NovelToon NovelToon
Pelarian Bintang Senja

Pelarian Bintang Senja

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Cinta Istana/Kuno / Akademi Sihir / Diam-Diam Cinta / Pusaka Ajaib / Aliansi Pernikahan
Popularitas:650
Nilai: 5
Nama Author: ainul hasmirati

Suara Raja Bramasta terdengar tegas, namun ada nada putus asa di dalamnya

Raja Bramasta: "Sekar, apa yang kau lakukan di sini? Aku sudah bilang, jangan pernah menampakkan diri di hadapanku lagi!"

Suara Dayang Sekar terdengar lirih, penuh air mata

Dayang Sekar: "Yang Mulia, hamba mohon ampun. Hamba hanya ingin menjelaskan semuanya. Hamba tidak bermaksud menyakiti hati Yang Mulia."

Raja Bramasta: "Menjelaskan apa? Bahwa kau telah menghancurkan hidupku, menghancurkan keluargaku? Pergi! Jangan pernah kembali!"

Suara Ibu Suri terdengar dingin, penuh amarah

Ibu Suri: "Cukup, Bramasta! Cukup sandiwara ini! Aku sudah tahu semuanya. Aku tahu tentang hubunganmu dengan wanita ini!"

Bintang Senja terkejut mendengar suara ibunya. Ia tidak pernah melihat ibunya semarah ini sebelumnya.

Raja Bramasta: "Kandahar... dengarkan aku. Ini tidak seperti yang kau pikirkan."

Ibu Suri: "Tidak seperti yang kupikirkan? Jadi, apa? Kau ingin mengatakan bahwa kau tidak berselingkuh dengan dayangmu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainul hasmirati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 6: Putri Bintang dan Mimpi Mimpinya

Mentari pagi merayap masuk melalui celah tirai kamar Putri Bintang. Cahayanya yang lembut menyapu wajah sang putri yang masih terlelap dalam mimpi. Di usianya yang menginjak 17 tahun, Bintang adalah perpaduan sempurna antara kecantikan ibunya, Ratu Dewi Maharani, dan ketegasan ayahnya, Raja Surya. Namun, di balik parasnya yang rupawan, tersimpan gejolak jiwa yang merindukan kebebasan.

Bintang menggeliat pelan, membuka matanya yang bening. Ia meregangkan tubuhnya, merasakan setiap ototnya yang masih kaku. Pikirannya langsung tertuju pada mimpinya semalam. Mimpi tentang padang rumput luas, kuda-kuda liar yang berlarian bebas, dan dirinya yang menunggangi salah satu dari mereka, tanpa beban, tanpa aturan.

"Mimpi itu lagi," gumamnya lirih.

"Kapan aku bisa merasakan kebebasan seperti dalam mimpi?"

Tiba-tiba, pintu kamarnya terbuka. Seorang dayang masuk dengan membawa nampan berisi sarapan. Dayang itu membungkuk hormat.

"Selamat pagi, Yang Mulia Putri. Sarapan sudah siap," ucapnya lembut.

Bintang menghela napas. Rutinitasnya sebagai seorang putri selalu sama. Bangun, sarapan, belajar, bertemu guru, latihan menari, dan seterusnya. Tidak ada ruang untuk dirinya sendiri, apalagi untuk mewujudkan mimpi-mimpinya.

"Terima kasih, Dayang Melati," jawab Bintang.

"Letakkan saja di meja."

Dayang Melati meletakkan nampan di meja dekat jendela. Aroma harum bubur ayam dan teh melati memenuhi ruangan. Bintang bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju meja. Ia duduk dan mulai menyantap sarapannya dengan lesu.

Sambil makan, pikirannya kembali melayang. Ia teringat percakapannya dengan ayahnya beberapa waktu lalu.

Kilasan Balik

Bintang berdiri di hadapan Raja Surya di ruang kerja kerajaan. Ruangan itu dipenuhi buku-buku kuno dan artefak berharga. Raja Surya duduk di singgasananya, menatap putrinya dengan tatapan serius.

"Bintang, usia kamu sudah semakin dewasa," kata Raja Surya.

"Sudah saatnya kamu memikirkan masa depan kerajaan."

Bintang menunduk. Ia tahu apa yang akan dikatakan ayahnya.

"Ayahanda, Bintang mengerti," jawabnya lirih.

