Nadia harus mengalami cobaan begitu berat. Kehilangan anak dan pernikahannya kandas di hari yang sama saat bayinya menghilang. Ditengah keterpurukannya, ia bertemu dengan mantan tunangannya yang memiliki seorang bayi laki-laki. Tanpa sengaja ia akhirnya menjadi seorang ibu susu dari anak mantan tunangannya.
Apabila cerita tidak sesuai keinginan kalian, silahkan tinggalkan tanpa meninggalkan pesan yang kasar. Sekian dan terima kasih.
Selamat Membaca..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mami Al, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 - Dianggap Aneh
Sudah 30 menit Nadia berada di dalam mobil, tentunya membuat Marcell menjadi gelisah sehingga ia mondar-mandir di sekitar kendaraannya.
"Marcell, tenanglah!" kata Della.
"Bagaimana aku bisa tenang, Ma? Anakku di dalam bersama dia. Aku takut dia melakukan hal buruk kepadanya."
"Itu tidak mungkin, percayalah pada Mama!" Della menenangkan putranya agar tak berpikir negatif tentang Nadia.
"Lagian dia kenapa lama sekali menyusuinya?" kesal Marcell.
"Mungkin saja anakmu belum kenyang!" kata Della menebak.
"Ya, kalau mau kenyang makan nasi, Ma!" ucap Marcell asal.
"Huss, ngawur kamu!" Della menepuk pelan lengan putranya. "Kalau kamu kasih nasi yang ada anakmu itu mati!"
"Astaga, Mama. Kenapa bicaranya begitu?" protes Marcell.
"Lagian kamu ada-ada saja, dia masih bayi. Jangan 'kan nasi, bubur saja dia belum boleh makan!" jelas Della.
"Kenapa tidak boleh makan bubur, Ma?" tanya Marcell.
"Lambungnya tak sebesar kamu!" jawab Della cetus.
Marcell memanyunkan bibirnya.
"Sabar sedikit, sebentar lagi dia juga selesai!" kata Della.
Kurang lebih 40 menit menunggu di luar, Nadia membuka pintu mobil. Ia keluar dengan pelan dan hati-hati agar bayinya Marcell tak terbangun.
"Kenapa dia tidak membuka matanya? Kamu kasih apa dia?" tanya Marcell menuduh.
"Huss, jangan berisik!" jawab Nadia pelan.
"Marcell, dia lagi tidur!" bisik Della.
Nadia lalu menyerahkan bayi itu kepada ayahnya.
"Terima kasih, Nadia. Dari tadi dia menangis saja, biasanya tak pernah begini!" kata Della.
"Iya, sama-sama, Tante. Mungkin saja dia merindukan ibunya," ucap Nadia.
"Mungkin saja, ya!" Della tersenyum menyengir.
"Kalau begitu, aku permisi!" pamit Nadia.
"Ya, pergilah!" ucap Marcell dengan ketus.
Della kembali memukul pelan lengan putranya. "Bisa tidak kamu jangan seperti itu sikapnya?"
"Memangnya kenapa 'sih, Ma?"
"Dia 'kan sudah membantu kita menyusui Mario. Jadi, tolong wajahmu itu jangan masam begitu!"
"Halah, kebetulan saja ASI-nya dia cocok untuk Mario!" Marcell memberikan alasan.
"Tapi, Mama tidak suka. Meskipun kalian mempunyai masa lalu, coba bersikap dewasa dan buang rasa dendam itu!" nasihat Della.
"Aku tidak pernah mau berdamai dengannya!" kata Marcell mengingat rasa sakit di khianati.
-
Nadia kembali ke mobil kakak iparnya, di sana orang tuanya, keponakannya dan pengasuhnya telah menunggu. Terlihat raut wajah lega ketika melihat kemunculannya.
"Kamu dari mana?" tanya Nella yang sangat khawatir.
"Aku...."
"Nadia, kamu dari mana saja, 'sih?" omel Anggun.
Nadia lalu menoleh ke belakang.
"Aku mencarimu ke toilet bahkan sampai bertanya kepada satpam!" Anggun lanjut mengomel.
"Maaf, sudah membuat kalian khawatir!" Nadia melengkungkan bibirnya.
"Sudah sepuluh menit kami mencari kamu. Memangnya dari mana?" tanya Nella lagi.
"Aku tadi menyusui anaknya Marcell," jawab Nadia dengan polos.
"Hah!!" Bagas, Nella dan Anggun tercengang mendengarnya.
Kebetulan pengasuh keponakannya Nadia buru-buru masuk ke mobil karena keponakannya telah tertidur di gendongan. Kalau tidak, mungkin dia juga akan kaget mendengarnya.
"Nadia, jangan berhalusinasi begitu!" Nella memegang kedua lengan putrinya dengan mata berkaca-kaca.
"Nak, kami tahu kamu sedang bersedih. Tapi, tolong jangan bersikap aneh!" kata Bagas lembut agar putrinya tak sakit hati.
"Ma, Pa, aku serius. Aku tadi memang lagi menyusui anaknya Marcell yang kelaparan," ucap Nadia. "Aku senang, dia mau menyusul denganku," lanjutnya menjelaskan sambil tersenyum.
Nella yang mendengar penjelasan putrinya memeluknya dan meneteskan air matanya.
