NovelToon NovelToon
Aku Menikahi Iblis Surgawi!

Aku Menikahi Iblis Surgawi!

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi Timur / Identitas Tersembunyi / Harem / Romansa / Ahli Bela Diri Kuno
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: ZhoRaX

Mati tertabrak truk? Klise.
Tapi bangun di dunia penuh sihir, monster, dan wanita cantik berbahaya?
Shen Hao tidak menyangka, nasib sialnya baru dimulai.

Sebagai pria modern yang tengil dan sarkastik, ia terjebak di dunia fantasi tanpa tahu cara bertahan hidup. Tapi setelah menyelamatkan seorang gadis misterius, hidupnya berubah total—karena gadis itu ternyata adik dari Heavenly Demon, wanita paling ditakuti sekaligus pemimpin sekte iblis surgawi!

Dan lebih gila lagi, dalam sebuah turnamen besar, Heavenly Demon itu menatapnya dan berkata di depan semua orang:
“Kau… akan menjadi orang di sisiku.”

Kini Shen Hao, pria biasa yang bahkan belum bisa mengontrol Qi, harus menjalani hidup sebagai suami dari wanita paling kuat, dingin, tapi diam-diam genit dan berbahaya.
Antara cinta, kekacauan, dan tawa konyol—kisah absurd sang suami Heavenly Demon pun dimulai!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ZhoRaX, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CH 17

Shen Hao menatap wanita di depannya dengan mata membulat, wajahnya menunjukkan campuran panik dan kebingungan.

“Tunggu… tunggu dulu, apa-apaan ini lagi? Mengapa kau bisa muncul di sini tiba-tiba?”

Tapi Mei Xian’er tidak menjawab. Ia hanya menatapnya dalam diam—mata crimson-nya memantulkan wajah Shen Hao seperti cermin yang menelanjangi isi jiwanya.

Lalu, di tengah keheningan yang mencekam, dengan suara lembut namun jelas terdengar ke seluruh arena,

ia berkata pelan:

“Kau…”

“…jadilah seseorang di sisiku.”

Detik berikutnya—

Bumm!

Seluruh arena bergetar, tapi bukan karena serangan. Itu karena jutaan pasang mata yang terbelalak serentak.

“A—apa?!”

“Seseorang di sisinya?! Maksudnya... pendamping Ketua Sekte Crimson Moon?!”

“Tidak mungkin! Bocah itu? Foundation Establishment tahap menengah?!”

“Apa Ketua Sekte kehilangan akal sehatnya?!”

Sorakan, teriakan, dan desis amarah mulai memenuhi tempat itu.

Bahkan para penatua agung di kursi kehormatan saling menatap kaku.

Huo Lian berdiri setengah dari tempat duduknya.

“Xian’er… kau… apa yang baru saja kau katakan?”

Mei Ling’er menatap kakaknya dengan wajah pucat.

“Kak, jangan bercanda seperti ini di depan semua orang…”

Namun Mei Xian’er tidak bergeming.

Wajahnya tetap tenang, suaranya datar namun berwibawa,

“Aku tidak sedang bercanda.”

Sementara itu, Shen Hao berdiri kaku seperti patung.

Mulutnya terbuka sedikit, tidak ada suara keluar. Ia berusaha mencerna kata-kata yang baru saja ia dengar.

“...Apa? Aku?”

“Seseorang di sisimu? Maksudmu... pendamping hidup?”

Nada suaranya serba salah, seperti ingin tertawa tapi terlalu takut untuk melakukannya.

Dan saat kesadarannya kembali, ia baru merasakan sesuatu yang lebih menakutkan dari serangan-serangan sebelumnya—hawa membunuh.

Gelombang aura mengerikan mulai muncul dari segala arah.

Beberapa peserta turnamen yang wajahnya masih berlumuran darah kini menatap ke arahnya dengan tatapan buas.

“Dia?! Pria lemah itu dipilih?!”

“Sungguh penghinaan! Aku berjuang sampai berdarah demi menarik perhatian Nona Mei, tapi yang dipilih malah…”

“Akan kubunuh dia!”

Mei Xian’er menatap mereka sekilas, dan hawa dingin menyelimuti arena.

“Siapa pun yang berani menyentuhnya…”

Suara lembut itu berubah tajam bagaikan bilah es.

“…akan mati.”

Udara di sekitar seketika membeku. Beberapa kultivator langsung berlutut tanpa sadar karena tekanan spiritualnya yang luar biasa.

Namun di balik semua keagungannya, Mei Xian’er masih menatap Shen Hao dengan sorot mata yang sulit ditebak—antara keingintahuan, kekaguman, dan sesuatu yang lebih halus.