"Tapi, apakah Bintang tidak punya pilihan lain?"

Raja Surya menghela napas. Ia bangkit dari singgasananya dan berjalan mendekati putrinya.

"Bintang, kamu adalah putri. Kamu memiliki tanggung jawab besar terhadap kerajaan ini. Pernikahanmu akan menjadi salah satu cara untuk menjaga stabilitas dan kemakmuran kerajaan," jelas Raja Surya.

"Tapi, Ayahanda, Bintang ingin menikah karena cinta, bukan karena politik," bantah Bintang.

"Cinta bisa tumbuh seiring waktu," balas Raja Surya.

"Yang terpenting adalah kamu memilih pasangan yang tepat, yang bisa membantu kamu memimpin kerajaan ini."

Bintang terdiam. Ia tahu bahwa ayahnya tidak akan mengubah keputusannya.

"Baiklah, Ayahanda," ucapnya akhirnya.

"Bintang akan menuruti keinginan Ayahanda."

Raja Surya tersenyum lega. Ia memeluk putrinya dengan sayang.

"Ayah tahu kamu akan mengerti, Bintang. Ayah hanya ingin yang terbaik untukmu dan untuk kerajaan ini," kata Raja Surya.

"Bintang, ayahanda ingin kau tahu bahwa ayahanda sangat menyayangimu."

"Bintang juga menyayangi Ayahanda, tapi mengapa Ayahanda tidak mengerti perasaan Bintang?"

"Ayahanda mengerti, Bintang. Tapi, ayahanda harus memikirkan kepentingan kerajaan. Pernikahanmu dengan Pangeran Rockwell akan membawa banyak manfaat bagi kerajaan kita."

"Tapi, bagaimana dengan kebahagiaan Bintang, Ayahanda? Apakah Ayahanda tidak peduli dengan kebahagiaan Bintang?"

"Ayahanda peduli, Bintang. Tapi, kebahagiaanmu tidak boleh mengorbankan kepentingan kerajaan."

"Lalu, apa yang harus Bintang lakukan, Ayahanda? Apakah Bintang harus mengorbankan kebahagiaan Bintang demi kerajaan ini?"

"Ayahanda harap kau bisa mengerti, Bintang. Ayahanda yakin kau akan membuat keputusan yang tepat."

Kilasan Balik Berakhir

Bintang mengaduk-aduk buburnya dengan sendok. Nafsu makannya hilang seketika. Ia merasa seperti burung dalam sangkar emas. Semua yang ia inginkan tersedia, tapi ia tidak bisa terbang bebas.

Tiba-tiba, terdengar ketukan di pintu kamarnya. Bintang mendongak.

"Masuk," serunya.

Pintu terbuka dan seorang pria muda masuk ke dalam kamar. Pria itu adalah Pangeran Rockwell, putra mahkota dari kerajaan tetangga. Ia adalah salah satu kandidat yang dijodohkan dengan Bintang.

"Selamat pagi, Putri Bintang," sapa Pangeran Rockwell dengan senyum ramah.

"Apakah saya mengganggu?"

Bintang berusaha tersenyum. Ia tidak menyukai Pangeran Rockwell, tapi ia harus bersikap sopan.

"Tidak juga, Pangeran Rockwell," jawab Bintang.

"Silakan duduk."

Pangeran Rockwell duduk di kursi dekat meja makan. Ia memperhatikan Bintang yang tampak murung.

"Apakah ada sesuatu yang mengganggu pikiran Putri?" tanya Pangeran Rockwell.

Bintang menghela napas. Ia ragu untuk menceritakan perasaannya kepada Pangeran Rockwell, tapi ia merasa tidak punya pilihan lain.

"Pangeran Rockwell, sejujurnya, Bintang merasa tidak bahagia dengan perjodohan ini," ungkap Bintang.

Pangeran Rockwell terkejut mendengar pengakuan Bintang. Ia tidak menyangka bahwa putri yang selama ini ia kagumi ternyata tidak menyukainya.

"Putri Bintang, saya mengerti perasaan Anda," kata Pangeran Rockwell.

"Saya juga tidak ingin menikah tanpa cinta. Tapi, saya juga memiliki tanggung jawab terhadap kerajaan saya."

"Lalu, apa yang akan kita lakukan, Pangeran Rockwell?" tanya Bintang.

