"Seharusnya dia adalah adik iparku! tapi kini malah menjadi istriku!" ABIAN NUGRAHA.
"Pria itu seharusnya menjadi kakak Iparku, tapi sekarang dia adalah suamiku!" MAHARAYA FADILLA.
bagaimana jadinya dua orang yang sebelumnya tidak saling mengenal namun tiba-tiba dinikahkan. semua itu bermula karena Andira Fadillah atau yang akrab di sapa Dira selaku kakak Maharaya atau Raya, kabur tepat di hari pernikahannya dengan seorang pria yang telah di jodohkan oleh orangtuanya bernama Abian Nugraha. Dira yang tiba-tiba saja menghilang saat akad akan di mulai membuat Ayah Faizal panik. karena insiden itu Ayah Faizal meminta Raya putri bungsunya yang masih duduk di bangku SMA kelas 12 itu untuk menjadi pengantin pengganti Kakaknya. Demi menjaga nama baik keluarga.
Bagaimana kah kelanjutan kisah keduanya. apakah mereka bisa saling menerima satu sama lain? dengan rentang usia yang lumayan jauh.
Yuk! ikuti kisah mereka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon QueenShafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 6
"Tepat jam 4 sore ponsel Abian berbunyi menandakan sebuah pesan chat masuk. Abian sudah menebak jika itu dari Dira calon istrinya.
Bian membaca nama Cafe yang di sebutkan Dira di dalam pesan singkatnya itu. Setelahnya Abian pamit pulang lebih dulu pada Ifan teman sekaligus partner bisnisnya.
Kedua pemuda itu membuka usaha Furniture dan Dekorasi interior. Usaha mereka sudah berdiri selama dua tahun. Bisa dibilang keduanya memulai bisnis ini dari nol tanpa mengandalkan harta warisan orang tua.
"Kamu yakin cocok sama dia?" Tanya Ifan sebelum Bian benar-benar pergi.
"Aku yakin dengan pilihan Mama, menurut pengamatanku dia gadis yang smart dan baik. Entahlah nanti, aku berharap dia calon istri yang tepat untukku dan menantu yang baik untuk Mama." Jawab Bian penuh makna.
"Oke! Aku doakan yang terbaik untukmu kawan!" Ifan menepuk bahu Bian memberi semangat untuk sahabat baiknya itu.
"Thanks! Aku cabut duluan ya bro!" Pamit Bian kemudian berlalu meninggalkan kantor. Kantor milik Bian dan Ifan itu terletak di kawasan tengah kota yang sangat strategis untuk usaha yang mereka geluti. Bangunan ruko 3 lantai itu awalnya mereka sewa setelah dua tahun. Kini ruko itu sudah menjadi milik mereka pribadi. Bisa dibilang aset perusahaan.
*********
"Sorry, sudah lama nunggunya?" Bian meminta maaf saat tiba di Cafe tempat janjian mereka ternyata Dira sudah tiba lebih dulu di sana
"Nggak apa-apa, aku juga baru sampai kok! Baru dua menit." Sahut Dira memasang senyum manisnya menyambut kedatangan Abian.
"Kan, benar! Pakaiannya tidak menunjukkan jika dia pria yang mapan. Hufh!" Keluh Dira dalam hati.
"Udah pesan?" Tanya Bian sembari membalik daftar menu yang tersedia di atas meja.
"Belum, aku sengaja nunggu kamu dulu!" Sahut Dira yang memanggil Bian tanpa embel-embel mas. Beda sekali dengan yang di ketik di pesan singkat tadi malam.
"Oke, mau pesan minuman apa?"
"Aku mau pesan...."
Beberapa saat kemudian pelayan telah mengantarkan pesanan keduanya. Menatanya di atas meja kemudian mempersilahkan mereka menikmati minuman mereka.
"Jadi...., kamu kerja di mana?" Dira memulai obrolan dengan menanyakan pekerjaan Bian.
"Aku, kerja di PT BFI." Jawab Bian, singkat.
"BFI?" Dira mengulangi kalimat itu, sebab tidak faham itu PT apa. Belum pernah dengar nama PT itu.
"PT BIFAN FURNITURE & INTERIOR." Ucap Bian lagi.
