Menjadi istri kedua hanya untuk melahirkan seorang penerus tidak pernah ada dalam daftar hidup Sheana, tapi karena utang budi orang tuanya, ia terpaksa menerima kontrak pernikahan itu.
Hidup di balik layar, dengan kebebasan yang terbatas. Hingga sosok baru hadir dalam ruang sunyinya. Menciptakan skandal demi menuai kepuasan diri.
Bagaimana kehidupan Sheana berjalan setelah ini? Akankah ia bahagia dengan kubangan terlarang yang ia ciptakan? Atau justru semakin merana, karena seperti apa kata pepatah, sebaik apapun menyimpan bangkai, maka akan tercium juga.
"Tidak ada keraguan yang membuatku ingin terus jatuh padamu, sebab jiwa dan ragaku terpenjara di tempat ini. Jika bukan kamu, lantas siapa yang bisa mengisi sunyi dan senyapnya duniaku? Di sisimu, bersama hangat dan harumnya aroma tubuh, kita jatuh bersama dalam jurang yang tak tahu seberapa jauh kedalamannya." —Sheana Ludwiq
Jangan lupa follow akun ngothor yak ...
Ig @nitamelia05
FB @Nita Amelia
Tiktok @Ratu Anu👑
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ntaamelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 16. Toko Buku
Karena dia mulai kecanduan dengan bacaan-bacaan yang diberikan oleh Luan, akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke toko buku. Dia ingin mengoleksi lebih banyak, supaya tidak bosan mendekam di dalam kamar.
"Kamu di sini saja," ucap Sheana saat sang supir hendak masuk ke mobil. Pria itu pun mengernyit heran, tidak mungkin jika sang nyonya hanya akan pergi bersama Luan, karena terakhir kali pemuda itu mendapat teguran dari Ruben.
"Tapi Nyonya, Anda tidak diperbolehkan oleh Tuan untuk ...."
"Hanya Luan yang tahu tujuan saya saat ini, lagi pula saya juga sudah mendapat izin dari suami saya, kamu tidak percaya? Mau saya telpon sekarang?" tukas Sheana sebelum sang supir menyelesaikan kalimatnya, dan membuat pria itu tak bisa membantah.
"Ah tidak perlu, Nyonya, saya percaya," jawabnya yang membuat Sheana tersenyum.
"Ikut aku pergi!" Hanya ada perintah itu yang keluar dari mulut Sheana. Namun, Luan seakan mengerti dan tidak menyia-nyiakan kesempatan, jadi dia langsung menggantikan posisi supir untuk mengemudikan kendaraan roda empat itu.
"Pak, tolong gantikan saya sebentar ya," ujar Luan sambil tersenyum kepada pria yang berdiri di samping mobil.
"Iya, Lu. Berhati-hatilah, jangan terlalu mengebut di jalan." Pria itu tampak menasehati, karena keselamatan sang Nyonya tentu menjadi nomor satu untuknya. Kalau Sheana kenapa-kenapa, dia juga yang kena imbasnya.
"Siap!" balas Luan seraya menyalakan mesin dan membawa mobil itu melewati gerbang rumah. Kemudian dia melirik ke arah Sheana yang tampak sumringah melalui spion. "Memangnya kita mau ke mana, Nyonya?"
"Ke toko buku atau apalah namanya yang sering kamu datangi. Gara-gara kamu aku jadi kecanduan membaca," jawab Sheana apa adanya. Perlahan rasa jaim itu menghilang, sehingga dia lebih luwes saat bicara dengan Luan.
"Wah benarkah? Bagus dong, ada koleksi terbarunya juga lho, Nyonya, saya jamin Nyonya akan semakin suka," balas Luan dengan penuh excited.
"Kalau begitu kamu harus mendapatkannya untukku, nanti aku traktir makan enak!" ujar Sheana mengiming-imingi Luan.
"Apapun akan saya lakukan untuk menyenangkan Anda, Nyonya," jawab Luan. Sheana hanya mengulum senyum, lalu membuka kaca mobil untuk menikmati angin pagi yang berhembus di jalanan.
Luan memperhatikan Sheana cukup lama, dan dia juga menarik sudut bibirnya ke atas. Lalu dia berinisiatif untuk menyetel musik santai, supaya perjalanan mereka semakin enak untuk dinikmati.
*
*
*
Sheana dan Luan sudah tiba, mereka asyik memilih bacaan yang akan dibawa pulang. Sampai-sampai mereka berpencar, dari rak satu ke rak yang lainnya. Namun, secara tak sengaja tiba-tiba seseorang berdiri tepat di depan Sheana, sebelum wanita itu menyadari seseorang tadi langsung menariknya ke sudut ruangan.
