NovelToon NovelToon
Mahar Satu Miliar Dari Pria Impoten

Mahar Satu Miliar Dari Pria Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Penyesalan Suami / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Pengantin Pengganti
Popularitas:36.1k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Arum Mustika Ratu menikah bukan karena cinta, melainkan demi melunasi hutang budi.
Reghan Argantara, pewaris kaya yang dulu sempurna, kini duduk di kursi roda dan dicap impoten setelah kecelakaan. Baginya, Arum hanyalah wanita yang menjual diri demi uang. Bagi Arum, pernikahan ini adalah jalan untuk menebus masa lalu.

Reghan punya masa lalu yang buruk tentang cinta, akankah, dia bisa bertahan bersama Arum untuk menemukan cinta yang baru? Atau malah sebaliknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

21. Pergi kadang lebih baik dari pada tinggal tapi tak dihargai

Malam menjelang larut, rumah besar keluarga Argantara sunyi, hanya suara detik jam yang terdengar di antara temaram lampu lorong. Di salah satu kamar, Reghan duduk di sisi ranjang, wajahnya tegang dan mata merah karena tak bisa berhenti menatap tubuh Arum yang terbaring lemah.

Tubuh Arum penuh luka. Balutan kain putih di punggungnya sudah mulai berubah warna karena darah yang merembes keluar, napasnya terengah pelan. Reghan meremas ujung selimut, menahan perasaan bersalah yang menggerogoti dadanya.

Dia menyeka peluh di dahi Arum dengan tangan gemetar.

“Kenapa kamu tidak melawan…” bisiknya pelan. “Kenapa kamu tidak berteriak memanggilku?”

Arum membuka matanya setengah, suaranya serak. “Untuk apa? Supaya aku lebih menyedihkan lagi di depan mereka?”

Reghan terdiam, tidak bisa menjawab. Dia meraih baskom air dan handuk kecil, perlahan membersihkan luka Arum. Setiap sentuhannya membuat tubuh Arum sedikit menegang, tapi ia tak beranjak.

“Arum…” Reghan menatap wajah wanita itu lama. “Aku tahu kamu tidak seperti itu. Tapi semua orang ... semua bukti ... mengarah padamu. Aku … aku tidak tahu harus percaya siapa.”

Arum menatap balik, matanya kosong. “Kau tidak perlu percaya siapa pun, Tuan Reghan. Cukup ingat, aku tidak akan lupa bagaimana kau menatapku malam ini. Sama seperti mereka menatap seorang pembunuh.”

Kata-kata itu menancap dalam di dada Reghan, tangannya terhenti di udara.

“Aku tidak bermaksud...”

“Tidak perlu menjelaskan,” potong Arum pelan. “Aku tahu di matamu aku bukan siapa-siapa, hanya istri yang kau pilih karena kehendak Oma. Kau mencintaiku? Aku bahkan tak yakin kau mengenalku sepenuhnya.”

Reghan bangkit dari kursinya, menatapnya dengan rahang menegang.

“Jangan katakan aku tidak mencintaimu. Aku sudah memilih untuk tidak memenjarakanmu. Itu bukan hal kecil, Arum!”

Arum tersenyum getir, matanya mulai berkaca.

“Memilih cambuk sebagai gantinya? Itu yang kau sebut cinta?”

Reghan terdiam, memandang Arum begitu lama.

“kalau begitu, aku tidak ingin dicintai seperti itu,” lanjut Arum lirih. “Simpan cintamu untuk mereka yang pantas menerimanya. Aku sudah kehilangan rasa percaya … dan kau yang menghancurkannya.”

Hening panjang memenuhi ruangan. Hanya suara napas berat keduanya yang terdengar. Reghan menatap Arum sekali lagi, wajah yang dulu menenangkan kini justru membuat dadanya sesak. Ia menunduk, mencium punggung tangan Arum yang lemah, lalu berbisik,

“Maafkan aku, Arum. Tapi aku tidak akan membiarkanmu pergi lagi, tidak peduli seberapa besar kau membenciku.”

Reghan meninggalkan kamar dengan langkah berat. Arum menatap pintu yang tertutup itu lama, lalu meneteskan air mata yang tak bisa lagi ia tahan.

“Jangan khawatir, Tuan Reghan,” bisiknya pelan. "Cinta kita takkan membuat aku benar-benar dicintai,"

Pagi itu, cahaya matahari menembus tirai kamar yang setengah terbuka. Udara dingin menelusup pelan, namun ranjang yang biasanya hangat kini terasa hampa. Reghan mengulurkan tangan ke sisi ranjang, kosong.

“Arum?” panggilnya pelan, tak ada jawaban. Dia bangkit, menatap seprai yang masih rapi di sisi lain. Tidak ada bekas tidur, dada Reghan mulai sesak. Ia berjalan ke lemari, menarik pintu perlahan namun kosong. Pakaian Arum lenyap, begitu juga barang-barang kecilnya.

Langkahnya semakin cepat. Dia keluar kamar, menuruni tangga dengan napas tersengal, seakan baru kehilangan sesuatu yang tak tergantikan.

“Oma!” panggilnya begitu melihat sosok tua itu keluar dari ruang keluarga. Oma Hartati menatap cucunya sebentar, wajahnya datar. “Kau mencari Arum?”

“Di mana dia?” suara Reghan bergetar. “Di mana Oma menyembunyikannya?”

Oma menghela napas berat. “Tidak ada yang menyembunyikan siapa pun, Reghan. Arum pergi. Dia meninggalkan rumah ini sebelum subuh.”

Reghan menatap tak percaya. “Pergi?”

