Jika ada yang meniru cerita dan penggambaran dalam novel ini, maka dia plagiat!
Kali ini Author mengangkat ilmu hitam dari Suku Melayu, kita akan berkeliling nusantara, Yuk, kepoin semua karya Author...
"Jangan makan dan minum sembarangan, jika kau tak ingin mati secara mengenaskan. Dia menyusup dalam diam, membunuh secara perlahan."
Kisah delapan mahasiswa yang melakukan KKN didesa Pahang. Bahkan desa itu belum pernah mereka dengar sebelumnya.
Beberapa warga mengingatkan, agar mereka jangan makan suguhan sembarangan, jika tak ingin mati.mengenaskan...
Apa yang menjadi misteri dari desa tersebut?
Apakah kedelapan Mahasiswa itu dapat selamat?
ikuti kisah selanjutnya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Santau Angin-3
"Apa kami harus pindah dari dusun tiga, Pak?" tanya Darmadi, dengan wajahnya yang cemas.
Pria itu menatap keduanya dengan iba. "Sebenarnya pemilik Santau itu ada dimana-mana, dan bukan satu orang saja. Jadi, jikapun kalian pindah, maka percuma saja," jelsnya dengan tenang.
"Astaghfirullah," Darmadi merasa sesak mendengarnya. Lalu apa yang harus mereka lakukan? Jika ternyata, mereka dikelililngi oleh orang-orang yang memiliki racun mematikan itu?
"Namun, rumah yang kalian tempati itu berjarak cukup dekat dengan sang pemilik racun, sehingga ia dengan mudah mengawasi kalian," ujarnya lagi, menimpali ucapannya.
"Apa yang harus kami lakukan?" tanya Darmadi, dengan rasa putus asa. Mengapa mereka harus ditakdirkan berada didesa itu.
"Menurut bapak, dimana kami harus ngekos, tempat yang lebih aman, meskipun sangat minim untuk keselamatannya," pemuda itu merasa sangat dilema.
Pria berusia lima puluh tahun itu terlihat berfikir. "Mungkin didusun empat sedikit aman, disana tifak ada pemilik racun Santau," ia mengingat ada sebuah rumah kosong, dan bertetapatan dengan rumah kepala desa.
"Didekat pak Kades, ada satu rumah kosong, dan kalian bisa mengontrak disana," sarannya.
Darmadi menganggukan kepalanya. Lalu bersepakat untuk pindah esok hari, sebab tak ingin mengambil resiko.
Terlihat Emy mulai membaik. Rasa sesak didadanya sudah tak lagi menyumbat jantungnya. "Apakah kami sudah bisa pulang, Pak?" tanyanya pada pria itu.
Pak Sholeh menatap ke luar pintu. Langit tampak mendung, dan sepertinya akan turun hujan. "Sebaiknya kalian menginap disini saja dulu, esok baru kembali. Jika berniat pindah, biarkan gadis itu tinggal disini, sembari menjalani perobatan, dan kamu dapat menjemput teman-temanmu," saran pria tersebut.
Darmadi berfikir sejenak. Ia mempertimbangkan saran dari pria itu. Ternyata ada benarnya. Jika Emy tinggal.sementara disini, maka ia bisa mengangkut temannya yang lain, dan tinggal mencari dua motor lagi.
Perlahan Emy merasa lega, dan ia mulai mengantuk.
"Ia mulai merasa enakkan, jika kamu terlambat mmebawanya, dia tidak akan tertolong." pria itu memperhatikan Emy yang mulai meredupkan matanya.
Sang bidan mengambil kelapa muda yang sudah habis isi airnya, dan membaringkan tubuh gadis itu.
*****
Yudi membaca sebuah pesan dari Darmadi. Didalam pesan teks itu, ia mengatakan, jika mereka harus pindah esok hari, dan meminta agar rekan-rekannya mengemasi barang-barang dan esok akan bertemu Atok Adi, untuk berpamitan, dengan alasan yang lain.
[Jadi, Emy kena Santau juga?] Yudi membalas pesan tersebut.
[Ya. Tapi jangan beritahu yang lain, takutnya mereka cemas, dan minta pulang. Katakan saja kena lambung. Karena ini bisa merusak mental mereka dan dibayang-bayangi ketakutan,] balas Darmadi.
Yudi tampak gelisah. Ia harus segera memberitahu rekannya, agar mereka bersiap.
[Ok, siap laksanakan.] balas Yudi, lalu masuk ke dalam rumah kos.
Ia menatap para gadis. Membayangkan mengasuh lima orang gadis, dan ia laki-laki sendiri, membuatnya harus ekstra sabar.
Ia menutup pintu, lalu menguncinya. "Ada yang ingin ku sampaikan," ucapnya dengan nad serius.
"Ada apa, Bang? Serius kali ku lihat," sahut Yuli, lalu mengunyah keripik cabe dalam packing plastik ukuran sekilo, dan tentunya banyak yang suka rela membantu menghabiskannya.
"Kita besok pindah rumah kos," jawabnya.
