NovelToon NovelToon
Jodoh Warisan

Jodoh Warisan

Status: sedang berlangsung
Genre:Pernikahan Kilat / Cinta Seiring Waktu / Identitas Tersembunyi / Cinta Murni / Romansa / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:39.3k
Nilai: 5
Nama Author: Andreane

Entah kesalahan apa yang Malea lakukan, sehingga dia harus menerima konsekuensi dari ibunya. Sebuah pernikahan paksa, jodoh yang sang ayah wariskan, justru membawanya masuk dalam takdir yang belum pernah ia bayangkan.

Dia, di paksa menikah dengan seorang pengemis terminal. Tapi tak di sangka, suatu malam Malea mendapati sebuah fakta bahwa suaminya ternyata??

Tak sampai di situ, dalam pernikahannya, Malea harus menghadapi sekelumit permasalahan yang benar-benar menguras kesabaran serta emosionalnya.
Akankah dia bisa bertahan atau memilih berpisah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Andreane, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6. Kehilangan pekerjaan

Dengan tertatih aku berjalan menuju area parkir seraya membawa sekotak kardus.

Aku lelah...

Sungguh lelah.

Bukan lelah secara fisik, melainkan hati dan fikiranku yang lelah.

Kenapa seakan semua ucapan Arga menjadi kenyataan bagiku?

Pertama dia pernah bilang untuk tetap mensyukuri seberapapun nafkah darinya, kedua dia memintaku untuk berhemat dan hidup sesuai dengan kemampuan, dan yang terbaru, dia bilang supaya aku harus hidup sederhana.

Sekarang aku benar-benar di tempatkan dalam situasi tersebut. Aku seakan di tuntut untuk hidup serba pas-pasan.

Apakah karena aku terlalu meremehkannya?

"Hhhh..." Aku mendengkus lirih, membuang nafas frustasi.

Aku harap bisa hidup dengan uang seratus ribu sehari, dimana aku juga harus menyisikan dua puluh ribu dari seratus itu untuk di tabung.

"Benar-benar si Arga, aku kan istrinya seharusnya berusaha untuk menghasilkan uang lebih banyak lagi" Gerutuku.

Tahu-tahu langkahku sudah sampai di dekat mobil.

Membuka pintu depan, aku kemudian masuk, meletakan kardus bawaanku di jok samping kemudi, baru setelah itu menyalakan mesinnya.

Tak langsung pulang ke rumah, aku memilih pergi ke rumah ibu untuk menjenguknya.

Sudah dua minggu aku tidak bertemu dengannya, rasanya aku ingin sekali makan masakannya.

Aku juga ingin memberitahu ibu kalau aku di pecat dari pekerjaanku.

Melepas rem tangan, mobil perlahan melaju keluar dari arena parkir dan langsung melesat membelah jalanan.

Karena jarak kantor dengan rumah ibu tak begitu jauh, selang tak kurang dari tiga puluh menit aku pun sampai di rumah masa kecilku.

Rumah yang penuh dengan kenangan, kenyamanan, juga kebahagiaan sekaligus kesedihan.

Dari dalam mobil, aku melihat ibu tengah menyiram tanaman sambil tersenyum ke arahku. Beliau pasti sudah tahu kalau aku yang datang.

Sedetik setelah aku turun, ibu mematikan kran air, lalu melangkah ke arahku yang juga sedang menghampirinya.

"Assalamu'alaikum, bu!" Ku raih punggung tangannya lalu ku kecup.

"Wa'alaikumsalam? Kamu nggak ngantor?"

"Ibu, bukannya kabar yang di tanyain, malah itu"

"Ya ibu kan heran, kamu datang pas jam kantor"

"Aku nggak ngantor" Balasku lesu, bersamaan dengan langkah kami memasuki rumah.

"Kenapa? Cuti?"

"Aku kena PHK bu"

"Kena PHK?" Ibu kaget, namun hanya sesaat.

"Iya"

"Ya udah nggak apa-apa, mungkin Allah ingin kamu fokus urus suami sama rumah tanggamu, tetap di rumah kan nggak buruk juga"

"Nggak buruk kalau Arga ngasih uangnya banyak. Nah kalau cuma seratus ribu sehari? Yang ada malah stres. Mana dia nyuruh sisihin dua puluh ribu pula. Pusing aku ngatur uang segitu bu"

"Kamu kan ahli di bidang menejemen, harusnya bisa dong. Toh juga belum punya anak, itu masalah kecil" Kelakar ibu dengan santainya.

