"Ini putri Bapak, bukan?"
Danuarga Saptaji menahan gusar saat melihat ponsel di tangan gadis muda di hadapannya ini.
"Saya tahu Bapak adalah anggota dewan perwakilan rakyat, nama baik Bapak mesti dijaga, tapi dengan video ini ditangan saya, saya tidak bisa menjamin Bapak bisa tidur dengan tenang!" ancam gadis muda itu lagi.
"Tapi—"
"Saya mau Bapak menikah dengan saya, menggantikan posisi pacar saya yang telah ditiduri putri Bapak!"
What? Alis Danu berjengit saking tak percaya.
"Saya tidak peduli Bapak berkeluarga atau tidak, saya hanya mau Bapak bertanggung jawab atas kelakuan putri Bapak!" sambung gadis itu lagi.
Danu terenyak menatap mata gadis muda ini.
"Jika Bapak tidak mau, maka saya akan menyebarkan video ini di media sosial!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon misshel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 5. Disangka Kurir Paket
Revan terus memijat kening karena pusing. Sehari setelah kabar pernikahan itu batal, banyak sekali orang bertanya kenapa bisa batal dan lain sebagainya sehingga membuat bibirnya nyaris dower saking capek membalas satu-satu telepon yang masuk. Jari-jarinya juga nyaris keriting karena membalas pesan yang menumpuk—sebagian lagi ia abaikan. Soalnya, dia tidak bisa memposting pengumuman pembatalan pernikahan secara meluas. Sebab ia tidak mau orang yang tidak dia undang tahu pernikahan itu dibatalkan dan membuat malu seluruh keluarga.
Ya Tuhan, ternyata efek membatalkan pernikahan seribet ini.
Ditambah lagi Beby tidak bisa dihubungi sejak kemarin. Nomornya aktif tapi puluhan bahkan ratusan pesan tidak pernah mendapat balasan. Panggilan telepon darinya juga diabaikan bahkan ditolak. Lebih sekedar sial daripada diblokir menurutnya. Dia bisa melihat Baby tapi tidak bisa menjangkaunya.
"Mungkin aku harus segera ke rumahnya lagi." Revan berniat segera menghabiskan kopinya lalu ke rumah Beby lagi setelah kemarin dia kesana tapi Beby tidak ada di rumah, pun dengan sesiangan ini meski sudah ia tunggu sampai sore, Beby tidak muncul juga.
"Sayang ...." Clara datang saat Revan mengait gagang cangkir untuk ia teguk isinya. Mata Revan bergerak malas menanggapi Clara yang senyumnya sangat lebar hingga ke telinga.
"Udah tau belum, Beby hari ini tetep lanjutin nikahnya loh!" Clara mengerling Revan dengan seringai kebahagiaan menguar dari paras ayunya.
Revan berdecak pelan usai menatap Clara dengan kekagetan yang mampu mengguncang hatinya. Benar-benar malas menanggapi Clara yang biasanya hanya membicarakan omong kosong. Memangnya siapa yang akan Beby nikahi? Anak itu hanya bucin padanya saja. Bahkan Beby tak punya teman pria yang bisa dikatakan dekat. Semua pria pasti insecure duluan begitu tahu siapa pacar Beby.
"Kamu cemburu?" pancing Clara
"Beby nggak mungkin semudah itu nikah sama orang lain!" sembur Revan ketus. Mukanya bersungut-sungut menatap Clara. "Jadi untuk apa aku cemburu? Beby bukan cewek gampangan—"
"Yakin?" Clara memotong ucapan Revan seraya mengambil ponsel dari tasnya. Membuka sosial media dimana Beby mengupload kegiatannya sehari-hari. "Dia upload banyak foto dan video pernikahannya tadi kok. Masa iya ini disebut susah move on?"
Clara mengulurkan ponsel ke muka Revan, membuat Revan menyipitkan mata.
"Meski diblur, tetap saja aku yakin itu bukan akal-akalan!" Clara mengompori. "Makanya aku selalu tanya ke kamu apa kamu yakin hanya kamu orang yang dia cintai? Sekarang terbukti kan, kalau dia tidak sebaik yang kamu kira?"
Revan berdecak. Tetap saja dia tidak percaya Beby seperti yang Clara katakan. Ia lebih kenal Beby dari siapapun termasuk Clara.
"Jadi, saranku sebaiknya kita juga segera menikah, biar Beby tidak sok dan besar kepala! Biar dia nggak menghina juga merendahkan kamu, Van! Apalagi kita akan segera punya anak, jadi lebih baik kita segera meresmikan hubungan kita."
Revan menaikkan mata untuk menatap Clara. Ia ragu pada dirinya sendiri yang memang sangat kecewa atas keputusan Beby. Pun dengan keputusan ayahnya yang setuju saat Beby pergi begitu saja membatalkan pernikahan.
"Yah, setelah Papi resmi dilantik nggak apa-apa, kita bisa nikah siri dulu." Clara menyarankan. "Asal aku nggak hamil diluar nikah aja."
