DILARANG DIBACA SEBELUM TIDUR!!!
Hanya untuk kalian yang sudah dewasa, yang sudah bisa tidur sendiri tanpa lampu😏
Cerita dalam novel ini akan membawa kalian pada malam mengerikan tanpa akhir. Malam panjang yang dingin dengan teman sekamar yang tanpa tahu malu tidak perlu patungan biaya kamar kos.
Bersama Penghuni kos lain yang tidak tercatat dalam buku sewa. Begitu sepi saat siang tapi begitu ramai saat malam. Dengan bayang-bayang penghuni sebelumnya yang sebenarnya tidak pernah pergi darisana.
Seakan mendapat diskon untuk sebuah keberanian sia-sia. Karena bayaran mahal yakni nyawa setiap malamnya.
Setiap inci gedung kos begitu tipis untuk menghalangi antara yang Hidup dan Mati. Dimana pagi adalah harta terindah yang telah kalian lupakan. Karena memang hanya untuk mereka yang sudah tidak punya pilihan lain.
Cerita horor ini sangat berbeda dari yang kau bayangkan.
Apakah Calista bisa melunasi atau masih berutang nyawa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ittiiiy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 6 : Teman Sekamar
Walau sebenarnya Nayla selalu mengatakan itu sebelumnya pada seseorang yang dianggap berpeluang melakukan sesuatu disana. Tapi pada akhirnya, Nayla hanya melihat semua Pahlawannya dibantai tanpa ampun tepat di depan matanya sendiri.
"Meski begitu, tidak ada salahnya kan kalau aku berharap ... Lagi!"
"Jadi apa aturannya?" Calista masih terus menatap makhluk mengerikan pertama baginya itu dengan seluruh tubuh yang tidak berhenti bergetar.
"Seingatku, kau satu-satunya ... Dalam setahun ini yang mempermasalahkan soal surat perjanjian. Kau ingat semua detailnya kan? Karena surat itu tidak akan bisa kau lihat kembali." Nayla hanya memiliki potongan-potongan ingatan bersama Calista karena tidak selamanya di tubuhnya. Tapi dia ingat bagaimana Calista membaca semua poin-poin dengan teliti, "Membuat surat perjanjian itu butuh banyak pengorbanan. Aku berharap tidak akan ada lagi yang tinggal disini setelah membaca surat perjanjian tapi kenyataannya tidak semua orang suka membaca dan tidak semua orang punya ingatan yang bagus ...."
"Dalam setahun ini?" Calista hanya fokus dengan fakta itu.
"Ada seseorang yang berhasil keluar dan terlepas dari kutukan kos-kosan ini tahun lalu. Dia mahasiswa baru juga sama sepertimu. Meski kau terlihat ingin menolong Elvara tapi jika tidak bisa, aku mohon setidaknya selamatkan dirimu sendiri dulu." Nayla menurunkan ekspektasinya pada Calista.
"Kalan ... Aku lupa namanya. Pasti dia!" Calista hanya menebak tapi begitu yakin
"Ya, Kalandra. Dia anak yang pemberani, karena itu juga dia bisa bebas dari sini." Nayla dengan eskpresi bangga seperti seorang mentor.
"Dia memperingatkanku soal kos-kosan ini, harusnya aku mendengarkannya ... Aku mendengarkannya karena aku sempat ragu tapi tetap saja aku keras kepala." Calista menyalahkan dirinya sendiri.
"Aku sudah memberitahunya untuk menghalangi siapapun yang tertarik oleh brosur yang ditempel di Universitas J. Entah siapa yang menempelnya disana tapi selalu ada 1 lembar, walau hanya selembar tapi itu tetap menarik banyak orang." Nayla juga sepertinya punya hal yang tidak diketahuinya.
"Menurutku itu adalah orang yang sempat selamat dulunya, tidak mau menderita sendirian makanya mengundang orang lain untuk merasakan hal yang sama." Calista tahu sifat manusia yang satu itu dan kenyataannya banyak yang memiliki sifat seperti itu, "Jangan menyentuh apapun yang bukan milikmu...." Calista mulai mengingat poin-poin dalam perjanjian.
"Itu adalah hal yang paling utama. Saat menyentuh sesuatu, kau ibarat mendapat upgrade untuk kacamata baru." Nayla menekankan aturan paling penting, "Selama kau tidak menyentuh apapun, kau akan tetap berada disini, tapi Makhluk yang ada disini akan melakukan segala hal untuk menipumu. Jadi kau harus terus fokus dan memperhatikan segalanya. Ini seperti perang psikologi tanpa jeda dan bisa berubah kapan saja menjadi perang penuh darah kalau kau tidak bisa mengendalikan hati dan pikiranmu dengan baik."
"Jadi, Elvara menyentuh sesuatu makanya dia sudah tidak ada disini ...." Calista hanya membayangkan bagaimana Elvara yang sudah berada di tempat menakutkan tanpa tahu apa-apa, "Dan aku tidak bisa menyelamatkannya jika tetap berada disini kan?"
