NovelToon NovelToon
Kau Hancurkan Hatiku, Ku Hancurkan Keluarga Mu

Kau Hancurkan Hatiku, Ku Hancurkan Keluarga Mu

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / Pelakor / Pernikahan rahasia
Popularitas:5.9k
Nilai: 5
Nama Author: Cahyaning fitri

Kau Hancurkan Hatiku, Jangan Salahkan aku kalau aku menghancurkan Keluargamu lewat ayahmu....

Itulah janji yang diucapkan seorang gadis cantik bernama Joana Alexandra saat dirinya diselingkuhi oleh kekasihnya dan adik tirinya sendiri.

Penasaran ceritanya???? Yuk kepo-in.....

Happy reading....😍😍😍😍

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahyaning fitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6 : Ternyata

Joanna mengerutkan alis, matanya menatap kosong ke udara. "Gue nggak nyangka... Om Bram, papinya Kevin..." suaranya tercekat, seolah sulit dipercaya.

Tiba-tiba ia merengut kesal, bibirnya mencekik. "Ck, Jo... elo bego banget sih? Kenapa mesti Om Bram? Kayak nggak ada pria lain aja di dunia ini."

Ia mengusap wajahnya yang mulai memerah. "Huft, tapi gue kan mabuk... Mana tahu itu memang papanya Kevin?" gumamnya pelan, bibirnya mengerucut menahan malu dan sesak. Joanna menggigit bibir bawahnya sampai agak perih, menahan rasa bersalah yang makin menggulung di dada.

Tangannya tiba-tiba mencengkeram rambutnya, menjambak dengan frustrasi. "Duh, gue harus gimana? Kan gue kenal Tante Rosa... berarti gue udah nyakitin dia, kan?" suaranya pecah, napasnya terengah.

Lalu Joanna menutup mata, menghela napas panjang. "Tapi gue nggak boleh mundur," ucapnya dalam hati, dada berdebar.

"Om Bram udah renggut mahkota gue... Dia harus tanggung jawab!"

Matanya kembali menatap lurus, penuh tekad dan amarah yang menyala. "Yah, dia harus tanggung jawab. Gue nggak salah minta pertanggungjawaban, kan?" Ujung bibirnya mengatup erat, berusaha meyakinkan diri sendiri, "Gue nggak salah... gue nggak salah!"

Joanna terhempas di sofa apartemennya, tubuhnya menggigil menahan nyeri yang mencekam di bagian intim. Setiap napas seperti pisau yang mengiris, membuatnya meringis kesakitan. Ia mencoba menenangkan diri, tapi rasa linu itu terus merambat, menyesakkan dadanya.

Tiba-tiba, pikirannya tertuju pada KTP Bram yang tersimpan rapi di tasnya—sebuah bukti tak kasat mata yang ia rampas dengan sengaja. KTP itu bukan sekadar kertas, melainkan jaring pengikat yang akan menahan pria itu pada janji dan tanggung jawabnya. Joanna menggenggam tas itu erat-erat, seolah memegang harapan terakhirnya untuk menuntut keadilan.

Mendadak wajah Joanna memerah mengingat kejadian panas dengan Bram. Tangannya bergerak menyentuh bibirnya sendiri. Meski dia dalam keadaan mabuk, Joanna ingat betul, ciuman Bram benar-benar sangat brutal dan ganas.

Bibirnya terhisap dengan dahsyat, seolah-olah tertangkap oleh mesin vakum yang tak kenal ampun. Setiap sentuhan itu meninggalkan bekas, membuat bibirnya membengkak dan memerah seperti baru saja dihantam badai. Jantung Joanna berdegup liar, dadanya sesak saat ingatan tentang momen itu menguasai pikirannya, membakar segala rasa dalam hatinya yang tak bisa ia bendung.

Sementara ditempat lain, Bram berusaha untuk menetralkan perasaannya. Ia berusaha bersikap biasa, seolah-olah tak terjadi apa-apa.

