NovelToon NovelToon
AFTER MARRIAGE

AFTER MARRIAGE

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Single Mom / Selingkuh / Pengganti / Cerai
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ana_nanresje

Terkejut. Itulah yang dialami oleh gadis cantik nan jelita saat mengetahui jika dia bukan lagi berada di kamarnya. Bahkan sampai saat ini dia masih ingat, jika semalam dia tidur di kamarnya. Namun apa yang terjadi? Kedua matanya membulat sempurna saat dia terbangun di ruangan lain dengan gaun pengantin yang sudah melekat pada tubuh mungilnya.

Di culik?

Atau

Mimpi?


Yang dia cemaskan adalah dia merasakan sakit saat mencubit pipinya, memberitahukan jika saat ini dia tidak sedang bermimpi. Ini nyata!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6_Main Keluar

" Baiklah Pak Ramon terimakasih atas kerja samanya."

" Sama sama Pak." Ucap Ramon sambil menjabat tangan Pak Roy yang tak lain adalah Cliennya. Keduanya kembali duduk dengan wajah yang sedikit santai tidak seserius sebelumnya.

" Pak Ramon apa nanti malam bapak sibuk?" Tanya pak Roy yang memasuki usia enam puluhan. Ramon membuka kancing jasnya lalu tersenyum simpul kearah pria itu.

" Tidak, kenapa?"

" Saya ingin mengajak anda makan malam dirumah saya," ajaknya tersenyum ramah " yah sebagai syukuran atas kerja sama kita." Lanjutnya kembali.

" Mohon maaf pak saya tidak bisa," Tolak Ramon tanpa pikir panjang.

" Katanya tidak sibuk?"

" Memang benar. Tapi istri saya sedang sakit jadi saya tidak bisa keluar tanpa dia. Dan saya pun harus merawatnya."

" Sayang sekali. Saya kira pak Ramon belum menikah," ucapnya sedikit mengesah kecewa. Melihat raut wajah pak Roy Ramon tersenyum sinis di dalam hati. Cara lama. Kenapa orang-orang yang bekerja sama dengannya selalu berlomba-lomba ingin menikahkan putri mereka dengannya? Apa mereka menganggap putri mereka hanya sebatas akses menuju kesuksesan?

" Mungkin lain waktu. Saya akan menyempatkan untuk datang bersama istri saya,"

" Andaikan Pak Ramon masih sendiri. Saya ingin mengenalkan Pak Ramon dengan putri bungsu saya." Seperti dugaannya, Ramon terkekeh pelan saat kalimat itu keluar begitu saja dati mulut pak Roy.

" Dan syukurnya saya sudah menikah. Jadi lak Roy tidak perlu repot-repot untuk mengenalkan kami."

" Tidak apa. Meskipun Pak Ramon sudah menikah saya yakin anda akan jatuh hati saat melihat putri bungsu saya itu." Pak Roy terus membujuk berusaha merayu Ramon untuk menerima undangan makan malam dirumahnya.

" Secantik apapun putri Bapak, bagi saya istri saya lebih cantik dibandingkan dengannya. Semanis dan seimut apapun putri bapak lebih imut dan manis istri saya. Bagi saya tidak ada wanita manapun yang bisa mengalahkan kesederhanaan dan kecantikannya. Dan saya merasa beruntung karena memilikinya." Ujar Ramon menelak ucapan pak Roy.

" Tidak ada yang perlu di bicarakan lagi kan? Kalau begitu saya permisi!" Ramon segera bangkit dari kursinya tidak memberikan waktu untuk pak Roy untuk membalas ucapannya itu.

" Berani sekali dia berbicara seperti itu. Seakan akan putrinya sepertinya itu malaikat saja." Ramon mendesis lalu menatap Cafe tempat dia meeting tadi dimana pak Roy masih berada disana " Joel cari cara untuk memutus hubungan kerja sama dengan perusahaan pria bajingan itu. Harga diriku ikut terinjak saat dia merendahkan Istriku!"