Kini langkah kami tahu-tahu sudah berada di dapur. Aku langsung duduk di meja makan, sementara ibu menuangkan air ke dalam gelas lalu menyodorkannya padaku.

Aku menerimanya, tapi tidak langsung meminumnya.

"Ngomong memang gampang, ngejalaninya yang susah bu. Lagian kenapa si harus jadi kuli panggul, emang nggak bisa cari kerja yang upahnya lebih gede gitu. Heran" Pungkasku dengan nada kesal lalu menempelkan gelas ke mulut dan meneguk isinya.

"Siapa tahu kalau kamu di rumah saja dan urus suami betul-betul, rezeki kalian makin banyak. Di tambah nanti kalau punya anak, ibu yakin rezekinya bisa tambah terus. Anak kan bawa rezeki"

Anak? Ckckck di sentuh saja aku ogah, mau punya anak? Nggak akan!

Aku membatin..

"Tapi aku nggak suka seperti ini. Harusnya ibu minta Arga buat jadi karyawan di toko bangunan almarhum ayah, kan bisa tuh. Atau ibu kasih kek kepercayaan buat Arga ngatur toko itu"

"Lea, Lea.. Kamu memang nggak ada bersyukurnya, ya" Ibu menarik kursi, lalu duduk.

"Dengar ibu baik-baik" Lanjut ibu dengan fokus sepenuhnya menatapku. "Jangan banyak mengeluh, nak. Uruslah suamimu dengan cara yang sepatutnya. Jika kamu tidak menyukainya, maka bersabarlah, karena boleh jadi apa yang tidak kamu sukai adalah sebuah kebaikan bagimu, sebaliknya apa yang kamu sukai, bisa jadi itu adalah suatu keburukan untukmu"

"Tapi ini keterlaluan bu"

"Sabar dan berusahalah untuk menerimanya, pernikahan itu ibadah, nak"

"Pernikahan terpaksa dan tanpa cinta itu bukan ibadah bu, tapi penjara"

"Ibu ingatkan sekali lagi ya, jangan sampai kamu menyesal di kemudian hari. Terpaksa ataupun tanpa cinta, jika kamu ikhlas, lambat laun keterpaksaan itu akan kalah dan kamu akan mencintainya"

Aku diam, kembali meneguk air hingga habis. Rasanya percuma jika terus mendebat ibu. Beliau tak terbantahkan.

"Sudah sarapan?" Tanya ibu ketika kami saling diam tadi.

"Belum"

"Tadi ibu masak opor ayam, ibu panaskan kuahnya, ya"

"Masak opor ayam, bu? Kayak lebaran aja"

"Si Dimas yang minta" Ibu bangkit, lalu berjalan ke arah kompor.

Sembari menghangatkan kuah santan opor, beliau memotong lontong. Aku sendiri hanya diam sambil memperhatikan wajah ibu dimana beliau sama sekali tidak mengasihaniku.

Jelas-jelas ibu tahu kalau anak perempuanya hidup dalam kesengsaraan, tinggal di gubuk kecil berdinding triplek tipis, tapi beliau seakan menutup mata dan memilih tak peduli dengan nasibku.

****

Puas bercengkrama dengan ibu, tepat setelah sholat dzuhur, aku akhirnya pamit pulang.

Dan ngomong-ngomong, sudah lama sekali aku tidak sholat, begitu tadi sholat karena di paksa ibu, ibu juga mengimaniku, selesai sholat, aku justru mendapatkan ketenangan hati.

Seolah beban pikiran yang aku rasakan selama ini musnah seketika. Langkah kakiku seakan menjadi ringan, dan rasa takut untuk menghadapi hari hari selanjutnya seakan hilang.

Benar kata ibu, aku harus pasrah dengan takdir-Nya, tapi bukan berarti aku menerima pernikahanku dengan Arga begitu saja. Sampai kapanpun aku tetap tidak sudi bersuamikan seorang pengemis, kuli panggul, dan...

"Arga?" Saat tengah sibuk dengan pemikiranku, sepasang mataku tiba-tiba mendapati Arga tengah memanggul barang untuk di naikan ke sebuah mobil pick up. Laju mobil yang ku kendarai pun melambat detik itu juga.