Pangeran Rockwell berpikir sejenak. Ia menatap Bintang dengan tatapan serius.

"Saya punya ide," kata Pangeran Rockwell.

"Bagaimana kalau kita membuat kesepakatan?"

"Kesepakatan apa?" tanya Bintang penasaran.

"Kita akan berpura-pura saling mencintai di depan keluarga kerajaan dan rakyat kita," jelas Pangeran Rockwell.

"Kita akan menikah dan menjalankan tugas kita sebagai seorang raja dan ratu. Tapi, di belakang layar, kita akan tetap menjadi teman. Kita akan saling mendukung dan membantu mewujudkan mimpi-mimpi kita."

Bintang terkejut mendengar tawaran Pangeran Rockwell. Ia tidak menyangka bahwa pria yang selama ini ia anggap membosankan ternyata memiliki pikiran yang sama dengannya.

"Apakah Pangeran Rockwell serius?" tanya Bintang.

"Tentu saja, Putri Bintang," jawab Pangeran Rockwell.

"Saya ingin kita berdua bahagia. Saya tidak ingin kita terpaksa menikah tanpa cinta."

Bintang tersenyum lega. Ia merasa seperti menemukan secercah harapan di tengah kegelapan.

"Baiklah, Pangeran Rockwell," kata Bintang.

"Bintang setuju dengan kesepakatan ini."

Pangeran Rockwell tersenyum senang. Ia mengulurkan tangannya kepada Bintang.

"Saya senang mendengarnya, Putri Bintang," kata Pangeran Rockwell.

"Semoga kita bisa menjadi teman yang baik."

Bintang menjabat tangan Pangeran Arya dengan erat. Ia merasa bahwa ia telah membuat keputusan yang tepat.

 

Setelah Pangeran Rockwell pergi, Bintang merasa lebih bersemangat. Ia memiliki rencana untuk mewujudkan mimpi-mimpinya. Ia akan menggunakan posisinya sebagai seorang putri untuk membantu rakyatnya dan membuat perubahan positif di kerajaannya.

Ia bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju lemari pakaiannya. Ia memilih gaun yang paling sederhana dan nyaman. Ia tidak ingin terlihat seperti seorang putri yang mewah dan sombong.

Bintang berbicara sendiri di depan cermin

"Aku tidak bisa terus seperti ini. Aku harus melakukan sesuatu. Aku harus mencari cara untuk melarikan diri dari kehidupanku yang terkekang."

Bintang melihat ke arah bintang-bintang di langit.

"Bintang-bintang, tolong berikan aku kekuatan. Tolong tunjukkan aku jalan keluar dari masalah ini."

Bintang tersenyum

"Aku tahu apa yang harus aku lakukan. Aku akan melarikan diri dari kerajaan dan mencari kebebasan yang selama ini aku impikan."

Ia kemudian berjalan keluar dari kamarnya dan menuju taman kerajaan. Ia ingin menghirup udara segar dan menikmati keindahan alam.

Di taman, ia bertemu dengan sahabatnya, Ratih. Ratih adalah seorang gadis desa yang cerdas dan berani. Ia adalah satu-satunya orang yang tahu tentang mimpi-mimpi Bintang.

"Bintang, kudengar kau akan segera menikah dengan Pangeran Rockwell. Apa benar?"

"Benar, Ratih. Tapi, aku tidak bahagia dengan perjodohan ini."

"Aku tahu, Bintang. Kau selalu bermimpi tentang kebebasan. Bagaimana mungkin kau bisa bahagia dengan pernikahan politik seperti ini?"

"Aku tidak tahu, Ratih. Aku merasa seperti terjebak dalam sangkar emas."

"Jangan menyerah, Bintang. Kau harus berani memperjuangkan kebahagiaanmu."

"Tapi, bagaimana caranya, Ratih? Aku adalah seorang putri. Aku memiliki tanggung jawab terhadap kerajaan ini."

"Kau bisa mencari cara untuk menyeimbangkan antara kewajibanmu dan kebahagiaanmu, Bintang. Kau bisa menjadi putri yang baik dan bahagia pada saat yang bersamaan."

Bintang, kamu terlihat lebih ceria hari ini," kata Ratih sambil tersenyum.

"Apakah ada sesuatu yang terjadi?"