Nadia melepaskan pelukan ibunya, "Kenapa Mama menangis?" ia menatap heran.
"Kami juga merasakan kehilangan, tapi tolong jangan berbicara yang tak masuk akal. Marcell belum menikah, Nak!" kata Nella menjelaskan.
"Aku juga tidak pernah mendengar Marcell sudah menikah!" sahut Anggun. Kebetulan dirinya yang mengenalkan Nadia dengan Marcell ketika acara pembukaan butik milik orang tuanya.
"Aku tidak bohong, Marcell sudah menikah dan punya anak. Makanya, aku menyusui anaknya," ujar Nadia.
"Jika kalian tidak percaya, ayo ikut aku!" ajak Nadia.
Anggun dan kedua mertuanya saling pandang seakan bertanya apakah mereka harus menuruti permintaan Nadia atau tidak.
"Ayo!" Nadia kembali mengajak ketiganya.
"Baiklah!" ucap Bagas.
Nadia berjalan lebih dahulu lalu ketiganya menyusul di belakangnya.
Nadia menghentikan langkahnya dan mengedarkan pandangannya melihat sekelilingnya.
"Di mana Marcell?" tanya Anggun.
"Tadi mobilnya di sini!" jawab Nadia penuh yakin jika kendaraan tempat dirinya memberikan ASI berada tepat ia berdiri.
"Nak, ayo kita pulang!" ajak Bagas yang tak mau memperpanjang perdebatan. Ia yakin jika putrinya mengalami depresi sehingga berpikiran aneh.
"Iya, kami percaya!" Nella juga terpaksa berkata begitu biar Nadia merasa tak berbohong.
"Kalian percaya 'kan kalau aku menyusui anaknya Marcell?" tanya Nadia.
"Iya, kami percaya. Ayo pulang!" jawab Anggun sembari memegang tangan iparnya dan mengajaknya kembali ke mobilnya.
Sesampainya di rumah, raut wajah Nadia begitu sumringah. Ia seperti kelihatan segar dan bersemangat. Perubahannya membuat kedua orang tuanya senang. Mereka berpikir jika membawa Nadia jalan-jalan sedikit mengobati kesedihan.
***
Esok paginya, selesai sarapan Nadia bergegas ke kamar dan berganti pakaian. Ia memakai pakaian yang lebih rapi karena dirinya bersiap-siap akan keluar rumah.
"Mau ke mana, Nad?" tanya Nella melihat Nadia tampak cantik seperti biasanya sebelum kehilangan bayinya.
"Aku mau ke rumah Marcell, Ma. Menemui Mario," jawab Nadia semangat.
Nella terdiam mendengarnya.
"Boleh, ya, Ma!" mohon Nadia.
"Sebentar mau telepon papa kamu!" Nella kemudian masuk ke kamar.
Tak lama berselang Nella keluar menemui putrinya.
Nadia yang menunggu di ruang keluarga, beranjak dari tempat duduknya. "Apa aku boleh pergi sekarang, Ma?"
"Tunggu sebentar!"
"Mau tunggu siapa, Ma?" tanya Nadia.
"Papa kamu," jawab Nella.
"Bukankah papa sudah berangkat ke kantor?" tanya Nadia lagi.
"Dia balik lagi, ada yang ketinggalan!" jawab Nella beralasan.
"Hmm, baiklah!" Nadia kembali duduk.
Selang 10 menit, Bagas sampai di rumah. Ia lalu menemui istri dan anaknya.
Nadia tersenyum senang melihat ayahnya yang datang, ia lantas berdiri dan bertanya, "Bagaimana, Pa? Apa aku boleh ke rumah Marcell?"
"Tidak!" jawab Bagas menolak permintaan putrinya.
"Kenapa?" Nadia tampak kecewa.
"Buat apa kamu ke sana?" tanya Bagas.
"Aku cuma ingin menemui anaknya, Pa!" jawab Nadia.
"Nadia, cukup hentikan!!" Bagas meninggikan suaranya.
Nadia terperanjat mendengar suara lantang ayahnya.
"Bukan kamu saja yang bersedih, kami juga. Bersabarlah sedikit, Nak!" intonasi suara Bagas perlahan menurun, buliran air mata jatuh membasahi pipi.
"Kalian kenapa, 'sih?" Nadia menatap heran keduanya.
"Nak, kami mohon. Jangan buat kami semakin tak berguna!" pinta Nella mengatup kedua telapak tangannya.
Nadia menggaruk-garuk kepalanya, ia tak mengerti dengan perkataan orang tuanya yang menurutnya semakin aneh.
"Nanti kita sama-sama mencari Dion. Ayo kamu masuk ke kamar!" ajak Nella secara lembut.
"Tidak, Ma. Aku cuma mau bertemu Mario!" kata Nadia.
"Lain waktu saja kita bertemu dengannya, sekarang kamu masuk!" ucap Nella lagi dengan lembut dan hati-hati.
Nadia menghela napas kecewa sebab gagal menemui anak dari mantan tunangannya. "Ya sudah lain hari saja aku ke rumahnya. Semoga saja Mario tidak lupa dengan wajahku!"
knp jg marcel pake bohong klo nadia tau itu ank x tak tau lah apa akan marah taau gmn