NovelToon NovelToon
Tumbuh Di Tanah Terlarang

Tumbuh Di Tanah Terlarang

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Berondong / Nikahmuda / Poligami / Duniahiburan / Matabatin
Popularitas:13.9k
Nilai: 5
Nama Author: Dewi Adra

Aruna telah lama terbiasa sendiri. Suaminya, Bagas, adalah fotografer alam liar yang lebih sering hidup di rimba daripada di rumah. Dari hutan hujan tropis hingga pegunungan asing, Bagas terus memburu momen langka untuk dibekukan dalam gambar dan dalam proses itu, perlahan membekukan hatinya sendiri dari sang istri.

Pernikahan mereka meredup. Bukan karena pertengkaran, tapi karena kesunyian yang terlalu lama dipelihara. Aruna, yang menyibukkan diri dengan perkebunan luas dan kecintaannya pada tanaman, mulai merasa seperti perempuan asing di rumahnya sendiri. Hingga datanglah Raka peneliti tanaman muda yang penuh semangat, yang tak sengaja menumbuhkan kembali sesuatu yang sudah lama mati di dalam diri Aruna.

Semua bermula dari diskusi ringan, tawa singkat, lalu hujan deras yang memaksa mereka berteduh berdua di sebuah saung tua. Di sanalah, untuk pertama kalinya, Aruna merasakan hangatnya perhatian… dan dinginnya dosa.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Adra, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

TDT 7

Jarum jam sudah lewat dua belas, namun belum ada tanda-tanda kehadiran Raka. Aruna duduk di ruang tengah, sesekali melirik ke arah jendela. Aroma masakan yang dimasak Bu Marni menggoda indra penciumannya, tapi tak sebanding dengan gelisah yang bergolak di hatinya. Ia sempat berpikir untuk menelpon, sekadar menanyakan kabar, namun jemarinya tak kunjung berani menyentuh layar ponsel.

Biar saja, batinnya. Aku ingin tahu, apakah ia orang yang bisa dipegang kata-katanya.

Dan seperti jawaban dari semesta, suara mesin mobil terdengar mendekat di halaman depan. Aruna segera berdiri, menahan napas sejenak. Dari balik tirai, terlihat mobil jeep hitam Raka perlahan memasuki pekarangan. Jantung Aruna berdetak lebih cepat, dan senyuman kecil tak tertahan muncul di sudut bibirnya.

Kenapa aku begini? pikirnya. Hey, Aruna... kamu ini perempuan dewasa. Sudah kepala empat. Bukan anak remaja yang sedang belajar mengenal cinta!

Tapi sungguh, perasaan itu sulit ia tolak. Ada geletar hangat di dada. Ada sesuatu yang membuatnya antusias, seolah kehadiran Raka bukan sekadar kedatangan seorang rekan kerja, melainkan seseorang yang lebih berarti dari itu meski ia sendiri belum tahu seperti apa.

Aruna membuka pintu dengan senyum yang sulit disembunyikan, seolah tak menyangka Raka sudah berdiri di depannya. "Lho, kamu sudah datang? Aku kira kamu masih di lapangan."

Raka membalas dengan senyum tenang khasnya. “Saya nggak enak kalau telat. Janji makan siang, ya harus tepat waktu.”

Seketika, dada Aruna terasa hangat. Bukan karena ucapannya, tapi karena kesungguhan yang jarang ia dapat dari seorang pria apalagi setelah bertahun-tahun hidup dalam bayang-bayang pernikahan yang hambar.

Mereka duduk di ruang tamu, saling bertukar cerita sambil menunggu Bu Marni menyiapkan makan siang di meja makan. Suasana terasa ringan namun akrab. Aruna tertawa kecil mendengar cerita Raka soal pengalaman terkena lintah saat mendaki hutan perbatasan. Raka pun tersenyum melihat Aruna yang tak hanya pintar bicara soal kebun, tapi juga menyenangkan diajak mengobrol.