" Tapi pak, jika kita memutuskan kontrak kerja sama bukan Pak Roy saja yang akan rugi, kita pun akan rugi!" Joel melihat smirk devil Ramon melalui kaca spion depan. Aura dinginnya menguar ke setiap sudut mobil, membuat Joel memaki dirinya sendiri karena sudah lancang berbicara seperti tadi.

" Menurutmu jika perusahaan ku mengalami kerugian puluhan miliar apa perusahaan ku akan bangkrut?" Joel menggeleng pelan. Tentu saja itu tidak akan terjadi, karena bagi Ramon puluhan miliar tidak lah seberapa " Lalu apa yang harus dipikirkan lagi? Lakukan dengan cepat pembatalan kerja sama itu. Aku tidak ingin lagi melihat wajah songongnya yang sudah bau tanah!"

" Baik pak!" Ucap Joel menurut. Ramon mengesah pelan lalu menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi. Matanya mulai terpejam dan bayangan Aya saat menangis tiba-tiba muncul dalam benaknya.

Apa yang sedang terjadi padaku? Tanyanya membatin. Darahnya merasa mendidih saat pak Roy membandingkan Aya dengan putrinya. Bukan itu saja Ramon pun merasa ada yang aneh padanya akhir-akhir ini dan dia tidak tahu itu kenapa.

Mata Ramon terbuka saat Joel membukakan pintu untuknya. Berdebat antara hati dan logikanya membuat pria itu tidak sadar jika sudah sampai di mansion besarnya " jangan lupa apa yang saya katakan tadi."

Jeol mengangguk lalu sedikit membungkukkan tubuhnya memberi hormat " Baik pak, secepatnya saya akan menyelesaikannya. Kalau begitu saya permisi." Ramon segera memasuki mansion nya setelah para ajudannya membukakan pintu untuknya. Keningnya mengerut saat mendengar keramaian dari arah ruang tamu.

" Nah itu dia." Ucap Zain menunjuk Ramon yang baru ikut bergabung bersama mereka.

" Kalian disini?" Tanya Ramon pada Zain dan Mian.

" Tentu saja. Buktinya kita berada di hadapanmu sekarang." Jawab Mian sekenanya " Oh iya. Aya bilang dia ingin pergi  keluar, apa kau mau ikut?"

" Tidak bisa. Dia masih sakit!"

" No. Aya sudah sembuh. Lihat kaka Mian baru saja membuka perbannya, luka Aya sudah mengering!" Ucapnya sembari menunjukkan pergelangan tangan kirinya.

" Tidak bisa. Lukamu bisa infeksi jika terkena debu,"

" Ayolah Aya bosan di dalam mansion terus, Aya ingin pergi keluar." rengeknya mengguncang lengan Ramon.

" Nggak. Sekali nggak tetap enggak!"

" ahhhh. Kak Zain?" Panggil Aya meminta bantuan.

" Sudahlah Mon. Tidak apa izinkan Aya untuk pergi sebentar. Dia pasti jenuh berdiam diri di mansion megah mu ini." Zain berharap dia bisa membujuk pria keras kepala itu. Meskipun kesempatannya 1% tapi setidaknya Zain sudah mencoba.

" Memangnya kamu ingin pergi kemana?" Tanya Ramon akhirnya.

Aya mengembangkan senyumnya " Pasar malam!"

" APA!!" Serempak ketiganya. Zain meringis mendengar penuturan Aya begitupun dengan Mian pria itu sempat menepuk jidatnya. 

" K..kamu serius?" Aya mengangguk mantap. Setelahnya dia berdiri dengan mata yang berbinar " Kalau begitu Aya mau siap siap dulu. Bye!" Ketiga pria itu mengesah panjang setelah Aya pergi menaiki anak tangga. Ketiganya terlihat frustasi, menyesal karena menyetujui keinginan wanita itu.

" Serius kita ke pasar malam? Kalian yakin?" Tanya Zain memastikan.

" Jika dari awal aku tahu dia ingin pergi ketempat itu, mungkin aku akan menolaknya." Seru Mian yang kembali mengesah panjang.