"Yakin kamu hamil?" Revan tentu tidak mau diakali oleh Clara. Dia masih ingin mengejar Beby. Baginya Beby tetaplah yang terbaik. Kemarin hanyalah selingan sebelum ia benar-benar memiliki Beby sepenuhnya. Ia hanya memenuhi kebutuhan biologis yang katanya lebih baik disalurkan dengan cara yang benar dari pada pakai tangan.
"Sudah pasti lah, kan kita melakukan itu bukan hanya kemarin saja! Mana tanpa pengaman pula semuanya! Dan aku nggak mau anakku lahir tanpa pengakuan dari ayahnya. Nanti masa depannya suram! Lihat Beby, dia yatim piatu, orang tuanya nggak jelas, hidupnya sekarang juga nggak jelas kan? Dia hanya mengandalkan uang pacarnya saja!"
"Stop kata aku ya!" Revan kesal Beby disebut-sebut melulu.
Clara menggantung ucapannya. "Kamu kenapa sih, Van? Sensi banget kalau Beby disebut-sebut? Kamu mau balikan sama dia? Kamu masih cinta sama wanita yang udah nikah sama orang lain?"
Revan kaget atas teriakan Clara, sehingga ia berdiri untuk meredakan kemarahan Clara. "Jangan keras-keras bicaranya, banyak yang dengar itu!"
"Biar saja semua orang tahu kalau aku udah hamil anakmu! Kenapa kamu takut? Kamu pasti nggak—mmmhh!"
Mulut Clara dibekap oleh Revan hingga dia tidak sanggup melanjutkan ucapannya.
"Kita akan nikah nanti, tapi tenang dulu! Setidaknya kita harus bicara dengan ayah ibuku lebih dulu!"
Clara menepis tangan Revan dari mulutnya dan menghadiahi Revan tatapan kesal.
"Aku akan bilang sama Papi dan mengatur pernikahan kita secepatnya! Terserah kamu mau terus ngejar Beby sialan itu, aku nggak peduli, selama kamu nikah sama aku!"
"Clara—" Revan tidak bisa mencegah kepergian Clara yang dipenuhi kemarahan. Kepalanya serasa ingin pecah memikirkan semuanya. Sejujurnya dia hanya ingin kembali pada Beby lebih dari apapun.
Revan mengacak rambutnya kasar lalu segera melanjutkan niatnya untuk ke rumah Beby. Dia harus memperjelas semuanya hari ini. Kendati benar Beby telah menikah, Revan tidak akan peduli. Ia bisa rebut Beby dengan cara yang paling halus juga kasar sekalian.
...
Setibanya di rumah Beby, Revan segera mengetuk pintu rumah yang telah ia kunjungi lebih dari 3 tahun ini nyaris setiap hari. Keadaan didalam sangat gelap, hanya lampu diteras yang memang menyala setiap hari berganti gelap.
"Kemana dia?"
Revan memutar badan menghadap ke jalan pemukiman yang sedikit ramai. Tetangga Beby banyak yang sudah beraktivitas di dalam rumah ketimbang di luar selarut ini.
"Cari Beby, Mas?" tanya seseorang lelaki yang memakai baju batik, seketika membuat Revan menoleh ke arahnya.
"Iya, Beby kemana ya?" Revan balik bertanya. "Udah malam begini kok belum pulang."
"Dia pasti tinggal di hotel, Mas ... kan dia hari ini nikah, ini saya saja baru pulang dari kondangan di pestanya." Souvenir dan bingkisan tertenteng di sebelah tangan pria itu kini unjuk gigi di hadapan Revan, membuat Revan kaget bukan main.
"Dia jadi nikah—maksud saya, dia nikah sama siapa? Kan—?"
"Ya sama calon suaminya lah, Mas ... emang mau sama siapa lagi kalau bukan sama pacarnya!" Pria itu membuat muka Revan makin syok hingga berubah pucat.
"Tapi, calon suaminya kan—"
"Iya, calon suaminya kaya banget, sampai ada pengamanan yang ketat juga semua orang dilarang bawa hape demi menjaga privasi suaminya." Pria itu tampak menjelaskan sungguh-sungguh. "Saya permisi, Mas ... sebaiknya Masnya pulang aja, besok kesini lagi. Paketnya sebaiknya dibawa aja, atau titipkan di pos ronda depan biar aman! Bukan paket COD kan?"
Revan syok hingga ia tidak bisa berkata-kata lagi, membiarkan pria itu lolos dari pelampiasan kekesalannya sebab disangka kurir paket.
Di sudut jalan, Beby bersembunyi di halaman rumah tetangganya yang kosong. Ia tersenyum miring melihat Revan kebingungan merespon pria yang ia suruh memberitahu dimana dia berada sekarang.
"Kapok kamu, Van! Kamu pikir kamu doang yang bisa bikin orang sakit hati?"
sampai Danu mencerailan mila dan clara sadar diri bahwa dia hanya anak sambung yg menyianyikan kasih sayang ayah sambungnya 💪
mila mila sombongnya tdk ketulungan sm Danu
merasa dulu cantik anak pejabat