SEQUEL KEDUA ANAK MAFIA TERLALU MENYUKAIKU!
Lucas Lorenzo yang mendapati kenalan baiknya Philip Newton berada di penjara Santa Barbara, ketika mengunjunginya siapa sangka Lucas dimintai tolong oleh Philip untuk menyelamatkan para keponakannya yang diasuh oleh sanak keluarga yang hanya mengincar harta mendiang orang tua mereka.
Lucas yang memiliki hutang budi kepada Philip pun akhirnya memutuskan untuk membantu dengan menyamar menjadi tunangan Camellia Dawson, keponakan Philip, agar dapat memasuki kediaman mereka.
Namun siapa sangka ketika Lucas mendapati kalau keponakan Philip justru adalah seorang gadis buta.
Terlebih lagi ada banyak teror di kediaman tersebut yang membuat Lucas tidak bisa meninggalkan Camellia. Ditambah adanya sebuah rahasia besar terungkap tentang Camellia.
Mampukah Lucas menyelamatkan Camellia dari orang yang mengincarnya dan juga kebenaran tentang gadis itu? Lalu bagaimana jika Camellia tahu bahwa Lucas adalah seorang mafia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Archiemorarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 11. MISI
Udara malam di luar jendela kamar terasa lengang dan dingin. Langit yang berselimut kelam seolah menjadi cermin bagi pikiran Lucas Lorenzo yang berkabut. Di dalam kamar tamu mewah yang diberikan keluarga Dawson padanya, ia berdiri di dekat jendela besar, menatap pekat gelapnya langit, sementara sebuah suara perempuan terdengar dari ponsel yang ia genggam erat.
"Rose, telingaku sakit kalau kau bicara seperti itu," tegur Lucas dengan nada lembut pada orang di seberang telepon, adik perempuannya.
"Bagaimana aku tidak berisik, saat aku kembali dari Quebec aku justru mendengar kakakku tidak di rumah padahal aku sudah membawakanmu oleh-oleh," protes Rosetta.
"Maaf, maaf, aku ada urusan yang harus diselesaikan," kata Lucas seraya memijit pelipisnya.
"Brother," suara Rosetta yang terdengar di seberang sana seketika berubah lembut namun tegas. "Apa ini tentang-"
"Ya," potong Lucas, matanya yang tajam menyipit. "Tentang dia yang hilang. Jejak terakhirnya membawaku ke sini, ke keluarga Dawson. Ada sesuatu yang disembunyikan, dan aku belum tahu apa. Tapi aku yakin kalau aku harus menggali lebih dalam," lanjutnya.
Lucas menarik napas berat. Kamar itu seolah mendadak sempit, seolah dinding-dinding tahu betapa dalam rahasia yang ia bawa.
"Kau yakin kalau hilangnya dia ada di tempatmu sekarang ini?" tanya Rosetta yang ingin mengonfirmasikan fakta tersebut.
Lucas menatap lurus ke luar jendela. "Aku tidak tahu. Tapi jejak terakhirnya berkaitan dengan mendiang suami-istri Dawson. Aku masuk ke rumah ini bukan hanya karena Philip menyuruhku menjaga Camellia. Aku juga mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi pada dia yang menghilang begitu saja setahun lalu."
Rosetta terdiam. Namun Lucas bisa membayangkan ekspresi adiknya, rasa cemas yang selalu ia sembunyikan dengan tenang.
"Kau ingin aku bantu selidiki lebih jauh?" ujar Rosetta, tentu adok Lucas itu akan selalu siap membantu kapan pun.
"Aku sudah tugaskan Zen dan Kellan untuk menelusuri koneksi bisnis lama keluarga Dawson. Tapi aku butuh bantuanmu untuk melacak semua yang berkaitan tentang Dawson, terutama apa pun yang berkaitan dengan Lembaga Bioethics dan riset yang entah bagaimana ada nama Dawson di sana."
"Baik. Aku akan mulai malam ini," ucap Rosetta setuju.
"Terima kasih."
"Brother," Rosetta kembali bersuara, kali ini dengan nada cemas. "Kau yakin ini tidak membahayakanmu? Kenapa tidak menungguku kembali. Aku dan Leonard bisa membantumu."
Lucas tidak menjawab langsung. Matanya tertuju pada bayangan samar dirinya sendiri di jendela. Sebuah bayangan yang mulai terasa asing baginya.
"Aku tidak tahu bahaya apa yang menungguku. Tapi Philip memberikan kesempatan bagus agar aku dapat masuk ke kalangan Dawson kemarin," jawab Lucas. Suaranya mengendur, seolah memberitahu ada pikiran berat di kepala pria jenius itu.