Sementara Shen Hao hanya bisa berdiri kaku dengan wajah pucat pasi, berusaha tersenyum canggung di bawah tatapan ribuan orang.

“Sial...Sepertinya... aku baru saja menandatangani surat kematianku sendiri.”

Udara di arena mendadak menegang.

Semua orang menatap Jiang Tian, yang kini matanya membara oleh rasa marah dan rasa tidak terima.

Pedang surgawinya bergetar lembut, memancarkan kilatan cahaya keperakan yang menembus langit-langit arena, aura Heavenly Immortal tahap awal meluap tanpa kendali.

“Ketua Sekte Crimson Moon… apakah Anda menganggap turnamen ini permainan?”

“Pria itu bahkan belum mencapai ranah Nascent Soul! Dan Anda memilih dia?!”

Suara Jiang Tian menggema, dan tanpa menunggu jawaban,

ia mengangkat pedangnya tinggi-tinggi — lalu dalam sekejap, melesatkan tebasan spiritual ke arah Shen Hao yang masih berdiri kaku di antara penonton.

Udara terbelah.

Gelombang energi pedang meluncur cepat, membelah udara dan menghasilkan kilatan cahaya putih kebiruan yang menelan suara sorak-sorai.

Shen Hao hanya sempat menatapnya dengan mata membulat.

“Wah, wah, wah—tunggu dulu, ini tidak perlu dibawa ke arahku kan—!?”

Refleks tubuhnya membuatnya melangkah mundur, tapi jelas saja, melawan serangan seorang Heavenly Immortal adalah hal mustahil bagi seorang Foundation Establishment.

Beberapa penonton bahkan berteriak panik, bersiap kabur karena tahu betapa mematikannya serangan itu.

Namun tepat ketika serangan itu tinggal sejengkal lagi menembus tubuh Shen Hao—

“Cukup.”

Suara lembut namun tegas itu terdengar,

dan di saat yang sama Mei Xian’er mengangkat satu tangan tanpa banyak gerakan.

Ujung jarinya menyentuh udara.

Tak ada cahaya, tak ada gemuruh.

Namun tebasan pedang surgawi yang begitu kuat itu lenyap seolah ditelan udara kosong—

seakan tidak pernah ada.

Suasana menjadi hening seketika.

Jiang Tian terpaku di tempatnya, napasnya tercekat.

Ia menatap kosong ke arah Mei Xian’er yang kini menatapnya datar, seolah menatap seekor anak kucing yang baru saja mencakar meja.

“T-tebasanku… menghilang?”

“Bagaimana mungkin—?”

Para penonton pun terdiam, tak berani bernapas.

Aura di sekitar Mei Xian’er mulai bergetar pelan, membuat udara terasa berat seperti logam cair.

Dengan langkah ringan, ia melangkah maju ke depan tribun, tatapannya tidak berpindah dari Jiang Tian.

“Kau berani mengangkat pedangmu di hadapanku…”

Nada suaranya lembut, tapi membawa beban yang membuat seluruh tubuh Jiang Tian bergetar hebat.

“…hanya karena aku memilih seseorang yang tidak kau setujui?”

“Aku… aku tidak bermaksud—”

Namun sebelum kalimatnya selesai, hembusan angin lembut berputar dari jari Mei Xian’er.

Dalam sekejap, Jiang Tian terpental jauh ke belakang, menghantam dinding pelindung arena, tanpa ada darah sedikit pun.

Tubuhnya jatuh tak sadarkan diri.

Semua penonton terpaku.

Para peserta yang semula marah kini menundukkan kepala, tidak berani bersuara.

Kekuatan yang ditampilkan oleh Mei Xian’er—

cukup dengan satu gerakan jari—telah menegaskan mengapa ia disebut Heavenly Demon sejati.

Sementara itu, Shen Hao masih berdiri di tempat yang sama,

matanya masih melebar, napasnya tersengal.

“...Aku... aku masih hidup?”

Ia memeriksa tubuhnya, menepuk pipi sendiri.

“Ya ampun… jadi begini rasanya hampir mati dua kali dalam sehari…”

Sorot matanya kemudian menatap ke arah Mei Xian’er yang kini perlahan berbalik.

Ia tersenyum tipis padanya — lembut, tapi entah kenapa senyum itu justru membuat bulu kuduk Shen Hao berdiri.

“Menarik…” bisiknya pelan,

“…bahkan setelah melihat kematian di depan mata, kau masih bisa berdiri tegak.”

Di tribun utama, para Penatua Agung saling menatap satu sama lain.

Huo Lian menyandarkan dagunya di tangan, senyum tipis tersungging di bibirnya.

“Heh, sepertinya Ketua kita benar-benar menemukan mainan baru.”