Namun ketenangan itu mendadak pecah.

Ponsel Raka yang tergeletak di meja bergetar, nadanya khas untuk panggilan masuk. Mereka berdua secara refleks menoleh. Di layar muncul foto seorang perempuan muda, sangat cantik dengan rambut panjang dan senyum manis, menyilaukan.

Nama panggilan yang tertulis di layar membuat Aruna tercekat: My future.

Ia segera menunduk, pura-pura tak melihat, tapi matanya sempat menangkap jelas foto itu. Jantungnya berdetak lebih kencang, bukan karena cemburu, mungkin juga bukan karena terkejut ia sendiri tak yakin.

Raka terdiam sebentar, lalu dengan wajah datar ia mengambil ponselnya. “Maaf, saya permisi sebentar.”

Ia melangkah ke teras. Suaranya memang pelan, tapi suara di seberang terdengar cukup jelas dari balik kaca pintu.

“Raka! Kamu ke mana aja sih? Udah dua hari nggak ada kabar. Jadi nggak sih lihat-lihat venue tunangan? Jangan bilang kamu lupa!” Nada perempuan itu terdengar kecewa dan marah.

Aruna tetap di tempatnya, tapi pikirannya melayang jauh. Tiba-tiba ruang tamu itu terasa sepi. Suara sendok Bu Marni yang beradu dengan piring di dapur justru terdengar seperti gema. Ia menatap kosong ke arah pintu, lalu beranjak perlahan ke dapur, pura-pura membantu.

Beberapa menit kemudian, raka kembali masuk ke ruang tamu. Langkah kakinya terdengar mantap, tapi sorot matanya sedikit berubah. Tak seceria tadi, tak setenang biasanya. Seperti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Aruna yang memperhatikannya dari balik meja bar segera berdiri dan tersenyum, mencoba mencairkan suasana.

"Ayo kita makan dulu sebelum makanannya dingin," ajaknya ringan, sembari memberi isyarat ke arah ruang makan.

Raka mengangguk kecil. "Terima kasih, Ibu Aruna. Saya menghargai jamuan ini," ucapnya sopan, tapi tetap dengan raut wajah yang seperti sedang menimbang sesuatu dalam benaknya.

Mereka duduk berhadapan di meja makan yang tertata rapi. Aroma masakan yang menggoda tercium hangat di udara, namun Aruna bisa merasakan bahwa perhatian pria di depannya tidak sepenuhnya hadir di ruangan itu.

Sambil menuangkan air ke gelas Raka, Aruna mencoba membuka percakapan. “Kamu kelihatan sedang memikirkan sesuatu, Raka. Ada yang mengganggu?”

Raka menoleh padanya sejenak. Bibirnya tersenyum, seperti sedang menahan kalimat yang terlalu panjang untuk diucapkan sekaligus. Tapi akhirnya ia menjawab, pelan, “Tadi itu... tunangan saya. Sepertinya dia sedang tidak sabar dengan banyak hal.”

Aruna terdiam sejenak. Hatinya tercekat, tapi ia tetap menampilkan senyum terbaiknya. “Oh, begitu... memang, persiapan acara seperti itu kadang menyita emosi.”

“Iya,” sahut Raka singkat. Ia menatap piringnya sejenak sebelum akhirnya mulai mengambil sendok. “Kadang saya bertanya-tanya... apa saya sudah membuat keputusan yang tepat.”

Kalimat itu membuat tangan Aruna terhenti sejenak di atas meja. Namun ia tidak bertanya lebih jauh. Ia hanya mengangguk pelan dan membiarkan suasana makan siang itu mengalir dengan tenang, sambil dalam hatinya bertanya apa yang sebenarnya sedang bergemuruh di dalam dada pria itu?

Walaupun hatinya sedikit tercekat, Aruna tetap berusaha tenang. Ia menelan ludah perlahan, menjaga agar raut wajahnya tidak berubah. Ia tersenyum tipis, mencoba menutup gejolak yang diam-diam meletup dalam dadanya.