"Saat ini kau harus terbiasa dulu dengan keadaan disini, setelah itu kau baru bisa menolong siapapun. Ingat, utamakan dirimu sendiri. Sama seperti belajar, kau hanya bisa membantu temanmu jika kau sudah benar menguasai pelajaran dengan baik. Kalau hanya setengah-setengah, kau tidak akan terlalu membantu dan dalam hal ini kau hanya akan membahayakan dirimu sendiri." Nayla mengerti perasaan Calista tapi dia juga tidak bisa membebankan semuanya pada Calista sehingga Nayla merasa perlu menakut-nakutinya.
"Jika kau mencoba melunasi pembayaran, maka kau akan berhutang. Apa maksudnya?" Calista paling tidak mengerti soal bagian itu.
"Hiaahiiihhaaahaa ...." suara tawa melengking dari jauh semakin dekat terdengar. Saat Calista masih fokus mendengarkan dan mencari asal suara, Makhluk itu sengaja datang mendekatinya seketika sampai di samping telinganya tertawa hingga puas.
"Luka yang ada di tanganmu, jika kau terluka pada pagi hari menandakan kau telah selamat atau dalam arti lain kau berhutang nyawa. Tapi jika kau tidak terluka, kau tidak akan lagi melihat pagi tandanya kau telah melunasi hutangmu." Nayla tetap menjelaskan seakan mengajarkan pada Calista untuk mengabaikan mereka, "Dia tidak akan menyentuhmu, jika kau tidak menyentuhnya. Jadi jangan takut!"
"Yang benar saja! Mana mungkin aku bisa tidak takut?!" Calista menutup matanya begitu kuat bergantian sambil menutup telinganya.
"Yang benar saja! Mana mungkin aku bisa tidak takut?!" Makhluk itu menyalin perkataan yang ada dalam pikiran Calista.
"Bagaimana mungk ...." Calista merasa tidak adil jika apa yang ada di dalam hati dan pikirannya tidak akan menjadi rahasia lagi.
"Mereka tahu semuanya ...." Nayla tahu betul bagaimana perasaan Calista soal itu.
"Lalu bagaimana kita bisa mengakali mereka?" keberanian Calista seakan terus menurun setiap mengetahui aturan yang ada.
"Ini seperti permainan menipu penipu. Mereka tahu segalanya tapi tetap saja kau bisa punya kesempatan." Nayla berusaha memberi harapan kecil, "Kalau kau mau tahu lebih banyak, kau bisa belajar dari Kalandra. Dia orang tercepat yang bisa bebas dari sini."
"Dia tidak pernah pergi jauh ke tempat Elvara?" Calista merasa tidak percaya akan hal itu tapi tetap menanyakannya. Apa yang dialaminya mustahil dia bisa terus memegang teguh aturan.
"Dia pernah pergi jauh, bahkan lebih jauh dari tempat Elvara sekarang. Tapi dia berhasil kembali." ucapan Nayla membuat Calista begitu bahagia.
"Begitu banyak orang hilang disini pastinya, bagaimana cara mengatakan itu pada orang luar? Setidaknya keluarga mereka perlu tahu kan apa yang terjadi." Calista mengingat soal fakta itu, tidak bisa memberitahu apapun soal kos-kosan.
"Kau tidak bisa melakukan apa-apa. Percayalah bukan hanya kau saja yang berusaha melakukannya. Bahkan Kalandra sudah berusaha berulang kali ke rumah mereka yang ada disini. Tapi setiap kali Kalandra berbicara seakan ada mesin penghapus ingatan yang mengikutinya. Dia sudah berulang kali melakukannya tapi tiap kali dia datang ke sebuah keluarga dia disambut seperti tamu yang baru pertama kali datang." Nayla tidak mau Calista membuang-buang waktunya pada sebuah perjuangan yang sia-sia, "Ini kunci kamarmu, aku tahu kau akan datang kesini saat kunci kamarmu juga datang di dunia ini."
"Jadi, aku hanya perlu menerima segala pembullyan para hantu yang ada disini dan luka disaat pagi adalah tanda bahwa aku berhasil selamat malam ini?" Calista memberanikan dirinya berdiri menerima kunci itu, "Selama aku hanya sekedar berhutang nyawa tandanya aku masih punya harapan hidup."
"Benar, disinilah satu-satunya tempat dimana kau tidak boleh melunasi hutangmu." Nayla mulai tersenyum karena Calista cepat tanggap dan lebih berani dibanding orang-orang sebelumnya.
"Tapi untuk terbebas dari kutukan kos ini pasti lebih sulit kan?" Calista tahu tidak mungkin akan semudah itu.
"Setiap orang berbeda-beda, itu adalah hal yang tidak bisa aku ajarkan kepadamu. Kau harus mencari tahunya sendiri. Petunjuknya ada pada mereka!" Nayla menunjuk Makhluk yang ada di dekat Calista. Makhluk itu datang untuk menggigit jari telunjuk Nayla tapi tidak sampai, hanya dengan jarak beberapa cm saja tapi Calista akhirnya mengerti aturan Makhluk disana, "Petunjuk besar selalu ada pada teman sekamarmu."
"Teman sekamar?" Calista kembali panik.
"Kau tidak akan pernah sendirian di kos ini. Selamanya kau tidak akan pernah sendirian ...." Nayla mengatakan itu seakan tidak ada lagi hari esok untuk Calista.
...-BERSAMBUNG-...
Ini kyk smacam misi yg harus di ungkap
" di setiap ada kesulitan , pasti ada kemudahan"