" Sudahlah. Tidak ada gunanya untuk menyesal, lebih baik kita pun bersiap siap." Zain mencekal tangan Ramon saat pria itu ingin bangkit, sehingga membuat Ramon kembali duduk pada tempat semula.

" Kau Ramon bukan?"

" Kau pikir aku siapa huh?" Ucap Ramon sembari menggeplak kepala Zain.

" Tapi tidak seperti biasanya kau mau ikut pergi ketempat ramai seperti itu!"

" Dengarkan aku," ucapnya pada Zain dan Mian " Bukankah kita harus membuatnya bahagia? Maka dari itu, untuk saat ini biarkan saja kita mengikuti keinginannya!"

" Kau benar demi Aya!!" Ucap Mian memantapkan diri " Tapi kenapa tadi kau sempat menolak keinginannya huh?"

" Tadi. Em itu.... suasana hatiku sedang tidak baik!"

" Ayolah. Sudah ku katakan masalah pekerjaan jangan kau bawa pulang," Kesal Zain pada kebiasaan Ramon.

" Ini bukan masalah pekerjaan."

" Terus apa?"

" Aya."

" Kenapa dengan Aya?" Tanya Lian

" Clienku sempat membandingkan Aya dengan putrinya dan aku tidak terima. Darahku terasa panas dan mendidih. Rasanya harga diriku pun ikut terinjak olehnya,"

" Lalu?"

" Joel sedang mengurus sisanya. Jika bukan ditempat umum sudah ku pastikan saat ini dia tidak bisa menghirup udara dengan bebas lagi!" Ucap Ramon dengan rahang yang mengetat.

Zain dan Mian tersenyum tipis saat mendengarnya. Kedua pria itu saling melirik lalu mengangguk secara bersamaan " Sepertinya kau sudah mulai tertarik dengan Aya."

" Jangan bercanda, mana mungkin secepat ini?" Ucapnya mengelak.

" Mau cepat ataupun lambat semuanya tidak masalah. Toh pada akhirnya kau akan terjatuh dalam pesonanya."

" Kau ini bicara apa Mian? Jangan menggurui ku jika kau saja masih sendiri sampai saat ini!" Balas Ramon meledek.

" Kau belum menyadarinya Ramon. Tapi cepat atau lambat hatimu akan memberitahukan jawabannya." Ramon terdiam mendengarnya. Benarkah? Tapi kenapa secepat ini?

Ketiganya menoleh saat mendengar suara langkah kaki yang menuruni anak tangga. Aya sudah siap dengan Dress berwarna cream sebatas lutut. Rambutnya tergerai rapi dengan sedikit polesan make up pada wajahnya.

" Kenapa kalian belum siap-siap?" Tanya nya sambil melipat tangan di depan dada. Ketiga pria itu terdiam, dengan mata yang menatap kagum pada penampilan Aya yang terlihat lebih feminim dari biasanya.

" Mondy!" Panggil Aya setelah duduk didamping suaminya itu " Ngapain bengong cepet siap-siap!" Ucapnya mengomel.

" Mmm. Iya ini juga mau kok," Ucapnya setelah menyadari kebodohan yang dia lakukan.

" Ka Mian sama ka Azka juga!"

" Tidak perlu. Kita begini saja, iya kan Zain?"

" Iya," Jawab Zain " Tinggal suami kamu doang yang belum."

" Mondy!" Gemas Aya sambil mencuit pinggangnya. Ramon meringis lalu menatap Aya dengan sorot mata yang menahan sakit " Aktif banget sih tangannya."

" Bodo. Cepet buruan siap-siap!"

" Iya ini juga mau." Ramon segera bangkit lalu melesat masuk kedalam kamarnya untuk segera bersiap siap. Main dan Zian kedua pria itu terkekeh pelan, moment seperti ini sangat jarang mereka temukan selama mereka bersama Ramon. Baru pertama kali ini, Ramon menurut begitu saja tanpa ada perlawanan.

" Golongan suami takut istri!" Celetuk Zain yang semakin membuat Mian tak bisa menghentikan kekehanya.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!