Tadinya aku sengaja lewat terminal karena ingin mengecek apakah Arga memang sudah tidak mengemis di sini, dan jawabannya benar.

Pria itu sudah tidak menjadi pengemis lagi.

Tapi by the way, aku belum pernah melihat Arga mengemis di sini selama ini, padahal aku selalu lewat terminal setiap berangkat maupun pulang kerja.

Tapi mungkin karena aku tidak memperhatikannya.

Mendesah pelan, aku kembali menaikan kecepatan mobilku. Hingga tak terasa tahu-tahu aku sampai di gubuk deritaku.

Turun dari mobil, reflek aku menoleh ke kanan dimana ada rumah milik tetanggaku. Di halaman rumah itu ada mobil mewah dengan plat nomor unik yang tadi malam di bawa oleh Arga.

"Siapa pemilik mobil itu sebenarnya?" Gumamku dengan penuh rasa penasaran, lalu dengan gerakan lambat tanganku menutup pintu mobil.

"Apa dia juga seorang sopir pribadi? Dan itu mobil milik majikannya?"

"Kalau di lihat-lihat, hanya orang kaya yang memiliki mobil mewah seperti itu, karena hanya di produksi beberapa unit saja"

Perlahan kakiku mulai terayun menuju pintu rumah.

Pikiranku bercabang kemana-mana memikirkan mobil itu tentunya.

Ternyata sudah satu bulan lebih aku tinggal di sini, tapi aku baru menyadari kalau mobil mewah yang terparkir di halaman rumah tetanggaku, biasa di bawa oleh suamiku sendiri.

Tetangga yang tidak aku kenal, sebab selama ini aku selalu menutup diri dari lingkungan sekitar. Sibuk bekerja juga menjadi alasanku jarang berjibaku dengannya.

Sama sekali tidak pernah bertegur sapa dengan mereka.

Bersambung

1
Quinza Azalea
kmna thor kok blum up lgi
Indriani Kartini
kenapa kamu ragu lea klau itu bukan ank Arga dan tkut Arga tidak mengakuinya, klau kmu melakukannya cmn dengan Arga, ke apa meaki tkut
tiara
Mana Ibumu tau kalau kamu lagi berpelukan sama Arga hahaha kasian tuh sibumil yang masih mau dipeluk
Dian Amalia
Lanjut lagi dong thor, yg banyak up nya...makin gemes critanya
sryharty
jiaaaah kamu malah nyalahin ibu mu,
masih pengen di peyuk2 kan sama Arga
hormon bumil tuh Dede utunya masih pengen di manja2 sama ayah nya,,
kebat kebit ga tuh hati kmau
Citra Silvia
lanjut kk klu bisa tiap hari update aku penasaran ☺️🙏🏻
Quinza Azalea
lanjut thor
Quinza Azalea
sangat bagus
Dian Amalia
Temen apaan kayak gitu, nyuruh cerai...ayolah segera ketauan malea hamil & biar rukun2 terus rumah tangganya.
Ayo thor lanjut lagi yg byk ya...penanasaran bgt kelanjutannya...
Aliya Awina
sahabat apaan kayak gitu maunya tuh di doain yg baik ini malah di suruh cerai
Susilawati
malea nih nggak tegas sama si Belinda, mudah banget di setir sama teman nya. ini hidup kamu lea jgn mau diatur sama si Belinda.
sryharty
si malea ini bener2 yah
kenapa ga jujur aja seh.
Miko Celsy exs mika saja
semoga mlh arga tau hasil tdspecknya nti
tiara
wah jadi penasaran Arga tau ngga ya kalau Lea hamil
Citra Silvia
lanjut kk masih penasaran
Dian Amalia
Lanjut thor...
Miko Celsy exs mika saja
duh.....mas arga utunnya sdh ada yinggal tunggu km direpotkan aja sm acara ngidam nya lea,,,,jd gak sabar pengin liat ributnya nyari pesenan bumil
sryharty
duuh mas Arga ga tau aja kalo ternyata Dede bayinyaa udah tumbuh di perut malea,,
tapi Lea takut ngomongnya,takut ga di akui sama mas arga
ayo Lea jujur aja aaah bikin gemes deeh
Indriani Kartini: duh papa Arga "aku sudah hadir Lo"
total 1 replies
Citra Silvia
lanjut kk masih penasaran
Judi Siahaan
bayinya otw pak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!