"Kenapa pindah?" tanya Fitri, yang melipat layar laptonya. Lalu memasukkannya kedalam tas ransel, dan membantu menguyah keripik singkong pedas.
"Ya, karena posisi rumah kos kita jauh dari pusat desa, sehingga kita butuh kendaraan jika berhubungan dengan perangkat desa," sahutnya.
"Horeeeee, kita gak madi ditepi sungai lagi," sahut Yulia spontan.
Tentu saja hal ini disambut senang oleh para gadis. Mereka sangat tersiksa jika melakukam semuanya diluar.
"Ya sudah, kemasi barang. Termasuk perlengkapan dapur, mana yang pinjam pulangkan," pesannya pada mereka.
Terlihat mereka mematuhi ucapannya, dan ternyata tak sesulit yang dibayangkannya.
Namun, ia seperti orang bingung, sebab tidak ada yang diajak mengobrol, dan memilih untuk masuk kedalam kamar.
Kiky meliriknya sekilas. Ada sebuah rasa yang lama ia pendam, tetapi tak berani ungkapkan, atau mungkin hanya ia simpan sendiri, dalam kehenkngan hati yang tak bersambut.
Dimana, sikap Yudi sama saja, sama seperti ke yang lainnya.
"Apakah ia tidak peka, dengan semua yang pernah kita lewati bersama?" gumam gadis itu, dalam hati. Ia mengingat semua momen kebersamaan mereka, sebab dari satu prodi yang sama, dan tentunya, kegitan apapun sering mereka kerjakan bersama.
Sementara itu, Yayuk masih bertelepon dengan kekasihnya, mereka sudah bertunangan, dan setelah gadis itu wisuda, mereka akan melangsungkan pernikahan.
Setelah kerupuk cabe itu habis, para mahasiswi memutuskan untuk tidur. Begitu juga dengan Yayuk, yang mengakhiri panggilan masuknya, dan memilih untuk tidur.
Kiky ikut merebahkan tubuhnya. Namun tampaknya ia sangat gelisah. Sebab hari ini, ia belum minum obat.
Sementara itu, Pak Sholeh memberikan catatan pada Darmadi. "Esok, suruh gadis itu mengamalkan ini, agar sakitnya segera sembuh." ia menyerahkan secarik kertas pada Darmadi.
Saat ia menerimanya, tertulis disana sebuah amalan untuk menjadi panduan kesembuhan dari Emy. Dan Darmadi berencana akan memberitahu Yayuk juga, agar kedua gadis itu sembuh bersamaan.
Surah Asy-Syu'araa' ayat 95 hingga 118, baca 3 kali selepas solat Magrib atau Isya dan mohon doa kepada Allah SWT
Surah Fussilat ayat 25 hingga 38, baca 3 kali selapas solat Subuh atau waktu pagi dan mohon doa kepada Allah SWT.
"Terimakasih, Pak." Darmadi melipat kertas tersebut, dan menympannya didalam dompet, dan akan memberikannya pada Emy dan Yayuk esok.
****
Malam terasa semakin larut. Semua orang sudah terlelap dalam peraduannya, merajut mimpi yang indah.
Akan tetapi. Kiky merasa gelisah. Ia seperti orang yang terkena insomia, dan meskipun memaksa matanya untuk terpejam, maka ia tidak akan pernah merasa mengantuk.
Kegeliasahan terus dialaminya. Hingga ia menarik selimutnya, dan menutup keseluruh tubuhnya.
Tik tik tik
Perlahan hujan mulai turun, dan membasahi bumi. Rintikannya semakin deras, hingga suara petir tiba-tiba menggelegar, dan membuat gadis itu meringkuk ketakutan.
Perlahan ia mulai memejamkan matanya, memaksa untuk terlelap.
Saat bersamaan, Kiky merasakan jika kakinya sedang diarayapi oleh sesuatu. Matanya yang baru saja terpejam, harus kembali terbuka, sebab sesuatu yang merayap dikakinya semakin terasa banyak, dan menyengat kulitnya, hingga terasa sangat sakit.
Dengan spontan, ia membuka kain selimutnya, dan tiba-tiba saja, ia dikejutkan oleh penampakan ulat bulu yang berwana hinau, dengan bulunya yang terdapat racun dalam jumlah yang cukup banyak sedang berkerumun dikakinya dan dilantai.
Namun, kemana semua rekannya? Ia hanya melihat Emy dan Yayu saja. Tetapi ulat-ulat itu hanya seolah sedang menuju kearahnya, sedangkan Emy dan Yayuk, hanya berada disekitarnya, tidak sampai menyentuh kulit mereka, bahkan kedua gadis itu tertidur pulas.
knp bisa seoerti itu sih ya kk siti
ada penjelasnya ga yaaa
hiiiiii
tambahin lagi dong ka interaksi darmadi sama andana entah kenapa jiwa mak comblang ku meronta saat mereka bersama
ada apa ini knp bisa jd begitu
hemmm ... beneran nih ya... kebangetan...