Nayla,wanita cantik penuh pesona,menikahi seorang ketua Mafia dingin dan kejam....
Nayla sangat mencintai suaminya,sehingga ia memaksa sang ayah untuk menikahkan dia dengan ketua Mafia itu....
ia tak peduli jika suaminya itu tidak mencintainya,ia dengan penuh harap bawah suatu hari dia akan meluluhkan suami dingin dan kejam nya itu....
namun suatu hari dia di habisi oleh suami nya sendiri dan di beri kesempatan hidup kembali....
penasaran dengan kisah selanjutnya?
yuk mampir dan baca....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon medusa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 06²
...🌼🌼🌼...
...Semalam penuh Nayla sama sekali tidak bisa memejamkan mata. Hatinya dipenuhi gejolak, antara tekad membara dan keraguan yang mencengkeram. Ia sibuk menelepon sang ayah, suaranya tercekat namun penuh keberanian, mengungkapkan keinginannya yang mendalam untuk bekerja di perusahaan sang ayah sebagai karyawan....
...Awalnya, Tuan Berto sempat terhenyak, syok mendengar permintaan Nayla. Ada nada keprihatinan yang terselip dalam suaranya. Namun, Nayla segera menjelaskan, suara hatinya penuh kejengkelan dan frustrasi, bahwa dia muak hanya berdiam diri, malas hanya tiduran di rumah, ingin menghasilkan sesuatu, ingin merasakan denyut nadi kehidupan yang berarti. Alasan itu, meski sederhana, menyentuh relung hati Tuan Berto, dan akhirnya, ia setuju. Namun, Nayla tidak akan bekerja sebagai karyawan biasa, melainkan menjadi asisten pribadinya. Sebuah posisi yang jauh lebih dekat dengan kendali, sesuatu yang Nayla butuhkan untuk merasa berdaya....
...Mulai hari ini, Nayla berjanji pada dirinya sendiri akan berhenti memakai uang dari Alex. Ada bara pemberontakan dalam sanubarinya, keinginan kuat untuk berdiri di atas kaki sendiri, untuk membuktikan bahwa dia mampu, tanpa bayang-bayang pria itu....
"Cih! Dia pikir, hanya dia pria di dunia ini yang memiliki wajah tampan?" Desisan Nayla meluncur tajam, bibirnya membentuk seringai jijik. "Dia lupa kalau Oppa RM-ku tak kalah tampan darinya dan lebih berkarisma, Cih!" Gerutuan tak karuan itu membanjiri benaknya, mengiringi setiap usapan skincare di wajah putih mulusnya.
...Ada campuran kemarahan, harga diri yang tercabik, dan tekad baja yang berkobar di matanya. Hari ini adalah awal yang baru, hari di mana dia akan mulai bekerja di perusahaan sang Ayah, hari di mana dia akan merebut kembali kendali atas hidupnya....
...Setelah selesai berkutat dengan skincare, Nayla tersenyum puas, senyuman yang merefleksikan kekuatan baru, menatap pantulan dirinya di depan cermin. Matanya memancarkan tekad....
"Semangat, Lala," gumam Nayla, suaranya pelan namun penuh keyakinan, memasang senyuman cantik yang terasa lebih seperti perisai.
...Lalu, dengan langkah mantap, ia berbalik pergi meninggalkan kamar, meninggalkan bayangan masa lalu yang kelam di belakangnya....
...Di dapur, terlihat Hana sedang sibuk menyiapkan sarapan untuk dirinya dan Alex. Senyuman tak kunjung luntur dari bibirnya, senyuman yang penuh kemenangan dan kepuasan. Ia sangat bahagia, rasanya melayang di atas awan, karena semalam tidur satu kamar bersama Alex, meskipun mereka tidak melakukan apa-apa. Bagi Hana, itu adalah sebuah kemajuan, sebuah deklarasi tak terucap....
"Aku akan membuatmu pergi dari sini secepat mungkin, Nayla, lihat saja." Batin Hana berbisik keji, seringai dingin merekah di wajahnya. Ada ambisi dan kebencian yang mendalam dalam benaknya, tekad untuk menyingkirkan saingan.