Hu Yue menutup mulutnya sambil menahan tawa kecil, ekornya bergoyang.

“Bocah itu… entah sangat berani, atau sangat bodoh.”

Mei Ling’er, sang adik, hanya menghela napas lirih sambil menatap kakaknya di bawah arena.

“Kak Xian’er… semoga kau tidak membuat kekacauan baru kali ini.”

Langit senja mulai berwarna ungu keemasan ketika suara terakhir dari turnamen itu perlahan mereda.

Arena yang sebelumnya riuh kini tampak sepi, hanya tersisa jejak debu spiritual dan batu-batu pelindung yang retak.

Para peserta telah dipulangkan ke penginapan mereka, sebagian masih berbisik-bisik tentang kejadian menggemparkan yang terjadi —

tentang Ketua Sekte Crimson Moon yang menunjuk seorang pria biasa di hadapan ribuan orang.

Nama Shen Hao kini telah menyebar ke seluruh arena seperti kabut di pagi hari.

Sebagian menganggapnya beruntung, sebagian lain menyebutnya sebagai penghinaan bagi para kultivator sejati.

Namun orang yang menjadi pusat perhatian itu sendiri…

sedang duduk termenung di salah satu taman batu di luar arena, menatap ikan-ikan spiritual yang berenang tenang di kolam.

“Haaah… aku sungguh tidak tahu apa yang terjadi barusan,” gumamnya lemah sambil menatap bayangannya di air.

“Aku datang hanya untuk menonton… kenapa jadi begini?”

Ia masih mengenakan pakaian yang sedikit berdebu, rambutnya acak-acakan karena angin dari ledakan spiritual di arena tadi.

Beberapa petugas sekte lewat sambil menatapnya dengan tatapan campuran antara iri, takut, dan heran.

Shen Hao hanya bisa tersenyum pahit.

“Ya, ya, tatap saja aku seperti aku baru saja menantang naga. Padahal aku bahkan tidak tahu kenapa naga itu marah…”

Ia kemudian menjatuhkan tubuhnya ke rumput, menatap langit senja yang perlahan berubah menjadi malam.

Udara di sekitar sekte terasa lembut, tapi dalam pikirannya masih berputar bayangan Mei Xian’er —

tatapan tajamnya, suaranya yang tenang namun menggetarkan, dan terutama… kalimatnya tadi.

“Menjadi seseorang di sisiku.”

Hanya mengingatnya saja sudah membuat jantung Shen Hao berdebar tak karuan.

“Seseorang di sisinya… maksudnya apa? Pendamping? Murid? Atau... pelayan?”

“Tidak, tidak, jangan mikir yang aneh dulu Shen Hao, jangan—”

Ia menepuk pipinya pelan, mencoba menenangkan diri, tapi semakin diingat, wajah Mei Xian’er justru semakin jelas di kepalanya.

Sementara itu, dari kejauhan, Mei Xian’er sedang berdiri di balkon utama istana sekte.

Angin malam berhembus lembut, mengibaskan ujung rambut hitamnya yang panjang.

Matanya yang berwarna crimson tampak memantulkan cahaya bulan, menatap jauh ke arah taman tempat Shen Hao berada.

Mei Ling’er, sang adik, datang membawa secangkir teh spiritual.

“Kak Xian’er… kau sungguh tidak berencana menjelaskan apa maksudmu di arena tadi?”

Mei Xian’er meneguk teh itu perlahan, lalu meletakkannya kembali di meja batu.

“Tidak perlu dijelaskan sekarang.”

“Tapi semua orang mulai membicarakannya… bahkan Penatua Huo Lian dan Hu Yue mulai bertaruh tentang apa yang akan terjadi.”

Mei Xian’er menatap langit sejenak, senyum lembut terlukis di wajahnya.

“Biarkan saja mereka menebak.”

“Kadang-kadang, sesuatu yang menarik… harus dimulai dari kebingungan.”

Mei Ling’er menghela napas, lalu menatap arah yang sama.

“Kau sungguh yakin dengan pilihanmu? Pria itu bahkan belum mencapai ranah Core Formation.”

“Justru itu,” jawab Mei Xian’er pelan.

“Aku ingin tahu... apa yang akan terjadi jika dunia yang keras ini bertemu dengan sesuatu yang polos dan jujur.”

Sementara itu, di bawah sana, Shen Hao bersin keras tanpa sebab.

“Hachoo! Siapa yang sedang membicarakan aku?”

Ia lalu memandang langit malam, menatap bintang-bintang yang mulai bermunculan.

“Hhh… kalau ini mimpi, semoga jangan cepat berakhir…”

1
mu bai
sebaiknya menggunakan bahasa indo formal lebih cocok thor
ZhoRaX: ok.. nanti diubah
👍
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!