NovelToon NovelToon
Menjadi Yang Terkuat Di Dunia Kultivasi Immortal

Menjadi Yang Terkuat Di Dunia Kultivasi Immortal

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Misteri / Fantasi Timur / Epik Petualangan / Harem / Romansa
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Chizella

HIATUS AWOKAOWKA

"Kau akan dibunuh oleh orang yang paling kau cintai."

Chen Huang, si jenius yang berhenti di puncak. Di usia sembilan tahun ia mencapai Dou Zhi Qi Bintang 5, tetapi sejak usia dua belas tahun, bakatnya membeku, dan gelarnya berubah menjadi 'Sampah'.

​Ditinggalkan orang tua dan diselimuti cemoohan, ia hanya menemukan kehangatan di tempat Kepala Desa. Setiap hari adalah pertarungan melawan kata-kata meremehkan yang menusuk.

​Titik balik datang di ambang keputusasaan, saat mencari obat, ia menemukan Pedang Merah misterius. Senjata kuno dengan aura aneh ini bukan hanya menjanjikan kekuatan, tetapi juga mengancam untuk merobek takdirnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chizella, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5: Yang Kuat Menekan Yang Lemah

​Sejak malam penempaan batin itu, ritme keseharian Chen Huang telah berubah secara fundamental. Kegagalan yang dulu menempel seperti bayangan kelam kini hanyalah debu masa lalu.

Kultivasinya, yang bertahun-tahun terhenti beku, mulai menunjukkan tanda-tanda kehidupan, merangkak naik perlahan namun pasti, laksana tunas yang baru menemukan sinar matahari. Setiap putaran Dou Qi di meridiannya terasa lebih padat, lebih berkehendak.

​Mentari bersinar tinggi, menusuk masuk melalui jendela kamar Wang Nan. Di atas meja kayu yang sederhana, terhidanglah jamuan siang yang hangat. Chen Huang duduk, tubuhnya memancarkan aura ketenangan yang baru. Ia menyantap makanan yang disediakan Kepala Desa dengan antusiasme yang jujur.

Setiap suapan nasi dan lauk yang renyah dinikmati dengan penuh syukur. Ia makan dengan lahap, rahangnya bergerak ritmis, menghasilkan suara kecapan yang lembut, memecah keheningan rumah. Ini bukan lagi sekadar asupan nutrisi; ini adalah perayaan atas kembalinya potensi.

​Wang Nan, sang pemilik rumah, tidak berada di tempat. Pagi tadi, ia hanya sempat menyampaikan pada Chen Huang bahwa ia memiliki 'urusan penting' yang harus diselesaikan. Chen Huang tidak menanggapi dengan perhatian berlebih. Alasan itu sudah sering ia dengar, ia telah belajar untuk menghargai ruang pribadi dan kebebasan waktu yang diberikan Wang Nan.

​"Ah..." Sebuah helaan napas puas terlepas dari bibir Chen Huang. Tangannya, kini lebih berotot dan terdefinisi, terangkat untuk mengusap sisa makanan yang menempel di sudut bibirnya—gerakan kecil yang menunjukkan kepuasan sederhana.

"Baiklah sepertinya aku akan mencari tanaman lagi, mungkin bisa menemukan tanaman bagus."

​Ia bangkit dari bangku kayunya. Gerakannya luwes, efisien, jauh dari kekakuan yang sempat ia miliki. Ia berjalan ke arah pintu, engsel kayu yang berderit lembut menyambut langkahnya.

Setelah pintu terbuka, ia berdiri sejenak di ambang pintu, menghirup udara yang membelai wajahnya. Udara khas Desa Daun Hijau—campuran aroma tanah basah, embun hutan, dan bunga liar—memenuhi paru-parunya.

​Chen Huang melangkah keluar, menelusuri jalan desa dengan langkah yang tenang dan berirama. Setiap pijakan kakinya terasa mantap, membumi. Ia menikmati suasana siang hari yang hangat, menyaksikan kehidupan mengalir di sekitarnya, petani menggarap ladang dengan cangkul perak mereka, para pedagang kecil sibuk dengan dagangan, anak-anak berlarian di jalan tanah. Sebuah panorama kedamaian yang mendalam.

​Namun, ketenangan itu tiba-tiba terkoyak.

​Dari kejauhan, datanglah suara-suara yang kasar dan familiar. Beberapa anak laki-laki seumuran Chen Huang, atau sedikit lebih tua, memanggilnya dengan nada menghina yang tak asing.

​"Hei, sampah sialan!"

​Chen Huang menoleh. Gerakannya tenang, hanya memutar lehernya, tidak ada kegelisahan dalam ototnya. Ia mengenali sosok yang memimpin gerombolan itu, Shan Feng, si anak nakal yang selalu melontarkan cemoohan paling tajam sejak masa kecil mereka.

Shan Feng selalu berani karena, saat itu kekuatannya yang berada di atas Chen Huang yang terhenti, memberinya lisensi untuk bertindak sesuka hati.

​Shan Feng berdiri angkuh, dadanya sedikit membusung. Ia sering memamerkan Dou Zhi Qi Bintang 6 miliknya kepada teman-temannya. Beberapa kali, ketika amarahnya memuncak, ia pernah menghajar Chen Huang yang dulunya hanya teronggok di Dou Zhi Qi Bintang 5.