Dengan langkah pelan Bram masuk ke dalam rumah mewah sambil memikirkan kejadian itu. Pikiran Bram berkecamuk, hanya kejadian semalam yang ia pikirkan bersama Joanna.

Saking fokusnya memikirkan kejadian semalam, sampai ia tak melihat istrinya yang sudah menatapnya di sofa, tangannya menggenggam sebuah majalah.

"Pih?" panggilnya.

Bram terlonjak kaget. Benar-benar kaget. Sampai tubuhnya gugup saking kagetnya.

"Sayang?" pekiknya.

"Dari mana, Pih? Kok baru pulang?" tanya Rossa dengan lembut.

"Emmm, Ma--maaf, Sayang. Aku___?" kalimat Bram menggantung. Dia bingung harus menjawab apa.

"Semalam kamu tidak pulang ke rumah. Ada apa, Pih? Kamu nggak apa-apa kan?" Rossa mendekati Bram yang terlihat gelisah.

"Nggak apa-apa, Sayang. Tadi malem tuh___papi diajak temen-temen minum, Mi. Kami bersenang-senang sambil menostalgia mengingat masa-masa sekolah dulu!" Bram merasa bersalah karena terpaksa membohongi istrinya.

"Astaga. Mami kira___terjadi sesuatu sama papi. Mami sampai khawatir banget. Perasaan mamih nggak enak, Pih?" katanya.

Bram menatap Rossa dengan perasaan yang sangat bersalah.

Bagaimana tidak?

Kesetiaan yang selama ini dia jaga harus runtuh gara-gara nafsu dan syahwat.

Hatinya bertambah bersalah saat sang istri menatapnya lama dari atas hingga bawah. Mendapatkan tatapan curiga, membuat Bram gugup bukan main. Ia berusaha untuk tidak menunjukkan rasa gelisah yang sebenarnya ia rasakan. Dengan senyum yang dipaksakan, ia mencoba untuk tetap tenang Dan tidak menunjukkan tanda-tanda kegugupan.

Rossa, dengan tatapan matanya yang tajam, seolah-olah bisa melihat langsung ke dalam hati Bram. Ia tidak mengatakan apa-apa, hanya menatap dengan rasa curiga yang terlihat jelas di wajahnya. Bram merasa seperti sedang diinterogasi, meskipun tidak ada pertanyaan yang diajukan.

Bram berusaha untuk mengalihkan perhatian dari dirinya sendiri. Ia mencoba untuk tetap sibuk dengan kegiatan yang sedang dilakukan, berharap bahwa sang istri akan melupakan rasa curiganya. Namun, ia tahu bahwa itu tidak akan mudah. Ia harus tetap waspada dan siap untuk menghadapi pertanyaan-pertanyaan yang mungkin akan diajukan oleh Rossa.

Sementara itu, pikiran Bram terus berputar-putar. Ia memikirkan tentang apa yang telah ia lakukan dan bagaimana ia bisa menyembunyikannya dari Rossa. Ia tahu bahwa jika Rossa mengetahui kebenaran, maka semuanya akan berantakan. Oleh karena itu, ia harus tetap tenang dan tidak menunjukkan tanda-tanda kegugupan.

Bram mengambil napas dalam-dalam dan mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri. Ia tahu bahwa ia harus tetap kuat dan tidak membiarkan rasa bersalahnya menguasai dirinya. Ia harus tetap fokus pada apa yang harus ia lakukan untuk menyembunyikan rahasianya dan menjaga hubungan dengan Rossa tetap baik.

"Jangan khawatir, Sayang. Papi baik-baik saja. Papi ke atas dulu ya? Gerah. Mau mandi?" katanya mengulum senyum.

"Ya udah. mami siapkan baju ganti Papi?" kata Rossa mengekor di belakang suaminya.

Untung sang istri percaya, Bram bisa bernafas dengan lega. Tapi hanya untuk sementara.

