Laura yang ingin mendapatkan kebebasan dalam hidupnya mengambil keputusan besar untuk kabur dari suami dan ibu kandungnya..
Namun keputusan itu membawa dirinya bertemu dengan seorang mafia yang penuh dengan obsesi.
Bagaimana kah kelanjutan kehidupan Laura setelah bertemu dengan sang mafia? Akankah hidupnya lebih atau malah semakin terpuruk?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SabdaAhessa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pencarian Dante
Saat sampai di rumah sakit, tepatnya di kamar rawat Dante, Aaron melihat tubuh Laura tergeletak di pantai tanpa seorang pun menyadarinya.
Dia segera menggendong Laura dan menidurkannya di atas tempat tidur Dante. Aaron juga nampak kebingungan saat tak melihat Dante disana. Matanya mengitari seisi ruangan. Dia mencari keberadaan Bibi Hellena.
"Ada apa ini?" Gumamnya tak memahami keadaan karena tak seorang pun menjelaskan padanya.
Namun, Fred segera datang bersama Bibi Hellena yang juga berada di ambang kesadaran. Dia nampak lelah sekali, nafasnya juga tersegal-segal. Dadanya naik turun tak beraturan.
Aaron segera menghampiri wanita paruh baya itu. "Ada apa ini, bi?" Tanyanya dengan wajah yang sangat panik.
"Dante.. Dante hilang!" Ucapnya sambil menangis.
Sontak Aaron dan Fred terkejut bukan main. Dahi mereka berkerut tak percaya. Alisnya bertaut.
"Bagaimana bisa?" Tanya Aaron sekali lagi. "Baiklah, Bibi duduklah dulu, biar aku dan Fred yang selesaikan masalah ini." Lanjutnya.
Aaron juga menelpon seseorang, sepertinya itu adalah seorang dokter pribadinya. Dia meminta dokter itu untuk segera datang kesana dan memeriksa keadaan Laura yang sedang pingsan.
Setelah itu, dia dan Fred melangkah cepat. Menuju ke resepsionis rumah sakit. Menanyakan perihal hilangnya Dante yang menjadi pasien mereka.
"Ya, tuan. Kita sudah menerima laporannya. Tim kita juga sedang memeriksa rekaman CCTV." Ucap salah satu perawat yang mewakili resepsionis disana.
"Aku mau masuk ke ruang monitor." Ucap Aaron.
"Maaf, tuan. Hanya tim kami yang boleh masuk kesana." Kata perawat itu.
Sontak Aaron mengeluarkan pistol dari saku jasnya. Dia mengarahkan pistol itu ke kepala si perawat. Hingga membuat perawat itu gemetar di tempatnya. Beruntung dia tak sampai mengompol.
"Tunjukkan jalannya!" Titah Aaron pada perawat itu.
Perawat wanita itu mengangguk. "Baik, tuan."
Dia pun menunjukkan arah untuk ke ruang monitor. Dimana tim keamanan rumah sakit sedang mencari keberadaan Dante disana. Mereka terkejut dengan kedatangan Aaron dan Fred.
"Tuan Aaron, maaf apa yang membuat anda datang kemari?" Tanya kepala keamanan disana yang mengenali Aaron.
"Cek rekaman CCTV pasien atas nama Dante Pattinson! Aku mau kau menemukannya sekarang!" Ucap Aaron menodongkan pistolnya ke arah kepala keamanan itu.
"Ba.. baik tuan." Jawabnya.
Mereka pun segera mengecek seluruh rekaman CCTV. Sampai.. Nampaklah seorang lelaki berpakaian dokter membawa pergi Dante yang sedang tertidur pulas. Dia membawanya lewat pintu belakang rumah sakit. Masuk ke sebuah mobil mewah yang sudah terparkir disana.
"Cek nomor mobilnya!" Perintah Aaron pada mereka. "Aku tidak mau tau, cari dia sampai dapat atau kepala mu yang ku penggal!" Sambung Aaron yang membuat kepala keamanan itu menelan ludah dengan kasar.
Lalu Aaron memutuskan untuk keluar dari sana. Di ikuti oleh Fred. Aaron ingin kembali mengecek keadaan Laura yang pingsan. Sudah sadar atau belum kah wanita itu.
Di persimpangan lorong, dia bertemu dengan seorang dokter yang dia kenal. Dia adalah dokter pribadinya selama ini. Dan hanya dokter ini yang di percaya oleh Aaron untuk memeriksa keadaan Laura sekarang.
"Kenapa tidak di bawa ke rumah sakit ku saja?" Tanya Dokter itu pada Aaron.
"Ceritanya panjang." Jawab Aaron singkat.