"Berjanjilah kau harus tetap hati-hati. Telepon aku jika kau butuh apa pun. Dan ingat, jangan sembrono dan terluka atau aku akan marah," kata Rosetta dengan nada mengancam yang justru terdengar menggemaskan seperti biasa untuk Lucas.
Lucas tertawa kecil, mendengar suara adiknya yang nakal itu justru entah bagaimana selalu berhasil membuat Lucas merasa lebih tenang.
Tok. Tok.
Suara ketukan di pintu memutus pembicaraan. Lucas buru-buru mematikan panggilan.
"Nanti kita lanjutkan," katanya cepat sebelum menekan tombol, atau bahkan mendengar jawaban dari adiknya.
Ia melangkah ke pintu, membukanya perlahan. Sosok Briana Dawson berdiri di ambang pintu dengan senyum menggoda dan nampan di tangannya. Sebuah gaun malam berwarna merah marun melingkupi tubuhnya, potongannya rendah, tipis, dan jelas sekali bertujuan untuk menarik perhatian pria manapun.
Briana melangkah sedikit lebih maju, membuat posisinya cukup dekat dengan dada Lucas, hingga aroma parfum melati yang ia pakai tercium jelas. Bahunya terekspos dengan indah, dan belahan dadanya sengaja terbuka sedikit lebih dalam dari biasanya. Ia menyilangkan kaki dengan anggun dan membiarkan jemarinya menyentuh rambut, menyibakkannya ke belakang pelan, gerakan yang begitu disengaja.
"Aku pikir, kau mungkin butuh sesuatu yang manis dan hangat," ucap Briana dengan senyum yang dirancang sempurna. Di atas nampan ada segelas wine, beberapa potong cokelat, dan keju lembut.
Lucas menatapnya beberapa detik. Mata pria itu tetap datar, tanpa binar kagum atau tertarik.
"Terima kasih," ucapnya singkat. Ia mengambil nampan tanpa memberi kesempatan Briana masuk.
Namun Briana tidak menyerah. Ia menyandarkan satu tangan pada kusen pintu, mengangkat alis sedikit.
"Kau yakin tidak ingin ditemani? Aku mengenal malam-malam yang sunyi dan terkadang, pria pun bisa rapuh di dalamnya."
Lucas membalas dengan tatapan tajam. "Aku lebih suka sunyi," tukasnya.
Namun Briana dengan lancangnya justru masuk ke dalam kamar bahkan ketika sang empunya ruangan tidak mengatakan kalau wanita itu boleh masuk. Ia berjalan dengan gemulai seperti menari, membuat setiap gerakan begitu sensual.
Lucas mengangkat alisnya sedikit, tapi tidak menyahut. Ia hanya menatapnya dengan tatapan dingin yang sukar ditebak. Briana terus masuk, mengayunkan pinggulnya dengan gerakan lambat namun pasti, seolah tubuhnya adalah jawaban atas malam yang sepi dan pikiran yang kusut.
Lucas hanya menghela napas panjang seraya meletakkan nampan di atas meja.
Briana mendekat, mengambil botol wine dan membuka tutupnya.
"Wine merah. 2012. Salah satu favoritku," katanya sambil menuangkan untuk Lucas, lalu untuk dirinya.
Lucas menatap cairan merah yang mengisi gelasnya. "Aku tidak minum alkohol."
Briana terkekeh kecil. "Sayang sekali. Tapi aku tetap akan menemanimu."
Ia duduk di kursi dekatnya, menyilangkan kaki hingga belahan gaunnya terbuka lebih lebar. Tangannya perlahan menyentuh lengan Lucas dengan gerakan halus.
"Kau tegang sekali malam ini. Banyak pikiran, Lucas?" ucapnya dengan nada mendayu.
Lucas menoleh, dan sorot matanya membuat Briana sejenak tercekat. Tatapan dingin, tanpa antusiasme, tanpa getaran yang bisa ia manfaatkan.
Briana menarik tangannya perlahan, tersenyum seolah menutupi rasa tersinggungnya. Tapi senyum itu adalah topeng, sebab pikirannya berputar, mencari celah.
Ingatkan Lucas setelah ini untuk mengunci pintu kamarnya, tidak ingin ada yang sembarangan masuk terutama wanita di tengah malam seperti ini.
"Kau tahu," kata Briana lirih sambil meneguk wine perlahan, "Camellia sangat beruntung. Seorang pria tampan, penuh misteri, dan menjanjikan masa depan cerah menjadi tunangannya."
Lucas hanya menjawab dengan diam. Ia kembali menatap dokumen di atas meja, tak tertarik dengan pujian yang hanya ingin menggiring ke satu arah. Lucas tidak bodoh untuk tahu tujuan Briana.
