Lin Chen hanyalah siswa biasa yang ingin hidup tenang di Akademi S-Kelas di Tiongkok. Namun, kedatangan Wei Zhiling, teman masa kecilnya yang cantik dan pewaris keluarga terkenal, membuat hidupnya kacau. Meskipun berusaha menghindar, Lin Chen malah menjadi pusat perhatian gadis-gadis berbakat di akademi. Bisakah ia menjalani kehidupan sekolah normal, atau takdirnya selalu membuatnya terjebak dalam situasi luar biasa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nocturne_Ink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6 - Konfrontasi Dibawah tanah
Perpustakaan bawah tanah
“Kenapa kamu selingkuh!”
Babi kecil itu muncul sambil berteriak dan mengamuk seperti biasanya, tak ada yang bisa menenangkannya.
“Hei kau! Kamu poni yang jelek banget.”
“U...Uhh...!”
Huang'er langsung menciut begitu dipanggil dengan julukan jelek itu.
"Jadi ini alasan Chen'er akhir-akhir ini langsung menghilang sepulang sekolah. Karena ketemuan dengan cewek ini!?"
“Kenapa kau berduaan di sini sama Chen'er? Hei, jawab! Apa yang kalian lakukan di tempat gelap dan sempit begini! Aku akan menjambak rambut kamu sampai botak!”
“……”
Apa dia masih SD?
“Kamu ngapain di sini?”
"Aku dengar kalau Chen'er mondar-mandir kesini, dan kucing maling itu masuk kesini! Tapi, Apa-apaan ini?"
Oh, jadi itu alasannya dia bela-belain datang sepulang sekolah……
Padahal biasanya dia sok sibuk dengan, “Rekaman, latihan, wawancara, ah aku sibuk♪”, tapi ternyata semua itu cuma pura-pura.
"Kenapa repot-repot bersama cewek yang suram, tak ada harapan, dan... Je-jelek i-ini..."
"Uwaaaaaaa. Aku benci semua ini!"
Ngok ngok. Si babi ngamuk, hentak-hentak lantai
“Kenapa Chen'er, teman masa kecilku, malah sama perempuan ini!? Kenapa kamu berdiri di samping pengisi suara cupu yang nggak populer sama sekali, bukan di sampingku!? Tiga tahun lagi dia pasti main film adegan dewasa dan makan makanan basi!”
“Enggak, aku nggak akan makan itu!”
“Diam kau, sampah!! Sampah, sampah, sampah, sampah!”
“……”
“Uuuuh…… aku benci…… aku benci……”
Dia nangis belepotan ingus. Sibuk marah sekaligus nangis.
“U-um!”
Huang'er memberanikan diri untuk bicara.
"We-Wei'er. A-a-aku yang salah. Chen'er hanya sedang menemani ku saja..."
“CHEN'ER?!”
Sesuai reputasi pengisi suara populer, teriakannya gila. Bisa banget peranin bos triad.
“Barusan aku dengar kata yang nggak pantas. Bisa kamu ganti?”
“... L-Lin'er! Maksudku, Lin'er.”
"Nah, begitu! Sadari tempatmu!"
"Seribu tahun terlalu cepat untukmu dekat dengan Chen'er, dasar poni sialan macam tirai!"
"Palingan juga, wajah dibalik poni mu itu jelek."
Dia menyibakkan rambut pirangnya dengan tatapan tajam penuh ejekan. Benar-benar garis pemisah yang jelas.
“Apa-apaan yang kamu lakukan, Chen'er?”
“Aku nggak peduli apa yang kamu bilang.”
“Kenapa kamu sama cewek berponi jelek itu? Kenapa? Dia cuma cewek malas, jelek, nggak berguna! Lihat, lihat dia...“
Babi itu mendadak meraih poni Huang'er dan mengangkatnya.
“……!?”
Wajahnya langsung kaku begitu melihat mata indah di balik poni itu.
Dalam panik, dia buru-buru nutup lagi dengan rambut.
"Ka-kau! Dibalik poni mu itu... Belum kamu tunjukkan ke Chen'er, yakan?
“Tidak, aku belum nunjukin ke Che…… Lin'er.”
"Hampir saja terjadi sesuatu yang berbahaya!"
Hooo, si babi lega. Apa dia lagi ngomongin invasi alien?
“Kalau begitu, rambutmu harus aku lilit pakai lakban biar aman.”
“J-jangan begitu, tolong!”
Huang'er mundur sambil melindungi kepalanya.
“Oi, cukup.”
Aku nggak tahan lagi melihatnya.