-

-

Di kamar mandi, di dalam bathtub, pikiran Bram terus saja berkelana ke Joanna. Bayang-bayang Joanna dan permainan ranjang mereka tidak lepas dari pikiran.

Bram benar-benar tidak bisa berhenti untuk memikirkan Joanna. Rasanya Bram ingin berteriak, karena isi kepalanya hanya Joanna, Joanna, dan Joanna. Tapi jika berteriak itu akan menimbulkan kecurigaan pada Rossa, istrinya. Ia pun dilema dan merasa sangat bersalah.

"Pih?" panggil Rossa diluar pintu. Namun tidak ada sahutan dari dalam.

Rossa menggeleng pelan sambil tangannya bergerak memunguti pakaian suaminya yang tercecer di lantai. Ia merasa sedikit kesal dengan kebiasaan Bram yang selalu meninggalkan pakaiannya di mana-mana. Namun, saat ia memunguti kemeja Bram, ia mencium bau parfum yang tidak biasa. Bau parfum itu lembut dan manis, seperti parfum yang biasa digunakan oleh perempuan.

Rossa merasa sedikit curiga dan kembali membaui kemeja Shane untuk memastikan. Ya, ia yakin bahwa bau parfum itu adalah parfum perempuan. Ia tidak bisa menjelaskan mengapa, tetapi ada sesuatu yang tidak beres. Degup jantungnya mulai berdetak sangat cepat, dan ia merasa takut dan gelisah.

Rossa mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri, berpikir bahwa mungkin Bram hanya membeli parfum baru atau ada penjelasan lain yang masuk akal. Namun, ia tidak bisa menghilangkan perasaan bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Ia merasa bahwa Bram mungkin menyembunyikan sesuatu darinya.

Rossa terus memikirkan tentang bau parfum itu, mencoba untuk membaui lagi. Lagi. Dan lagi. Dan dia sangat yakin. Betul-betul yakin, bahwa itu adalah aroma parfum perempuan.

Ia tidak bisa tidak merasa bahwa ada kemungkinan sang suami berselingkuh atau memiliki hubungan dengan perempuan lain. Pikiran itu membuatnya merasa sangat tidak nyaman dan gelisah.

Rossa memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa untuk saat ini, tetapi ia tidak bisa bersikap seolah-olah baik-baik saja. ia harus mencari tahu lebih lanjut tentang bau parfum itu. Ia akan terus memperhatikan sang suami dan mencari tanda-tanda lain yang mungkin menunjukkan bahwa ada sesuatu yang tidak beres pada diri suaminya.

"Sayang, mana baju kantorku?" tanya Bram yang baru keluar dari kamar mandi memakai jubah mandi.

"Ah, iya. Lupa," sahut Rossa lekas meletakkan baju kotor ke rak khusus. Lalu ia ke lemari mengambilkan baju kantor suaminya.

"Apa mau langsung ke kantor?" tanya sang istri berusaha baik-baik saja.

"Iya. Lagian hari ini aku ada meeting dengan investor dari Surabaya," jawab Bram tersenyum manis.

"Kenapa?" tanya Bram melihat istrinya diam saja.

"Nggak apa-apa," sahut sang istri membalas senyum sang suami.

"Emmm, apa di kantor ada sekretaris baru?" tanya Rossa tiba-tiba bertanya soal sekretaris baru.

"Nggak ada. Sekretaris papi masih sama. Kamu kenal dia kan?" kata Bram mengecup kening Rossa penuh dengan cinta. Rossa terlihat begitu senang.

"Oke kalau gitu," kata Rossa mengulas senyum.

"Bagaimana keadaan kamu? Kamu baik-baik saja kan, Mih? Tadi malem di pesta, papi cari mami. Kata Kevin, mami pulang duluan? Papi khawatir tahu sama mami?" kata Bram penuh perhatian.

Begitulah Bram. Suaminya sangat lembut dan perhatian.

"Mami kan udah kirim pesan sama papa. Mami balik duluan karena kata dokter kan Mami nggak boleh capek-capek," kata sang istri.