Mereka segera pergi ke kamar rawat Dante. Sesampainya disana. Mereka melihat Laura baru saja tersadar dari pingsannya.
"Kau baik-baik saja?" Aaron membantu Laura untuk duduk.
"Aaron.. Dante! Dante hilang!" Ucap Laura memandang Aaron lekat-lekat.
Selama ini Laura selalu menolak bantuan Aaron. Namun sekarang, dia mengadu pilu, seperti seorang gadis lugu yang mengadu pada kekasihnya.
"Ya, kita sedang mencarinya." Ucap Aaron berusaha menenangkan.
"Aku harus mencarinya!" Laura berusaha turun dari brankar namun di cegah oleh Aaron.
Wanita itu terlihat sangat kacau. Dia kembali ingin turun dari brankar untuk mencari Dante. Namun lagi-lagi Aaron menahan tubuhnya. Hingga tangisan Laura pecah di pelukan Aaron. Dia tak mampu menahan kesedihannya lagi.
"Aku harus mencarinya.." Ucap Laura di sela-sela tangisannya.
"Aku tau, kau tenanglah dulu, aku sudah mengerahkan seluruh anak buah ku untuk mencarinya." Ucap Aaron sambil memeluk Laura dengan erat.
Pemandangan itu sangat langka untuk Fred dan dokter pribadinya, mereka tau siapa Aaron sebenarnya. Penguasa pasar gelap yang tak kenal ampun dan haus darah. Jika di perbolehkan, mungkin Aaron akan bermandikan darah para musuhnya, memakan dagingnya mentah-mentah.
Namun, semua itu lenyap seketika. Aaron nampak penuh kasih hari ini. Hangat dan bersahaja. Memeluk seorang wanita. Jika tak melihatnya sendiri, mungkin orang-orang yang mengenal Aaron tak akan percaya dia melakukannya.
"Dia anak ku!" Laura kembali meracau.
"Aku tau, tenanglah dulu!" Aaron melepas pelukannya. "Ini dokter pribadi ku, Dokter Adrian. Biar dia memeriksa keadaan mu dulu!"
Laura menggeleng. "Aku baik-baik saja, aku harus segera mencari Dante!"
"Sebentar saja!"
Laura menggeleng lagi. Air matanya tak pernah berhenti sejak dia sadar dari pingsannya. Laura kukuh ingin segera mencari Dante saat ini juga. Meskipun kondisinya terlihat lemah dan lunglai. Begitulah naluri seorang ibu.
Aaron pun akhirnya setuju, dia membawa Laura dan Bibi Hellena keluar dari rumah sakit. Mengendarai mobilnya berkeliling kota mencari Dante. Walaupun Aaron sudah menjelaskan pada Laura jika mereka tak perlu melakukan ini karena Aaron sudah mengerahkan anak buahnya. Namun, Laura masih kukuh ingin mencari kesana kemari seperti induk ayam yang kehilangan anaknya.
Hingga siang hari tiba, barulah Fred mendapat kabar dari anak buahnya yang di tugaskan untuk mencari Dante. Mereka menemukan mobil yang di gunakan penculik itu terparkir di tengah hutan dan nomor platnya palsu.
Mendengar itu Laura semakin terpuruk. Dia terus memikirkan nasib anaknya di luar sana. Bersama siapa. Makan apa dan dimana. Sungguh, Laura tak mampu membayangkannya lebih jauh.
"Apa mungkin ini sindikat penculikan anak, tuan?" Tanya Fred pada Aaron.
"Tidak. Mereka tidak mungkin berani masuk ke rumah sakit hanya untuk menculik seorang bayi. Suruh mereka memblokir semua akses jalan keluar!" Ucap Aaron memikirkan kemungkinan yang akan terjadi.
Karena selama ini, memang ada beberapa sindikat penculikan anak yang marak di Miami. Namun, Aaron merasa ini bukan ulah mereka. Bagaimana bisa seseorang bisa keluar masuk dari rumah sakit dan membawa seorang bayi dari kamarnya? Sedangkan disana juga ada Laura dan Bibi Hellena.
"Fred, suruh mereka untuk mengecek kamar rawat Dante! Pasti mereka memasang sesuatu disana sampai Laura tidak sadar ada yang masuk dan membawa Dante." Ucap Aaron berpikir keras.
"Baik, tuan." Jawab Fred.
Akhirnya Laura mau di antar pulang setelah sekian lama mencari Dante. Nampaknya dia juga kelelahan dengan kondisi ini. Tatapannya kosong ke arah luar mobil. Air matanya terus mengalir. Telinganya mendadak tidak berfungsi. Tak menjawab semua perkataan Aaron maupun Bibi Hellena.
Bersambung...
.
.