NovelToon NovelToon
Jodoh Tak Terduga D & D

Jodoh Tak Terduga D & D

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Tamat
Popularitas:8.5k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Dewi Ayu Ningrat, gadis ningrat yang jauh dari citra ningrat, kabur dari rumah setelah tahu dirinya akan dijodohkan. Ia lari ke kota, mencari kehidupan mandiri, lalu bekerja di sebuah perusahaan besar. Dewi tidak tahu, bosnya yang dingin dan nyaris tanpa ekspresi itu adalah calon suaminya sendiri, Dewa Satria Wicaksono. Dewa menyadari siapa Dewi, tapi memilih mendekatinya dengan cara diam-diam, sambil menikmati tiap momen konyol dan keberanian gadis itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 10

Tokyo, awal musim gugur.

Langit biru membentang cerah, dedaunan mulai menguning, dan hembusan angin membawa aroma teh hangat dari kedai pinggir jalan. Dewi berdiri di depan gedung kantor cabang Wicaksono Group di Jepang dengan napas dalam dan hati yang baru.

Ini bukan pelarian. Ini perjalanan.

---

Hari-harinya di Jepang padat, menantang, dan... membahagiakan.

Dewi bekerja dengan tim multinasional, mengatur ulang strategi branding, bahkan jadi pembicara dalam konferensi kecil bersama startup muda Tokyo. Ia mengenakan jas hitam simpel, tapi penuh percaya diri.

“Dewi-san, kamu cepat sekali adaptasi!” puji rekan Jepangnya, Rei.

Dewi hanya tertawa. “Mungkin karena... aku pernah ‘lari’ dari banyak hal. Jadi sekarang, saat harus lari ke depan, aku lebih siap.”

 

Sementara itu, di Jakarta...

Dewa kembali terlibat dalam urusan keluarga besar. Ia memang sudah mundur dari perusahaan, tapi bukan berarti lepas dari semua tanggung jawab. Ibunya masih sering mengundangnya dalam rapat keluarga, berharap ia berubah pikiran.

“Kalau kamu nggak mau kembali ke kursi direksi, setidaknya ikut hadir di pernikahan Nadine dan Reza bulan depan,” ujar sang ibu dingin.

Dewa mengerutkan dahi. “Nadine menikah?”

“Iya. Akhirnya dia menyerah juga pada ambisi,” ibunya tersenyum tipis. “Kamu kapan?”

Dewa tak menjawab.

Ia tak berniat menjadikan pernikahan sebagai kompetisi. Apalagi... jika nama calon pasangannya belum bisa ia genggam sekarang.

 

Dan suatu malam, di hari yang sunyi, Dewa menerima pesan tak terduga.

Nadine: " Aku tahu aku banyak salah. Tapi... bolehkah aku bicara baik-baik? Kali ini bukan untuk menyerangmu, tapi untuk memperingatimu."

Dewa membalas datar.

Dewa: "Katakan saja."

Nadine:" Kamu pikir keluargamu akan diam saja melihat kamu menunggu perempuan seperti Dewi? Kamu tahu siapa sebenarnya yang mereka incar sekarang? Saudara sepupumu sendiri. Mereka sedang atur ulang rencana perjodohan. Dan jika Dewi pulang, bisa jadi... dia akan terlambat.

Dewa membaca pesan itu berulang kali.

Ada rasa kesal. Bukan pada Nadine. Tapi pada sistem lama yang terus menyusup diam-diam, mencoba menyetir hidupnya seperti papan catur warisan.

 

Di Jepang, Dewi baru saja kembali dari rapat saat ponselnya bergetar.

Dewa: " Apa kamu bahagia di sana?"

Dewi tersenyum, lalu membalas:

Dewi: "Bahagia. Tapi ada yang kosong"

Dewa: "Apa itu?"

Dewi: " Aku udah lihat langit yang beda, rasa makanan yang baru, bahasa asing... tapi belum ada yang bisa ganti satu hal.

Dewa: "Apa?" (menunggu) (jantungnya ikut menunggu)

Dewi: "Senyum kamu yang tipis tapi selalu bikin aku ngerasa aman.