Tak lama, seorang pelayan menghampiri Hana, dan berkata,
"Nyonya, Tuan sudah keluar dari kamar, sekarang sudah berada di meja makan."
"Terima kasih, Bi. Ini sarapannya sudah siap, tolong bantu aku ya," pinta Hana, suaranya manis dan penuh kepura-puraan, tersenyum hangat ke arah pelayan itu.
"Baik, Nyonya," sahut pelayan itu membalas senyuman Hana dengan senyuman tulus. Ia tak melihat lapisan tipis kepalsuan di balik keramahan Hana.
...Lalu, Hana berjalan keluar dari dalam dapur, menenteng nampan berisi sarapan, dan menghampiri Alex yang sudah duduk di meja makan....
"Sayang, ini sarapanmu," ucap Hana, nada suaranya lembut dan memikat, menata sarapan di atas meja, lalu menyajikan kepada Alex.
"Sayang, kamu tidak perlu melakukan itu, 'kan masih ada pelayan," ujar Alex menatap Hana, ada sedikit keheranan dan penghargaan di matanya.
"Aku 'kan hanya ingin melayani calon suamiku," jawab Hana, matanya berkedip manja, tersenyum malu-malu, membuat Alex semakin gemas dengan tingkahnya itu. Ada kepuasan dalam hati Hana melihat reaksinya.
"Iya, baik sayang, terserah kamu," balas Alex, meraih sarapannya, lalu mulai makan, pandangannya penuh kasih sayang yang tak menyadari niat tersembunyi.
"Bi!" Seruan Nayla yang tajam menggelegar, menghentikan suasana romantis di dapur. Ia berjalan menuruni anak tangga, aura dingin terpancar dari dirinya, membuat Alex dan Hana menoleh ke arahnya.
...Alex hampir saja tersedak oleh sarapannya sendiri saat melihat penampilan Nayla. Detak jantungnya sedikit terhenti, karena tidak biasanya Nayla memakai baju lebih tertutup dan elegan seperti sekarang. Ada sesuatu yang baru, sesuatu yang menarik perhatian Alex, dan itu membuatnya sedikit gelisah....
...Menyadari hal itu, Hana langsung kesal, hatinya mencelos dan amarah mulai mendidih, namun ia tak bisa menunjukkannya secara langsung di hadapan Alex....
"Nya, kamu mau ke mana?" tanya Hana, senyuman palsunya terasa seperti topeng yang tebal, menatap Nayla.
"Bukan urusanmu," jawab Nayla, suaranya sedingin es, menatap dingin ke arah Alex dan Hana secara bergantian. Ada kebencian yang jelas terpancar dari matanya.
...Lalu, ia ikut duduk di kursi meja makan paling ujung, mempertahankan jarak, menolak untuk terkontaminasi....
"Nay, ini aku membuatkan sarapan untukmu." Hana berusaha memasang senyuman setulus mungkin, sebuah upaya putus asa untuk menarik simpati, agar Alex bersimpati.
"Tidak perlu. Aku tidak mau menyentuh makanan dari orang bermuka dua sepertimu, bisa-bisa aku ikut ketularan." Cibiran Nayla meluncur tajam, penuh penghinaan, menolak dengan keras.
...Ada kepedihan di balik kata-katanya, karena dia melihat kebohongan Hana dengan sangat jelas....
"Nay, kalau kamu tidak mau makan tidak apa-apa, tapi aku mohon jangan menghina, ini hanya makanan biasa," keluh Hana, lagi-lagi memasang wajah sedih yang dibuat-buat.
...Air mata palsu hampir menetes, sebuah taktik untuk memancing perhatian Alex....
"Sayang, kamu duduk dan sarapan, jangan hiraukan wanita licik itu," sela Alex, suaranya penuh kemarahan dan pembelaan untuk Hana. Ia sepenuhnya termakan oleh sandiwara Hana.
"Tapi—"
"Sudah kubilang, jangan hiraukan dia," potong Alex, menepuk kursi kosong yang ada di sampingnya, menuntut kepatuhan yang menyakitkan bagi Nayla.