“Oh... jadi yang menelpon tadi itu tunanganmu ya?” tanyanya ringan, walau suaranya terdengar sedikit lebih pelan dari biasanya.

Raka menggeleng pelan. “Bukan tunangan... masih calon,” jawabnya, disertai tarikan napas yang dalam. “Tapi, ya... arahnya memang ke sana.”

Aruna mengangguk kecil, mencoba tetap rasional. Tapi di dalam dirinya, sesuatu seperti retak. Ia tidak tahu pasti sejak kapan pria itu mulai mencuri perhatiannya dan kini, tahu bahwa Raka sedang menuju ke jenjang yang lebih serius dengan wanita lain, rasanya seperti ditarik paksa kembali ke bumi.

Ia memilih diam sejenak, membiarkan hening menggantung di antara mereka, sampai akhirnya Raka kembali bersuara.

“Sebenarnya... ada hal yang ingin aku jujur.” Suaranya agak pelan, seolah sedang menyusun kata-kata agar tidak salah arah. “Semakin dekat dengan rencana pertunangan itu... aku justru semakin melihat sisi lain dari Rita. Bukan cuma soal emosi atau sikapnya yang berubah... tapi lebih dari itu, aku mulai bertanya pada diriku sendiri, apakah ini benar-benar yang aku mau?”

Aruna menoleh perlahan, memandangnya dengan sorot penuh perhatian.

“Aku sengaja mengulur waktu,” lanjut Raka, menatap tangannya sendiri yang menggenggam sendok. “Bukan karena aku ragu menikah, tapi karena aku ingin memastikan... bahwa aku akan menjalani hidup dengan orang yang tepat. Bukan sekadar karena sudah direncanakan. Dan makin ke sini, aku merasa... Rita bukan orang itu.”

Aruna menunduk perlahan. Ada desir hangat sekaligus getir yang melintas di dadanya. Ia tak tahu apa artinya semua ini bagi mereka berdua, tapi satu hal pasti kalimat itu membuka celah—celah yang tak pernah ia sangka akan hadir secepat ini.