Namun di dalam diri Lucas seperti beberapa hari kemarin, ia tidak mengerti kenapa dirinya terus memikirkan satu orang. Camellia.
Lucas ingat sentuhan jemari lembut gadis itu saat mencoba menyentuh wajahnya untuk "melihat". Ia ingat senyuman gadis itu saat mendengarkan suara angin melalui daun-daun. Seseorang yang begitu polos, murni, dan jujur. Camellia adalah dunia yang tak seharusnya disentuh oleh lelaki seperti dirinya, yang menyimpan terlalu banyak darah dan rahasia.
Lucas menutup matanya sejenak. Jantungnya berdetak dengan pelan tapi berat. Ia jadi berpikir bahwa dirinya merasa seperti pembohong. Dihadapkan pada Camellia, setiap langkahnya terasa palsu. Ia menyusup ke rumah ini untuk misi. Ia mendekat demi penyelidikan. Tapi sekarang, setiap kali ia menatap gadis itu, ia tak bisa membedakan antara tugas dan keinginan.
Lucas berdiri perlahan. "Aku harus bekerja."
Briana tidak bergerak, tapi matanya menyipit tipis. Lucas membuka jendela sedikit, membiarkan udara dingin malam menyelinap ke dalam kamar. Ia menatap bintang-bintang yang jauh dan tak terjangkau.
Lucas tahu, semakin dalam ia menyelidik, semakin berbahaya posisi Camellia. Dan yang lebih mengerikan, semakin dekat ia pada kebenaran, semakin dekat pula ia pada hati Camellia yang tak pernah tahu bahwa pria yang tinggal satu atap dengannya adalah kebohongan yang hidup.
Namun, sesuatu tentang Camellia membuatnya ingin jujur. Ingin melindungi. Ia tidak mengira akan bertemu dengan gadis lugu dan murni seperti Camellia. Padahal ia berpikir kalau dirinya akan menemukan gadis manja dan sulit diatur ketika memutuskan bermain peran sebagai tunangan palsu ini.
Dan di baliknya, Briana masih duduk, diam dan mengamati. Matanya menyala seperti rencana yang belum selesai. Sebab ia tahu, setiap penolakan Lucas hanya membuatnya semakin tergoda untuk menang.
Walau akhirnya Briana harus keluar juga dari kamar Lucas karena pria itu mengusir Briana secara langsung dengan mengatakan ingin tidur.
Beberapa jam setelah Briana pergi, Lucas duduk di depan laptop khusus yang telah ia enkripsi, membuka jalur aman untuk menghubungi salah satu anggota kepercayaannya di jaringan bawah tanah.
Setelah mendapatkan sedikit informasi dari Zen, Lucas membuka kembali dokumen-dokumen lama yang sudah ia simpan. Foto-foto kegiatan sosial Dawson Foundation, catatan keuangan yang pernah bocor ke publik, serta nama-nama tamu kehormatan dalam berbagai acara amal mereka. Seraphine Vale, adik temannya yang hilang dan diduga menjadi whistleblower untuk sebuah proyek rahasia pemerintah, pernah tampil berdiri di samping Alfred Dawson dalam sebuah acara bertema Human Rights for Refugees.
Itulah titik temu pertama. Dan juga titik curiga Lucas.
Apakah keluarga Dawson terlibat langsung dalam penghilangan Seraphine? Atau mereka menyembunyikan sesuatu yang lebih besar?
Lucas mengepalkan tangan. Ia menatap layar kosong dan berkata lirih pada dirinya sendiri, "Kalau kau masih hidup, Sera. Aku akan menemukanmu. Demi janji yang belum sempat kutepati."
Lalu pikirannya kembali lagi ke Camellia. Gadis itu, terlalu tulus untuk menjadi bagian dari ini semua. Tapi darah yang mengalir dalam tubuhnya adalah darah dari Alfred dan Vivian Dawson. Dan jika benar bahwa keluarganya terlibat dalam sesuatu yang kelam, maka Lucas tahu ia akan menghancurkan dunia lugu Camellia sepenuhnya.
Sebuah konsekuensi yang ia benci harus ia pertimbangkan.
Lucas Lorenzo tidak hanya menyamar.
Ia tengah menyelami lautan rahasia yang bisa menenggelamkan siapa saja yang tidak kuat berenang di dalamnya.
karna saking kaget nya Cammy bisaa meliy lagi, dan orang² yg pernah mengkhianati Cammy menyesal
oiya btw kak, kan kemarin ada part yg Lucas bilang " dia lebih tua dari mu " itu Arthur atau Rose, terus umur Rose berapa sekarang, aku lupaa eee