Sheana yang terkejut sedikit memekik, tapi keterkejutannya tertahan saat melihat sosok yang menariknya. Firza, dia yang kebetulan sedang menghabiskan weekend, secara tak sengaja melihat Sheana dengan seorang pria.
"Za, apa yang kamu lakukan? Lepaskan aku!" tanya Sheana dengan suara tertahan, tubuhnya sudah menabrak dinding, karena Firza telah menguncinya agar tidak bisa ke mana-mana.
Firza melirik ke kanan dan ke kiri, memastikan bahwa mereka aman dari orang lain.
"Shean, apakah kamu benar-benar secepat ini berpindah haluan ke orang lain? Hah, apa karena suamimu itu lebih kaya, lantas kamu tidak merasa bersalah sedikitpun melepaskan aku?" tanya Firza dengan mata yang menatap lekat. Sampai saat ini dia masih saja belum terima dengan keputusan Sheana. Tidak, dia tidak akan pernah ikhlas melepaskan wanita yang dicintainya untuk orang lain.
Sheana menarik napas panjang. Dia memang merasa bersalah kepada Firza, tapi saat ini dari ke hari yang dia pikirkan hanya tentang keluarga dan kebebasannya. Dia memang terkesan kejam kepada pria itu, tapi mau bagaimana lagi. Saat ini yang terpenting bukan tentang dirinya.
"Apakah semua penjelasanku saat itu belum cukup, Za? Please, stop! Jangan membuat masalah ini berlarut-larut. Hubungan kita sudah kandas, dan ada pada jalan masing-masing. Berbahagialah dengan wanita yang baik, dan itu bukan aku ...."
"Tapi aku maunya kamu!" tandas Firza, baginya tidak mudah melupakan Sheana. Meski sudah sekeras mungkin dia mencoba lari, akhirnya dia tetap kembali ke situasi ini.
"Za!" Sheana berharap pria ini sadar, tapi apa yang Firza lakukan? Pria itu justru memangkas jarak dan melabuhkan sebuah ciumann paksaa terhadap Sheana. Gadis itu sampai terbelalak lebar, karena tak menyangka Firza akan sebar-bar ini.
Sheana mencoba mendorong, tapi lumaataan bibir pria itu justru semakin kuat. Akhirnya Sheana memilih untuk menangis, dan detik selanjutnya tubuh pria itu terasa ditarik secara paksa dan sangat kuat.
"Apa yang Anda lakukan kepada Nyonya Shean?" seru Luan dengan mata yang menungkik tajam, sementara kepalan tangannya siap meninju wajah Firza.
Mendengar panggilan yang disematkan oleh Luan, juga seragam yang dikenakan pemuda itu, Firza yakin bahwa Luan hanyalah seorang pekerja biasa.
"Aku calon suaminya. Kenapa?" jawab Firza dengan lantang. Tak peduli meski Luan akan mengadu pada majikannya.
Luan pun menoleh ke arah Sheana meminta penjelasan melalui tatapan matanya. Dan Sheana langsung memegangi tangan Luan yang terasa sangat kencang, dia tidak ingin ada ribut-ribut terjadi di tempat umum seperti ini. Apalagi saat ini orang-orang mulai kepo.
"Lupakan, sebaiknya kita pergi saja dari tempat ini," kata Sheana mengajak Luan. Tatapan teduh wanita itu tak bisa Luan tampik, hingga dengan cepat dia luluh.
"Jika Anda macam-macam, Anda akan berhadapan dengan saya!" ucap Luan sebelum pergi, mengancam Firza yang baru melecehkannn Sheana secara langsung.
"Shean!" panggil Firza dengan keras melihat Sheana yang melangkah sambil menggandeng tangan Luan.
"Kalau mau ribut jangan di sini!" seru yang lain.
Dia hendak mengejar, tapi Luan melempar buku yang ada di tangannya hingga tepat mengenai hidung Firza.
"Argh!" Firza langsung memegangi hidungnya yang tergores dan mengeluarkan daraah.
Sementara Sheana dan Luan sudah sampai parkiran. Sebelum masuk Luan tiba-tiba melayangkan sebuah pertanyaan.
"Apakah kejadian tadi perlu saya adukan pada Tuan Ruben?"
Mendengar itu mata Sheana langsung mendelik.
jadi ketagihan sma yg baru kan .... wah ternyata