurnal manapun." Bicara dalam hati.
Senior Ricky pun mengambil chip tersebut dan mengatakan sesuatu. "Kau pasti bingung ,Tentu saja kau tidak tahu, Fahmi. Ada beberapa nama yang tidak pernah dicatat di jurnal atau dokumen resmi, Dan Ricky adalah salah satunya, ya karena saya pernah melakukan sebuah insiden dan agar nama Academy tidak tercemar nama saya pun di hapus tapi tetap bisa lulus." Jawab Ricky.
Fahmi mendengarkan penjelasan Ricky dengan seksama, mengangguk-angguk sesekali meski masih terlihat sedikit ragu. "Hmm, aku mengerti," ujarnya pelan, tetapi keraguan masih terpancar dari sorot matanya. "Jadi, meskipun namamu dihapus dari jurnal resmi, kamu tetap lulus, ya? Tapi kenapa tidak ada yang tahu tentang itu sebelumnya?" tanya Fahmi sambil sedikit mengerutkan keningnya. Ricky menghela napas pendek, seolah mencoba menenangkan perasaannya yang mulai sedikit terbebani oleh pertanyaan Fahmi. "Ada alasan tertentu yang membuat semuanya begitu rahasia, Fahmi. Aku hanya tidak ingin menimbulkan masalah baru. Percayalah, ini sudah berlalu dan aku hanya ingin melanjutkan hidup seperti biasa," jawab Ricky. Fahmi mengangguk sekali lagi, meski jelas terlihat bahwa pikirannya masih penuh tanda tanya.
Akhirnya telpon chip selesai Ricky dan antonio kembali ke camp, tapi Fahmi yang masih bingung, terhadap suara orang itu dia teringat sesuatu "suara itu terasa familiar" kata Fahmi yang masih terngiang-ngiang di kepalanya, sampai ia mengingat hanya ada satu nama dipikirannya yaitu, teman lama, rival sekaligus sahabat nya dulu saat.
"begitu ya, jadi dia bergerak tidak disangka bakal banyak pihak" kata Fahmi.
"atau dia kayanya, hanya ikut-ikutan hmmm.. Kalau begini, kayanya aku harus benar-benar serius menunjukkan dominasi ku" kata Fahmi.
"ya kan..." kata Fahmi, "seperti nya ia sudah terdorong lagi, Fahmi detektif hebat dari Asia" kata Ricky??.