“Kamu bakal bikin kolaborasi sama dia kan?”
“T-tentu saja! Walau dia cuma peran pendukung!”
“Dia udah berusaha keras buat itu. Dia latihan sendirian di sini.”
“T-terus kenapa!? Memang sudah kewajiban dia karena kerja bareng aku!”
“Kalau begitu jangan ganggu dia. Ada hal-hal yang boleh dan nggak boleh kamu lakukan, meskipun kamu pengisi suara populer.”
Mata babi itu mulai berkaca-kaca.
“Kenapa Chen'er bela dia!? Kenapa kamu nggak bela aku, padahal kita teman masa kecil!”
“Aku ada di pihak orang yang berusaha keras.”
“Aku juga berusaha! Aku latihan senyum, latihan selfie, lip-sync, kabur dari fans yang nunggu, dan cepat-cepat masuk taksi! Jadi pujilah aku! Ayo, beri aku pujian!”
“……”
Itu sama aja kayak, “Latihan basket, tapi latihannya langsung menggunakan gerakan susah yaitu slam-dunk dan keliling lapangan diiringi sorakan.”
Ah sudahlah. Aku nggak akan ceramahin babi soal arti kerja keras.
“Dengar, Zhiling. Aku tegasin. Aku sudah memutuskan hubungan denganmu.”
“M-memutuskan?”
Ekspresi putus asa langsung muncul di wajahnya.
“Setelah apa yang kamu lakukan, itu wajar. Sikapmu sangat menjijikkan’.”
“Oh, aku nggak maksud begitu…… aku cuma pikir itu bakal lucu.”
“Lucu?”
Aku menatapnya tajam, dingin.
“Berapa banyak orang yang sudah kamu sakiti cuma karena ‘lucu’?”
“……”
“Kamu masih ganggu Huang'er, apa itu juga karena ‘lucu’? Kamu bukan anak kecil lagi. Kamu SMA. Kamu juga pengisi suara profesional, kerja di dunia nyata, kan? Kenapa hal sesederhana itu nggak bisa kamu pahami? ‘Ingat tempatmu’.”
Pada akhirnya, aku malah ngambil kalimat andalannya.
Dia menatapku bengong.
……hmm?
Entah kenapa suasana jadi aneh. Apa omonganku segitu ngagetinnya? Pipinya merah, matanya agak basah. Apa dia benar-benar dengerin?
Ya sudahlah.
Aku sudah bilang apa yang harus aku bilang.
“Jangan datang ke sini lagi.”
“…………”
“Ayo, Huang'er.”
“Y-ya……”
Latihan selesai, kami pun keluar.
Babi itu tetap berdiri dengan punggung menghadap pintu.
“……Aaaa…….”
Begitu pintu tertutup, terdengar teriakannya.
“Aku jelas lebih imut daripada cewek itu! Chen'er bodoh! Bodoh! Dia sampah...!”
Sikap sombong begitu tuh udah nggak ada imut-imutnya.
Bahkan nasihat pun rasanya udah percuma.
...----------------...
Sepulang sekolah, aku jalan bareng Huang'er.
Aku biasa jalan kaki, sementara dia naik kereta. Dia tinggal di asrama kantor yang menaunginya. Kelihatan berat banget, soalnya dia merantau sendirian dari kampung.
Dalam perjalanan ke stasiun, dia bergumam.
“Aku bikin Wei'er marah, ya?”
“Nggak apa-apa. Biarin aja dia marah.”
“Tapi, Che…… eh, Lin'er, itu merepotkanmu.”
“Chen aja cukup.”
Dia langsung tersenyum cerah.
“Kalau begitu, aku panggil Chen'er ya! Dan tolong panggil aku Meilin juga.”
“Aku lebih suka ‘Mei-nyan’.”
“Hehehe. Itu tadi tarian kucing, kan? Tolong jangan begitu.”
Wajahnya yang tertutup poni memerah malu.
Nah, ini dia.
Inilah alasannya.
Meski penampilan luar kalah sama si babi karena poninya, tapi inilah arti dari “imut”.
“...Ah.”
“Ada apa?”
Aku berseru, dan dia menatapku heran.
“Mungkin event itu akan berjalan lancar.”
“Maksudmu? Event aku sama Wei'er itu?”
Kata-kata Wei'er sebelum pergi tadi ngasih aku ide.
Mungkin dengan cara ini aku bisa mengusik harga dirinya……
Aku menamai strateginya: “Mana yang sebenarnya lebih imut?”
[BERSAMBUNG]