Aira Maulida Bahira, gadis dua puluh satu tahun yang terlihat kalem dan memiliki wajah yang bisa di katakan kurang menarik apalagi cantik. kulit wajahnya sawo matang, ada tahi lalat kecil di pipi kanannya membuat penampilan wajahnya semakin tidak menarik di mata lelaki terlebih lelaki seperti Yusuf Ibrahim seorang CEO kaya raya yang terpaksa harus menikahi gadis yang menurutnya buruk rupa seperti Aira.
Yusuf merahasiakan status pernikahannya dengan Aira karena ia malu memiliki istri yang tidak cantik.
Di tengah masalah pelik rumah tangganya, seseorang dari masalalu muncul di hadapan Aira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nur danovar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps.6 Sisi Lain Aira
"Dimana Aira? kenapa tidak ikut sarapan bersama kita?" tanya tuan Ibrahim pada Yusuf.
Yusuf yang sudah rapi dengan stelan jas duduk menikmati makan pagi tanpa mempedulikan istrinya.
"Tadi katanya belum lapar pa" jawab Yusuf sekenanya.
"Oh ya? panggil kemari bilang papa yang suruh"
Yusuf dan mama Monica saling melempar pandangan. Yusuf berdiri dari kursinya melangkah pergi ke kamar dengan wajah jengkel.
"Papa memanggil mu untuk ikut makan pagi" kata Yusuf sinis.
Yusuf kesal sekali pagi-pagi moodnya sudah buruk Karena melihat wajah Aira yang tidak menarik baginya. gadis itu mengenakan gamis berwarna krem dan hijab segi empat berwarna senada. wajahnya polos sama sekali tidak ada riasan.
Aira hanya diam ia berjalan di belakang Yusuf menuju ruang makan.
"Selamat pagi pa, ma" sapa Aira sembari duduk sedikit menjauh dari Yusuf.
"Pagi Aira, ayo makan biar sehat jangan melewatkan makan pagi ya" kata papa sumringah.
Aira mengangguk seraya tersenyum pada ayah mertuanya. mungkin satu-satunya orang yang saat ini baik padanya hanya ayah mertuanya saja.
"Kenapa duduknya berjauhan? ayo duduk di samping Yusuf" kata papa.
Aira memandang Yusuf sekilas, lalu dengan ragu dan canggung ia duduk di samping Yusuf.
"Nah begitu dong, kalian sudah jadi suami istri jadi jangan malu lagi"
Yusuf hanya diam tidak menghiraukan ucapan papanya. ia sibuk menghabiskan sarapan sembari melihat email di ponselnya.
"Yusuf karena kau sudah menikah dengan Aira dan sudah menjadi kepala rumah tangga jadi papa melepas perusahaan sepenuhnya berada di bawah kendali mu"
Mama Monica dan Yusuf saling memandang lalu tersenyum cerah. secerah mentari pagi.
"Benar pa?" Yusuf hampir tidak percaya perusahaan keluarga akhirnya jatuh ke tangannya sepenuhnya.
"Tentu saja, jadi cepat berikan papa cucu"
Aira hampir tersedak makanan yang ia kunyah perlahan. Yusuf memalingkan wajahnya menatap Aira sekilas. pandangannya lebih ke jijik dibanding antusias untuk membuat cucu bagi papanya.
"Iya pa" jawab Yusuf formalitas.
Yusuf tidak peduli yang penting sekarang ia bisa menguasai warisan papanya secara penuh. setelahnya nanti ia akan menendang Aira jauh-jauh dari kehidupannya. sebagai gantinya Yusuf akan menikahi Diandra, gadis impiannya yang cantik jelita dan lebih pantas bersanding dengannya di banding Aira.
Aira ikut mengantar Yusuf ke halaman sebelum memasuki mobil. papa masih mengawasi mereka. Yusuf mengulurkan tangannya pada Aira. gadis itu menyambutnya dan mencium tangan Yusuf.
Sungguh sandiwara yang sempurna di hadapan papa. jika besok papa tidak di rumah entah apa yang akan terjadi pada Aira.
Aira tidak tahu bagaimana cara keluar dari situasi yang sungguh sulit ini.
Setelah Yusuf berangkat ke kantor dan papa juga pergi keluar karena ada urusan, tinggalah Aira dan pelayan yang ada di rumah karena setelah sarapan mama Monica juga pergi berkumpul dengan teman sosialitanya.
Aira mengemas piring kotor ke dapur. sebenarnya itu tugas Kiki tapi Aira tidak keberatan membantu Kiki.
"Cuci bersih piringnya! jangan cuma enak mau makan saja!" maki Kiki sembari membanting panci kotor di hadapan Aira. pandangan Aira tertuju pada cucian piring dan juga peralatan dapur yang menumpuk. sepertinya Kiki sengaja mengerjai Air agar pagi ini Aira kerja bakti seorang diri mencuci tumpukan piring.
"Maksud mu apa? apa kau pikir ini tugas saya?" Aira menatap Kiki masih dengan pandangan lembut.
"Hei jangan berlagak sok nyonya di rumah ini! kau dan aku sama!" bentak Kiki.
"Cepat cuci piringnya atau...!" Kiki mengancam bahkan ia hampir memukul wajah Aira. pelayan satu ini memang ngelunjak karena menjalankan perintah mama Monica. Kiki sendiri juga sebenarnya tidak suka melihat Aira yang jelek bisa bersanding dengan Yusuf yang tampan dan juga kaya raya.
"Atau apa? dengar Kiki aku masih berbaik hati padamu tidak melaporkan ulah mu itu pada papa Ibrahim. kau tidak lihat bagaimana papa mertuaku begitu baik padaku? bagaiman jika beliau tahu kau menyuruhku mencuci piring kotor sebanyak ini?" Aira mulai membalik keadaan.
Kiki mulai ciut, ia terdiam sejenak. yang dikatakan Aira memang benar. di rumah ini tuan Ibrahim yang menentukan semua. bahkan Monica dan juga putranya Yusuf segan dan takut pada tuan Ibrahim. Kiki bisa melihat bagaimana baiknya tuan Ibrahim pada Aira. jika Aira mengadu pada ayah mertuanya maka sudah di pastikan nasib Kiki berada di ujung tanduk.
"Sekarang kau kerjakan tugas mu jangan berani kurang ajar padaku, kau tahu Kiki sekali aku mengadu pada ayah mertuaku maka ku pastikan besok kau tidak akan lagi menampakan batang hidung mu di rumah ini" kata Aira masih dengan nada suara lembut.
Kiki hanya terdiam dengan wajah kesal tapi juga takut. ternyata Aira bukan perempuan lemah seperti yang ia kira.
Aira berjalan meninggalkan dapur mengabaikan Kiki yang terlihat jengkel padanya. Aira tahu Kiki hanya diperalat oleh mama Monica untuk membuatnya tidak betah berada di rumah itu.
Aku akan pergi meninggalkan rumah dan juga pernikahan ini tapi dengan tetap terhormat! Aku tidak akan membiarkan siapapun menginjak harga diriku terlebih harga diri Abah dan umi. tidak mas Yusuf tidak pula mama Monica!
jangan kalah ma Malika ,,itu wanita hitam legam kaye kedele item makanya di panggil Malika ehh CEO jatuh cintrong