Bintang menceritakan tentang pertemuannya dengan Pangeran Rockwell dan kesepakatan yang mereka buat. Ratih terkejut mendengar cerita Bintang.

"Bintang, apakah kamu yakin dengan keputusan ini?" tanya Ratih. "Bagaimana kalau Pangeran Rockwell berubah pikiran?"

"Aku percaya pada Pangeran Rockwell, Ratih," jawab Bintang. "Aku yakin dia akan menepati janjinya."

"Aku harap kamu benar, Bintang," kata Ratih. "Aku hanya tidak ingin kamu terluka."

"Aku tahu, Ratih," kata Bintang. "Tapi, aku harus mencoba. Aku tidak bisa terus hidup dalam sangkar emas ini."

Bintang dan Ratih kemudian berjalan-jalan di taman sambil bercanda dan tertawa. Bintang merasa bahagia bisa menghabiskan waktu bersama sahabatnya.

Tiba-tiba, mereka mendengar suara langkah kaki mendekat. Mereka menoleh dan melihat seorang pria berpakaian serba hitam berdiri di hadapan mereka. Pria itu adalah seorang pengawal kerajaan.

"Putri Bintang, Anda dipanggil oleh Raja Surya," kata pengawal itu dengan nada hormat.

Bintang mengernyitkan keningnya. Ia tidak tahu mengapa ayahnya memanggilnya.

"Baiklah, aku akan segera datang," jawab Bintang.

Bintang berpamitan kepada Ratih dan mengikuti pengawal itu menuju ruang kerja kerajaan. Ia merasa firasat buruk tentang panggilan ayahnya.

 

Di ruang kerja kerajaan, Raja Surya duduk di singgasananya dengan wajah muram. Bintang berdiri di hadapannya dengan perasaan cemas.

"Bintang, ayahanda mendapat kabar bahwa kamu bertemu dengan Pangeran Rockwell," kata Raja Surya dengan nada dingin.

Bintang terkejut. Ia tidak tahu bagaimana ayahnya bisa tahu tentang pertemuannya dengan Pangeran Rockwell.

"Benar, Ayahanda," jawab Bintang.

"Bintang hanya ingin berbicara dengan Pangeran Rockwell tentang perjodohan ini."

"Apa yang kalian bicarakan?" tanya Raja Surya.

Bintang ragu untuk menceritakan tentang kesepakatannya dengan Pangeran Rockwell. Ia takut ayahnya akan marah dan membatalkan perjodohan itu.

"Kami hanya berbicara tentang bagaimana cara membuat kerajaan kita semakin makmur dan sejahtera, Ayahanda," jawab Bintang dengan gugup.

Raja Surya menatap Bintang dengan tatapan menyelidik. Ia tidak percaya dengan jawaban putrinya.

"Bintang, jangan berbohong kepada ayahanda," kata Raja Surya dengan nada tegas.

"Ayahanda tahu bahwa kamu tidak menyukai Pangeran Rockwell. Kamu tidak ingin menikah dengannya."

Bintang terdiam. Ia tidak bisa lagi menyembunyikan perasaannya.

"Benar, Ayahanda," jawab Bintang dengan jujur.

"Bintang tidak ingin menikah dengan Pangeran Rockwell. Bintang ingin menikah karena cinta, bukan karena politik."

Raja Surya menghela napas. Ia sudah menduga bahwa putrinya akan mengatakan hal itu.

"Bintang, ayahanda mengerti perasaanmu," kata Raja Surya dengan nada lembut.

"Tapi, kamu harus mengerti bahwa pernikahanmu adalah untuk kepentingan kerajaan. Kamu tidak bisa hanya memikirkan kebahagiaanmu sendiri."

"Tapi, Ayahanda, bagaimana dengan mimpi-mimpi Bintang?" tanya Bintang dengan air mata berlinang.

"Apakah Bintang harus mengorbankan semuanya demi kerajaan ini?"

Raja Surya bangkit dari singgasananya dan berjalan mendekati putrinya. Ia memeluk Bintang dengan sayang.

"Bintang, ayahanda tahu bahwa kamu memiliki mimpi-mimpi yang besar," kata Raja Surya.

"Tapi, kamu harus ingat bahwa kamu adalah seorang putri. Kamu memiliki tanggung jawab besar terhadap kerajaan ini. Kamu tidak bisa hanya memikirkan dirimu sendiri."