Dewa diam. Lalu mengetik:

Dewa:"Dan belum ada yang bisa ganti suara Kamu yang berisik tapi bikin aku ngerasa hidup.

Mereka tidak bilang aku kangen. Tapi semua isi pesannya sudah menerjemahkan rindu.

Beberapa hari berlalu

Malam itu, Dewi menatap layar laptopnya, membaca undangan digital dari Jakarta.

Undangan Pernikahan Reza & Nadine

Lokasi: Ballroom Hotel Amarta

Waktu: Minggu depan

Dan di bagian bawah...

Note: Akan ada pengumuman penting dari keluarga Wicaksono mengenai rencana bisnis dan pewarisan baru.

Dewi menajamkan mata.

“Pewarisan?”

Perasaannya tak enak.

Ia membuka ponsel. Tangannya bergetar, tapi cepat ia tekan nama Dewa.

Dewi: "Kita harus bicara. Segera"

...****************...

Dewi duduk gelisah di kursi kereta bawah tanah Tokyo. Di tangannya, tiket pesawat kembali ke Jakarta, keberangkatan: dua hari lagi.

Kepalanya penuh pertanyaan. Tentang undangan pernikahan Nadine. Tentang catatan kecil “pengumuman pewarisan” dari keluarga Wicaksono. Dan tentang satu orang yang belum ia hadapi sepenuhnya: Dewa.

 

Di Jakarta...

Dewa berdiri di balkon rumah keluarga besar Wicaksono. Di hadapannya, duduk para sepupu, paman, dan tante-tante dengan logat tajam, senyum manis beracun, dan tatapan penuh perhitungan.

“Jadi, Dewa,” ujar Paman Arman, “karena kamu sudah terlalu sibuk dengan urusan pribadi dan tidak lagi memimpin perusahaan, kami pikir sudah saatnya garis pewarisan diserahkan pada Reza.”

“Reza?” Dewa mengangkat alis.

“Dia akan menikahi Nadine. Dua keluarga bersatu, stabilitas bisnis terjaga. Sementara kamu... sibuk mengejar perempuan yang bahkan tidak datang dari keluarga setara.”

Ibunya duduk di ujung meja, diam. Tapi diam yang tajam.

Dewa menegakkan punggung. “Jadi semuanya hanya tentang darah dan nama belakang?”

“Bukan begitu—”

“Tapi begitulah kalian bertindak,” potong Dewa dingin. “Dan kalian pikir... aku akan diam?”

 

Sementara itu, di Jepang...

Dewi duduk bersama Rei, sahabat sekaligus kolega kerja.

“Kamu yakin mau pulang secepat ini?” tanya Rei.

Dewi mengangguk. “Aku nggak bisa duduk manis di sini sementara hidup seseorang yang aku peduliin dipereteli sama keluarganya sendiri.”

Rei tersenyum. “Kamu sangat... Indonesia.”

Dewi tertawa tipis. “Nggak tahu ini sifat Indonesia, atau... sifat orang yang lagi jatuh cinta dan pengen marah.”

Lalu ia berdiri, mengambil koper kecilnya.

“Waktunya aku pulang. Bukan buat drama. Tapi buat berdiri di samping dia, kalau semua orang justru menariknya jatuh.”

 

Hari keberangkatan...

Bandara Haneda dipenuhi suara pengumuman dan suara roda koper yang berderak. Dewi mengenakan hoodie abu-abu, ransel di punggung, dan langkah penuh tekad.

Di dalam pesawat, ia membuka buku hariannya.

Ia menambahkan satu tulisan baru:

"Dulu aku lari karena nggak ingin menikah. Sekarang aku pulang bukan buat nikah... tapi buat bantu seseorang berdiri, saat semua orang ingin menjatuhkannya.