1
ovi eliani
ayo aruna waktunya bertindak , tlp bagus agarbmemberikan bukti ke polisi, biar bagas tau senjata makan tuan, biar dia yg masuk polisi biar tau rasa kamu bagas , biar bagas tau dingin nya jeruji besi, aku mwndukung mu aruna jgn kasih ampun bagas dan biar mata mak lampir juga terbuka bahwa kamu wanita yg baik aruna. semangat thor up nya tambah hreget ini.
R 💤
betul sih ini Thor...
R 💤
kok aku ikut seneng ya Raka gitu, dosa gak sih 🙈
Dee: Tenang, itu tandanya kamu punya hati yang peka. Raka emang bikin suasana jadi adem ya~ Yuk terus ikuti kisahnya, siapa tahu kamu makin sayang sama dia 🤭💕"
total 1 replies
R 💤
bisa dikatakan ia lagi puber kedua gak sih
Dee: Siap Kakak, nanti aku coba mampir ya,🥰
R 💤: ditunggu Thor,, jika berkenan mampir di lapakku juga Thor hehe 👋🏻 CINTA TUAN MAFIA , terimakasih
total 3 replies
R 💤
acieee...Aruna berbunga bunga tuhh
R 💤
selamatkan juga hati ibu hehe
ovi eliani
up lagi dong thor ketemuain aruna dan raka ,pingin melihat bicara , mak lampir suruh pulang dulu sama pak lampir biar ngak nganggu...semangat thor up lg malam ini, ceritanya bikin penasaran
ovi eliani
ayo aruna kamu harus membela yg benar, suami mu sdh mulai gila, kasian raka dia tak bersalah. terus buat mak lampir minta maaf sama kamu sampai mengemis maaf mu karena sdh kurang ajar mulutnya
Daniah A Rahardian
puitis banget☺️
ovi eliani
sedih amat sih thor , seng sabar ya aruna, alon alon waton kelakon , awas aja kamu nyamuk nenek lampir tak sedot ubun2 mu, wes tue belagu , semangat thor kasihbpelajaran itu nyamuk mak lampir karo bagas laki2 tak berguna.
Daniah A Rahardian: Beneran deh tuh nyamuk mak lampir sama si Bagas emang udah kelewatan. Aruna tuh udah sabar banget, tapi ya gimana... kadang orang baik tuh malah disakitin mulu 😤.
total 1 replies
Daniah A Rahardian
Wow.. keren and puitis banget. Author emang pinter ya memilih kata2.
O ya aku udah jg ngeliat visual mereka di ig mu Thor, Aruna cantik banget dan Raka guanteng abis 🫶
Dee: Makasi Kakak, aku nyari yg pos buat karakter mereka.
total 1 replies
xia~xiaoling
ngena banget kata2 e aruna...kyk e aruna ini puitis banget deh...suka ma karakter aruna
Dee: Makasii! Senang banget Aruna bisa nyampe di hati Kakak😍
total 1 replies
Daniah A Rahardian
Suami 🤬🤬
Dee: Sabar... sabar...☺️
total 1 replies
ovi eliani
aku suka kesal sama nyamuk nyamuk ini selalu heboh embok ya di dengarkan dulu, no sono laporin aja bagas nya biar tau rasa, nyamuk sama bagas memang cocok kumpulan manusia pencinta hutan jadi hifup seenaknya aja. lho kate kebun binatang, semangat thor aku jd gregetan bacanya, sholat dulu ya.
Dee: Memang ya nyamuk dan Bagas tuh kombinasi bikin emosi, tapi tenang... nanti ada kejutan buat mereka, ditunggu terus yaa~ Makasih banyak udah baca dan komen seru begini, semangat terus dan selamat beribadah juga ya kak ,💚🙏
total 1 replies
ovi eliani
aruna aruna saksi ya kan ada para pekerja kan melihat, twrutama kamu melihat sendiri, ngaoain hidup dgn bagas yg egois, lupa kan hempaskan masih banyak laki laki yg lain, semangat aruna ..
ovi eliani
thor up dobble biar tambah semangat bacanya, maunya aruna urusi raka aja, bagas buang aja ke laut
Daniah A Rahardian
Thor pliss...jgn kamu buat kayak di "Ternyata Hanya Kamu Cintaku", nanti aku nangis lagi nih! Aku jadi inget Alex😭
ovi eliani
wah wah mulai agak panas in ceritanyai seperti panas nya matahari di siang hari , bagas2 sekarang aja cemburu orak dewasa dewasa diri mu son son, udah raka laporkan bagas dengan tindak pidana main hakim sendiri biar mampus terkubur di penjara sepertih aruna yg hatinya tetpenjara di hati raka, Hidup adalah perjalanan, jangan lelah untuk terus berjuang. semangat thor buat ceruta yg lebih panas wkwkwwk
ovi eliani
belum greget ini thor, mau yang jeng jeng disaat aruna raka berdua, suami yg tak berguna datang. maaf ya thor bukan berarti aku setuju dhn perselingkuhan tp manusia punya batas kesabaran karena kelah nya wanita akan berujung dengan ke tidak pedulian. wahar klo bagas diberi pelajaran buat sadar diri , dobble up atuh thor semabgat benar bacanya.
xia~xiaoling
baca kayak nak muda lg kasmaran thor..pd hal ini yg bc emak2 berdaster..wkwkwk
Dee: Hahahaha... emak berdaster juga boleh dong kasmaran lagi!, semoga tetap bikin hati deg-degan yaa 😄💖
Tapi justru pembaca setia kayak emak-emak berdaster lho yang paling tulus menikmati cerita😁
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!