​Chen Huang menatap mereka, tatapannya tidak mengandung amarah, melainkan kebosanan yang dingin—seolah ia melihat noda di lantai yang ingin segera ia sapu. Tatapannya seakan berkata. 'Aku tidak ingin melihat kalian'.

​Tindakan abai yang pasif ini justru menyulut sumbu kemarahan Shan Feng. Wajahnya memerah, otot rahangnya mengetat karena kesal.

​Salah satu temannya, seorang bocah dengan postur kurus, maju selangkah, gerakannya sedikit gugup namun terdorong oleh keberanian kelompok. "Hei, sampah! Mana hormatmu pada Shan Feng yang perkasa?!"

​Chen Huang mengabaikan suara itu. Ia sudah berbalik setengah badan, niatnya jelas. Menjauh dari gangguan sepele ini. Ia tidak membuang waktu untuk menjawab provokasi yang sudah usang.

​Namun, sebelum ia sempat menyelesaikan putarannya, Shan Feng yang merasa harga dirinya terinjak melesat maju. Itu adalah gerakan yang kasar, didorong oleh kemarahan, bukan keahlian.

Tinju kanannya terayun dalam lengkungan lebar. Dou Qi hijau pucat, tampak buram dan tidak murni, menyelimuti kepalan tangannya—sebuah manifestasi energi yang berlebihan dan tidak terkontrol.

​"Beraninya kau mengabaikanku!"

​Dalam sepersekian detik yang menentukan itu, Chen Huang hanya menggerakkan tubuhnya seminimal mungkin. Pinggulnya bergeser kurang dari satu inci ke samping, bahu kirinya berputar ringan, dan kepalanya sedikit condong. Itu adalah manuver sehalus hembusan angin, menggunakan energi hanya untuk menggeser pusat gravitasinya, bukan untuk menghindar secara frontal.

​Serangan Shan Feng meleset. Tinju Dou Qi-nya hanya membelah udara kosong di tempat Chen Huang berdiri sedetik yang lalu. Shan Feng terhuyung sedikit karena momentumnya yang terbuang.

Ekspresi di wajahnya berubah total dari amarah menjadi keterkejutan yang dingin. Ia tidak percaya. Ini adalah pertama kalinya serangannya yang penuh daya meleset dari Chen Huang. Beberapa temannya yang menonton pun menunjukkan mata terbelalak, rahang terbuka dalam kebisuan yang tidak percaya.

​Di dalam benak Chen Huang, suara Yue Chan terdengar, nadanya terdengar menghina dan superior, seperti seorang guru yang melihat kesalahan mendasar. "Terlalu banyak gerakan, dia sama sekali tidak bisa mengendalikan Dou Qi miliknya, itu terbuang sia-sia bersama serangannya yang meleset."

​Chen Huang, masih berdiri dalam posisi santai, hanya menggaruk-garuk kepalanya. Gerakannya adalah demonstrasi kasualitas yang ekstrem di tengah situasi tegang.

​"Shan Feng, aku tidak punya waktu main-main denganmu. Jika ingin bertarung, percaya atau tidak... aku yang sekarang bisa menjatuhkanmu dengan satu serangan." ​Kalimat Chen Huang diucapkan dengan nada datar, namun bobotnya terasa lebih berat dari logam mulia.

Di bawah tatapan mata Chen Huang yang kini memancarkan ketenangan, teman-teman Shan Feng mendadak didera rasa takut yang mendalam. Mereka saling pandang, lalu tanpa kata-kata, berbalik dan melarikan diri, langkah mereka terdengar panik di jalan tanah. Mereka meninggalkan Shan Feng, yang kini berdiri sendirian, wajahnya pucat.

​Hanya tersisa satu teman Shan Feng, bocah kurus yang tadi memprovokasi, yang memberanikan diri. Wajahnya gemetar saat ia menyuarakan ancaman terakhirnya. "Chen Huang! Jika kau berani maka ayahnya Shan Feng pasti akan membalasmu nanti!"

​Chen Huang memiringkan kepalanya sedikit, gerakan kecil itu sudah cukup untuk menunjukkan dominasi yang tak terhindarkan. Ekspresinya dingin dan tanpa emosi.

​"Kalau begitu jangan ganggu aku," ucapnya, suaranya sedingin baja yang baru ditempa.

​Ia berbalik sepenuhnya, mengabaikan Shan Feng yang kini membeku dalam rasa malu dan takut. Langkah kakinya kembali tenang dan berirama, melanjutkan perjalanannya mencari tanaman seperti tujuan awal, seolah insiden itu tidak lebih penting dari selembar daun kering yang terinjak.

Tangan Shan Feng mengepal, wajahnya yang sebelumnya takut kini di penuhi amarah. Ia menatap punggung Chen Huang yang kian menjauh, bola mata hijaunya seakan mengatakan kalau ia tidak akan membiarkan kejadian ini begitu saja.

1
Berry
gak ada cover lain kah?
Cecilia-chan: banyak ai nya yg ini, kek bahan gabut selagi aku masi nulis isekai slime, jdi kalau pening dan gada ide ya, kutulis random kesini, gada tujuannya ini novel
total 4 replies
Story
berapa kata di chapter ini?
Cecilia-chan: 1200an
total 1 replies
Story
Lebih baik lewat dialog aja nggak sih tingkatan Kultivasinya🗿
Cecilia-chan: entah kenapa aku pengen simpel aja kek sesepuh fantim yg laen🗿
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!