 Bersambung

1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒌𝒆𝒓𝒆𝒏𝒏𝒏𝒏𝒏𝒏𝒏𝒏𝒏𝒏 𝑻𝒉𝒐𝒓 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒎𝒖 𝒏𝒈𝒆𝒏𝒂 𝒃𝒂𝒏𝒈𝒆𝒕 𝒌𝒆 𝒉𝒂𝒕𝒊 👍👍👍👏👏👏😍😍😍😘😘😘
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 𝒏𝒈𝒆𝒏𝒂 𝒃𝒂𝒏𝒈𝒆𝒕 𝒏𝒊𝒉 👍👍👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑨𝒏𝒅𝒊𝒆𝒏 𝒎𝒖𝒔𝒖𝒉 𝒅𝒍𝒎 𝒔𝒆𝒍𝒊𝒎𝒖𝒕 😤😤
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑵𝒂𝒅𝒊𝒓𝒂 𝒈𝒂𝒌 𝒌𝒂𝒍𝒐𝒌
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒅𝒂𝒉 𝒋𝒈 👏👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒄𝒂𝒓𝒊 𝒍𝒂𝒘𝒂𝒏 😏😏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒕𝒆𝒓𝒏𝒚𝒂𝒕𝒂 𝒔𝒆𝒑𝒆𝒓𝒕𝒊 𝒊𝒕𝒖
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒅𝒂 𝒎𝒂𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒂𝒑𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝑮𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈 🤔🤔
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒃𝒍𝒎 𝒏𝒊𝒌𝒂𝒉 𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒑 𝒌𝒐𝒌 𝑫𝒆𝒘𝒊 𝒃𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈𝒏𝒚𝒂 𝑫𝒆𝒘𝒂 𝒔𝒖𝒂𝒎𝒊𝒌𝒖 🤔🤔
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒐𝒓𝒕𝒖𝒏𝒚𝒂 𝑫𝒆𝒘𝒊 𝒎𝒂𝒏𝒂 𝒌𝒐𝒌 𝒈𝒂𝒌 𝒏𝒆𝒏𝒈𝒐𝒌 𝑫𝒆𝒘𝒊 𝒔𝒊𝒉 🤔🤔
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒈𝒐𝒐𝒅 𝒋𝒐𝒃 𝑫𝒆𝒘𝒊 👍👍👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒔𝒚𝒖𝒌𝒖𝒓𝒍𝒂𝒉 𝑫𝒆𝒘𝒂 𝒕𝒐𝒍𝒂𝒌
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒋𝒏𝒈𝒏 𝒎𝒆𝒏𝒚𝒆𝒓𝒂𝒉
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒅𝒂 𝒚𝒂 𝒊𝒃𝒖 𝒌𝒂𝒏𝒅𝒖𝒏𝒈 𝒋𝒂𝒉𝒂𝒕 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝒂𝒏𝒂𝒌𝒏𝒚𝒂 😏😏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒌𝒆𝒏𝒂𝒑𝒂 𝑫𝒆𝒘𝒂 𝒈𝒂𝒌 𝒏𝒈𝒐𝒎𝒐𝒏𝒈 𝒑𝒂𝒔 𝒂𝒅𝒂 𝒘𝒂𝒓𝒕𝒂𝒘𝒂𝒏 𝒚𝒂 😏😏 𝒌𝒐𝒌 𝒄𝒖𝒎𝒂 𝑫𝒆𝒘𝒊 𝒂𝒋𝒂 𝒉𝒓𝒔𝒏𝒚𝒂 𝒌𝒂𝒏 𝑫𝒆𝒘𝒂 𝒋𝒈 𝒏𝒐𝒏𝒈𝒐𝒍
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒔𝒆𝒎𝒐𝒈𝒂 𝒔𝒖𝒌𝒔𝒆𝒔 𝑫𝒆𝒘𝒂 𝒅𝒂𝒏 𝑫𝒆𝒘𝒊 😍😍
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒂𝒏𝒕𝒂𝒑 𝑫𝒆𝒘𝒊 𝒌𝒆𝒓𝒆𝒏𝒏𝒏𝒏𝒏 👍👍👍
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑵𝒂𝒅𝒊𝒏𝒆 𝒍𝒊𝒄𝒊𝒌 𝒋𝒈 𝒚𝒂 😏😏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑳𝑫𝑹 𝒅𝒐𝒏𝒌 😅😅
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒑𝒂𝒉𝒂𝒎 𝒏𝒊𝒉
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!