Bintang menangis dalam pelukan ayahnya. Ia merasa seperti terjebak dalam situasi yang sulit. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan.

"Ayahanda, Bintang mohon, biarkan Bintang memilih jalan hidup Bintang sendiri," pinta Bintang dengan suara lirih.

"Biarkan Bintang mewujudkan mimpi-mimpi Bintang."

Raja Surya melepaskan pelukannya. Ia menatap Bintang dengan tatapan sedih.

"Bintang, ayahanda tidak bisa mengabulkan permintaanmu," kata Raja Surya dengan nada tegas.

"Kamu harus menikah dengan Pangeran Rockwell. Itu adalah keputusan terbaik untuk kerajaan ini."

Bintang terkejut mendengar jawaban ayahnya. Ia tidak menyangka bahwa ayahnya akan begitu tega kepadanya.

"Ayahanda, Bintang mohon..."

"Keputusan ayahanda sudah bulat, Bintang," potong Raja Surya dengan nada keras.

"Kamu harus mempersiapkan diri untuk pernikahanmu. Pernikahan akan dilangsungkan sebulan lagi."

Bintang terdiam. Ia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Ia merasa seperti dunianya runtuh.

Raja Surya kemudian berbalik dan berjalan kembali menuju singgasananya. Ia tidak ingin melihat putrinya yang sedang bersedih.

"Kamu boleh pergi, Bintang," kata Raja Surya tanpa menoleh.

Bintang berjalan keluar dari ruang kerja kerajaan dengan langkah gontai. Ia merasa seperti kehilangan harapan.

Di kamarnya, Bintang terduduk lemas di tempat tidur. Air matanya terus mengalir tanpa henti. Ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia merasa seperti tidak punya pilihan lain selain menuruti keinginan ayahnya.

Tiba-tiba, ia teringat pada mimpinya tentang padang rumput luas dan kuda-kuda liar yang berlarian bebas. Ia merasa bahwa mimpinya itu adalah sebuah petunjuk. Ia harus mencari cara untuk melarikan diri dari kehidupannya yang terkekang.

Ia bangkit dari tempat tidur dan berjalan menuju jendela kamarnya. Ia menatap langit malam yang bertaburan bintang. Ia merasa bahwa bintang-bintang itu adalah teman-temannya. Mereka adalah saksi bisu dari kesedihannya.

"Bintang-bintang, tolong berikan aku kekuatan," bisik Bintang lirih.

"Tolong tunjukkan aku jalan keluar dari masalah ini."

Tiba-tiba, ia melihat sebuah bintang jatuh melintas di langit. Ia merasa bahwa bintang itu adalah jawaban atas doanya. Ia harus berani mengambil risiko dan memperjuangkan kebahagiaannya.

Ia kemudian tersenyum. Ia tahu apa yang harus ia lakukan. Ia akan melarikan diri dari kerajaan dan mencari kebebasan yang selama ini ia impikan.

Ia mulai menyusun rencana pelariannya. Ia akan meminta bantuan kepada Ratih dan beberapa orang kepercayaannya. Ia akan pergi ke tempat yang jauh dan memulai hidup baru.

Ia tahu bahwa pelariannya akan menimbulkan masalah bagi kerajaannya. Tapi, ia tidak punya pilihan lain. Ia harus memilih antara kebahagiaannya sendiri dan kewajibannya sebagai seorang putri.

Ia bertekad untuk tidak menyerah. Ia akan terus berjuang sampai ia menemukan kebahagiaannya. Ia akan menjadi putri bintang yang bebas dan bahagia.

1
semangat author 😍
jangan lupa untuk update terus 💪👍
💪 Thor
LyaAnila
Arya, jangan bilang anda diam-diam menaruh rasa dengan putri Bintang ya/Shame//Shame/
LyaAnila
kalau misalkan kamu nggak bahagia coba jujur aja sama perasaanmu. jangan dipendam
sungguh baik sekali buk Mirah ini
musafir berpakaian seperti seorang putri kah?
semangat tor💪
Trà sữa Lemon Little Angel
Wajib dibaca!
Huo Ling'er
iya terimakasih banyak ya jangan lupa mampir terus hehehehehe🤭🙏
Kei Kurono
Keren! Bagus banget ceritanya.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!