"Ouh! Sebagai apa disana?" Dira kembali Melayangkan pertanyaan. Penasaran.
"Hanya karyawan biasa, PT nya juga masi sangat kecil kan?" Bian tersenyum tipis mendapatkan pertanyaan sedetail ini dari calon istrinya.
"Kamu sendiri kerja di Bank swasta ya? " Tebak Bian saat menelisik penampilan Dira yang masih mengenakkan seragam karyawan salah satu Bank swasta itu.
"Ya! Aku kerja disana dengan jabatan Kepala Teller." Ucapnya terkesan sombong dengan jabatan yang ia miliki. Dira merasa lebih di atas Bian calon suaminya itu.
"Waw! Kamu hebat!" Puji Bian tulus.
Pertemuan mereka berakhir dengan Abian mengantarkan Dira pulang. Tidak banyak obrolan sepanjang jalan hanya sesekali saling melontarkan pertanyaan seputar hal-hal pribadi.
"Terimakasih ya, mau mampir dulu nggak?" Dira mengucapkan terimakasih dan tidak lupa menawari pria itu untuk mampir.
"Sama-sama, lain kali saja Dir, aku harus ngantar Mama sore ini. Biasa beliau minta di antar belanja bulanan." Sahut Abian tanpa malu mengatakan jika dirinya akan mengantar sang Ibu ke supermarket.
"Ya, ampun anak Mama banget!" Batin Dira.
"Oke, salam untuk Tante Hesti ya! sekali lagi terimakasih sudah mengantar aku pulang." Ucap Dira lagi sebelum benar-benar turun dari mobil Abian.
Abian mengangguk dan membunyikan klakson sekali sebagai tanda pamit kepada Dira seiring dengan mobilnya yang kembali melaju meninggalkan pekarangan rumah gadis itu.
Dira menghela nafasnya sembari memandang kepergian mobil Abian yang kian menjauh dari rumahnya.
Tring!!
Suara notif pesan yang masuk ke ponselnya membuyarkan lamunan Dira. Gadis berusia 23 tahun itu segera merogoh tas nya dan melihat siapa yang mengiriminya pesan.
?("Dira, kita harus bertemu. Malam ini juga, aku tunggu kamu di tempat biasa!") Sebuah pesan dari seseorang yang begitu ia kenali itu segera di balas oleh Dira.
Dira("Baik, aku akan kesana!")
Dira segera masuk ke dalam rumahnya untuk membersihkan tubuhnya dari keringat yang sudah terasa lengket karena aktifitasnya seharian ini.
Di ruang keluarga rupanya ada Ayah dan Ibunya yang tengah duduk santai sembari menikmati tayangan televisi yang menyiarkan berita manca negara.
"Dira! Sini nak. Duduk dulu Ayah mau bicara." Faizal memanggil putri sulungnya yang baru pulang kerja itu untuk duduk di sampingnya.
"Ada apa Yah! Dira mau mandi bau asem nih!" Sahutnya namun tak urung menghampiri sang Ayah dan menyalim tangan kedua orang tuanya itu. Kemudian duduk di antara Ayah dan Ibunya.
"Ayah mau bicara soal pernikahan kamu dengan Bian. Tadi siang Ibunya Bian menelfon dan meminta pendapat Ayah, bagaimana jika pernikahan kalian akan di majukan seminggu lagi. Karena Beliau akan menunaikan ibadah Umroh sehari setelah kalian menikah nanti. Dan waktunya seminggu lagi, tujuannya adalah agar beliau bisa beribadah dengan khusyuk di tanah suci. Bagaimana nak?"
Dira kaget mendengar perkataan Ayahnya itu. Bagaimana mungkin pernikahannya akan secepat ini akan di langsungkan, sementara ia dan Bian belum terlalu saling mengenal.
Bagaimana jika Bian tidak cocok dengan dirinya, secara dari penampilannya saja sudah tidak seimbang dengan dirinya yang seorang karyawan Bank Swasta dengan posisi yang tidak terlalu buruk.
🌱🌱🌱🌱🌱
😂😂😂 minyak nggak salah kok dikatain jahat.. dasar Raya..
Thank you author.. 😘😘😘😘😘😘😘😘😘😘