"Iya, tapi___lain kali bilang, Mami? Biar papi yang antar Mami pulang?" ucap Bram. Mendengar itu Rosa pun tersenyum.

Apa iya suami yang begitu baik, perhatian dan setia tega menyelingkuhi dirinya.

"Iya, Pih,"

"Oya, kapan kontrol ke rumah sakit?" tanya Bram. Masalah kontrol ke rumah sakit, Bram tidak pernah lupa itu. Ia sangat ingat di luar kepala.

"Besok kok, Pih? Jadwalnya besok___?"

"Ya udah. Hari ini papi lembur, biar besok papa bisa full temani mami ke rumah sakit,"

"Siap, Suamiku Sayang?"

Cup....

"Papi berangkat ya?"

*******

Jaya mengeraskan rahangnya, merasakan kemarahan yang semakin meningkat saat mendengarkan laporan dari anak buahnya.

Ia telah memerintahkan anak buahnya untuk membawa pulang Joanna, dengan cara apa pun, tetapi rupanya si anak buah telah gagal. Anak buahnya itu menjelaskan bahwa nona mudanya kabur entah kemana.

Jaya merasa frustrasi dan marah karena anak buahnya tak berhasil menemukan Joanna.

Jaya memikirkan Joanna, tentang bagaimana ia telah kehilangan kendali atas putrinya itu. Ia merasa bahwa Joanna semakin susah untuk digapai setelah ia menikah lagi empat tahun yang lalu. Dimana dia membawa Lisa, istri barunya, berserta Karin, putri yang dibawa Lisa datang ke rumah.

Joanna memang tidak pernah setuju dirinya menikah lagi, putrinya itu pun semakin marah saat dirinya menikahi Lisa secara diam-diam lalu membawa Lisa ke rumah. Dan sekarang, Joanna benar-benar tidak mau menemuinya, pergi meninggalkan rumah dengan perasaan marah dan jengkel.

Jaya memutuskan untuk mengambil tindakan lebih lanjut. Ia tidak bisa membiarkan Joanna terus-menerus kabur dan hidup sendirian di luar sana. Ia akan melakukan apa saja untuk membawa pulang putrinya itu. Ia akan menggunakan semua sumber daya yang dimilikinya untuk mencari Joanna dan membawanya pulang.

Dengan wajah yang keras dan mata yang menyala-nyala, Jaya memerintahkan anak buahnya untuk mencari Joanna kemana pun dia pergi. Ia tidak akan berhenti sampai putrinya itu kembali ke dalam genggamannya.

Rencana tersebut ternyata didengar oleh Lisa dari balik pintu.

Saat anak buah suaminya akan keluar dari pintu tersebut, ia pun buru-buru pergi dari sana. Ia tidak mau jika ketahuan sudah menguping.

"Argh, Ya Ampun. Kenapa sih anak sialan itu masih saja dicari? Bukannya sudah ada Karin dan Galen? Apakah tidak puas cukup ada Galen saja. Galen kan anaknya juga?" kesal Lisa begitu mengetahui ternyata sang suami masih saja mencari keberadaan putrinya yang lain.

"Nyonya??" panggil seorang baby sister pada Lisa. Sepertinya perempuan itu kaget dengan panggilan baby sister nya, membuat baby sister itu mendapatkan pelototan tajam dari Lisa.

"Apa sih? Bikin kaget aja?"bentak Lisa pada baby sitter Galen.

"Maaf, Nyonya," katanya merasa bersalah, "Itu___Tuan Muda, sepertinya agak demam, Nyonya," kata si baby sister.

"Duh, masa kayak gitu kamu nggak bisa ngurusin? Percuma saya bayar mahal kamu kalau nggak ada gunanya?" kesel Lisa ngedumel sambil berlalu begitu saja.

Bersambung....

komen dong?????

1
US
bagus alurnya thor /Drool/
Cahyaning Fitri: Terima kasih 😘😘😘
total 1 replies
Fang
Kisah yang menyentuh hati.....😭😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!