...Hana tersenyum puas, senyum kemenangan yang tersembunyi, lalu duduk di samping Alex dengan patuh. Tak lama, sarapan yang ditunggu oleh Nayla pun datang, dan Nayla langsung melahapnya seperti orang kesurupan. Setiap suapan adalah upaya untuk melarikan diri, ia ingin segera menghabiskan sarapannya lalu pergi dari sana, meninggalkan drama yang menyesakkan....
...Alex hanya melirik tingkah Nayla dengan sudut matanya, pandangannya penuh kecurigaan. Dalam pikirannya, ia yakin Nayla pasti akan melakukan sesuatu untuk menarik perhatiannya, rasa curiga yang bercampur dengan keangkuhan....
"Aku sudah selesai," celetuk Nayla, mengusap bibir pinknya dengan sapu tangan, gerakannya tegas dan penuh percaya diri. Lalu, ia meraih tas dan mengeluarkan black card milik Alex yang biasa ia pakai.
"Ini kartumu. Mulai sekarang aku akan berhenti memakainya, dan aku juga akan membayar kembali uang yang sudah ku pakai, Tuan Alex."
...Setiap kata Nayla penuh penekanan, sebuah deklarasi kemerdekaan. Ia meletakkan kartu itu di atas meja, lalu berjalan pergi, langkahnya mantap, tanpa menoleh ke belakang, tanpa menunggu jawaban dari Alex. Ada kelegaan yang luar biasa, seolah beban berat terangkat dari pundaknya....
...Alex menatap punggung Nayla penuh curiga. Pikirannya berpacu, penuh pertanyaan dan sedikit ketidaknyamanan. Dalam benaknya, ia akan menyuruh orang-orangnya menyelidiki Nayla, karena perubahan yang ditunjukkan oleh Nayla cukup mencurigakan baginya, membuatnya merasa kehilangan kendali....
...Nayla yang sudah berdiri di depan pintu mansion, seketika tersenyum lebar saat melihat mobil sang ayah masuk ke dalam pekarangan mansion dan berhenti di hadapannya. Senyum itu tulus, penuh kelegaan dan kebahagiaan. Dengan semangat Nayla membuka pintu depan mobil, lalu masuk. Ada perasaan aman yang menyelimutinya begitu berada di dekat ayahnya....
"Pagi, Pa," sapa Nayla, mengecup rahang Tuan Berto yang dihiasi kumis putih. Ada kehangatan dan kasih sayang yang mendalam dalam gestur itu.
"Dasar anak nakal, kamu jangan sembarang mengecup, nanti suamimu melihat, dia akan marah kepada Papa," goda Tuan Berto, senyum di bibirnya tulus dan penuh kasih sayang, mengacak rambut Nayla dengan gemas.
"Cih! Untuk apa dia cemburu? Lagian dia—" Nayla menghentikan perkataannya setelah sadar, seketika wajahnya menegang karena terkejut.
...Lalu, ia menutup bibirnya dengan rapat, karena hampir saja ia keceplosan, hampir saja rahasia terbesarnya terbongkar....
"Dia kenapa, Nak?" tanya Tuan Berto penasaran, matanya sedikit menyipit, merasakan ada sesuatu yang ditutupi.
"Dia... Dia..." Nayla kebingungan sendiri, menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Ketegangan memuncak di wajahnya.
"Pa, ayo kita berangkat, ini kita sudah telat." Nayla tidak ada cara lain selain mengalihkan Tuan Berto dengan pekerjaan, sebuah upaya putus asa untuk mengubah topik.
Tuan Berto pun melirik jam tangan mahal yang melingkar di lengan kekarnya.
"Oh iya, astaga... Papa hampir lupa," ucap Tuan Berto, nada suaranya sedikit panik, menjalankan mobil pergi meninggalkan mansion, meninggalkan Nayla dengan rahasia yang masih tersembunyi, dan janji akan awal yang baru.
(Bersambung)
...🥀🥀🥀🥀🥀...
Jangan lupa like, subscriber, gift dan Vote nya everyone, agar thor lebih semangat lagi,terima kasih banyak🤗....
Love you all sekebon bunga mawar😚....
kalau sudah ada kesempatan ke 2 hrsnya penulis jadikan sang pemeran utama tangguh!!
lah ini kok cengeng!