“Ya, dan aku tidak menghentikannya. Mungkin dia memang tak pantas lagi tinggal di bawah atap yang menuduhnya tanpa bukti.”

Suasana tegang itu tiba-tiba pecah oleh suara Maya yang turun dari tangga.

“Bagus,” katanya dengan nada dingin. “Satu benalu sudah pergi. Rumah ini akhirnya bisa tenang tanpa drama murahan dari perempuan itu.”

Belum sempat Maya menurunkan langkah terakhir, suara Reghan menggema keras.

“Diam!”

Nada suaranya begitu tajam hingga membuat semua orang menatap kaget. “Sekali lagi kau sebut namanya seperti itu, Maya, aku akan buatmu menyesal.”

Maya membeku, tak berani bicara lagi. Saat itu pintu depan terbuka, Alena dan Elion baru saja tiba dari rumah sakit. Alena masih tampak pucat, namun bibirnya melengkung lemah.

“Reghan,” katanya pelan, "terima kasih … karena kau sudah memilih kebenaran waktu itu. Kau...”

Reghan menatapnya tajam, dingin. “Aku tidak memihak siapa pun, Alena. Aku hanya memilih diam karena kebenaran belum sepenuhnya terungkap.”

Nada suaranya membuat Alena menelan ludah, matanya bergetar menahan gugup. Tanpa menunggu respon siapa pun, Reghan meraih kunci mobil di atas meja, langkahnya cepat menuju pintu. Oma memanggil, tapi ia tak menoleh.

Dia mengemudi tanpa arah, menelusuri jalan menuju gubuk tua di tepi hutan tempat Arum datangi beberapa waktu lalu. Setiap tikungan yang ia lewati membawa bayangan tentang Arum, tawa kecilnya, senyum gugupnya, mata teduhnya. Namun ketika sampai, gubuk itu sunyi.

Pintu terkunci rapat, rantainya tergembok. Tidak ada jejak kaki di tanah basah. Tidak ada secarik pesan pun tertinggal.

Reghan berdiri lama di depan pintu itu, kedua tangannya mengepal, rahangnya mengeras. Angin berhembus, membawa aroma tanah dan kenangan yang menyesakkan.

“Arum…” suaranya serak, nyaris berbisik. “Kau benar-benar pergi dariku.”

Reghan, berdiri di bawah langit yang mendung menatap ke atas berharap ada bayangan Arum di sana. Namun, yang dia temukan hanya langit yang semakin gelap dan hujan akan turun.

1
Kar Genjreng
luka batin Arum sangat dalam,,,, walaupun reghan berniat baik tulus iklas dan siap menerima risiko apa pun. ,,,tapi hati dan raga Rumi masih sangat sakit berlipat bahkan,,ya butuh proses,,
siti maesaroh
semoga ada jln lain buat sembuhin revan,, biar bisa hidup brsma arum
siti maesaroh
basi dg omongsnmu han g bs dipecat dr dulu mau melindungi arum nyatanya nihil, skrg bilang gitu jg alah omong ksong
siti maesaroh
kamu kn emang tolol han ,,makanya arum dh g prcya lg sejak saat itu
siti maesaroh
g usah tanya apa yg dilalui arum han mata.km buta kali udah tahu pasti susah hidup tanpa kluarga,punya suami pun pekok kyak km
siti maesaroh
g usah sok peduli km han tk tonjok mulut mu ntar , km bilang orang tua macam apa ninggalin anaknya diruang inap, lahh km suami macam apa biarin istrinya dituduh tanpa bukti dn dicambuk, dsar bjingan km han
siti maesaroh
ihh ngapain lg ktemu penjahat yg memberi putusan hukuman pd mamamu revan g suka bngt aku
siti maesaroh
pokoknya jgn mau klo.diajak belikan ya rum, km udah trlalu hancur untuk kmbli ke reghan, setan itu reghan ksih keputusan untuk hukum kn waktu itu😢
siti maesaroh
smoga dpt donor tp bukn dr klurga nya
siti maesaroh
ingin ku 6unuh itu reghan mnjgkelkn
siti maesaroh
baguslah prgi dr km ,bebas dr siksaan yg kau putuskan untuk mncambuknya ,dasar tolol km han tolol tolol tolol
siti maesaroh
persetan dg km han, g membiarkan arum pergi tp mlh menyiksa arum apa itu namanya, dasar tolol blo on ya km han
siti maesaroh
dasar pembodohan aturan.ini sbgai suami juga bodoh dn tolol.reghan, arum jg ngapain mau kmbli lg sm deg gan udah bner dia pergi, dadar munafik km reghan ktanya mau mencintai arum tp mudanya hnya msa lalu km sj yg kau pikirkn, banci km reghan
siti maesaroh
knp km mlh bohong rum bilang ja emng km ktemu sm elion waktu ambil.air minum gitu , suka bngt deh bohong bohong heran
siti maesaroh
jgan kasih cinta ke reghsn arum biarkan dia berjuang dulu enak ja lngsg dimaafkan
Asyatun 1
lanjut
siti maesaroh
pinter km tu udah g usah mbghdpi reghan lg rum, biar kn reghsn ,sibuk dg mslhnya
siti maesaroh
udahlh arum km pergi jauh aja, aku nyesek lihat nasibmu disitu 😢😢
siti maesaroh
dasar brngs3k itu reghan , udah tau beristri ngapain nolongin alena yg g tau diri itu
Aisyah Alfatih: sabar kak ayo sarapan dulu, marah2 juga butuh tenaga 🙈🤭
total 1 replies
ken darsihk
Ya ampyun apa yng harus di lakukan untuk menyelamatkan Revano
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!