Ayuna Sekar, gadis yatim piatu yang tulus dan pekerja keras, dikhianati oleh tunangannya sendiri—pria yang selama ini ia biayai hidup dan kuliahnya. Di hari pernikahan yang seharusnya menjadi hari bahagianya, ia justru dipermalukan dan dihina hingga mengalami serangan jantung.
Namun takdir memberinya kesempatan kedua—kembali tiga hari sebelum hari itu. Kali ini, Ayuna membalikkan takdir. Ia membatalkan pernikahan dan nekat menikahi seorang satpam tampan bernama Arjuna.
Tanpa ia tahu, Arjuna adalah seorang miliarder yang menyamar. Pernikahan sederhana mereka penuh tawa, cinta, dan kejutan. Dan Ayuna akan membuktikan bahwa cinta sejati tak pernah butuh harta... tapi hati yang setia.
Ayo ikuti keseruan ceritanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5
Sore menjelang malam. Gedung megah di pusat kota dipenuhi tamu. Dekorasi elegan, bunga putih dan emas mendominasi, musik lembut mengalun di seluruh ruangan. Di pelaminan, Ayuna duduk anggun di samping Arjuna yang mengenakan jas hitam klasik dengan dasi abu-abu lembut.
Wajah Ayuna bersinar. Tidak lagi sebagai wanita patah hati. Tapi sebagai ratu di panggungnya sendiri.
Tamu-tamu mulai berdatangan, beberapa dari mereka menatap Ayuna dengan bingung—seharusnya hari ini adalah hari pernikahan Revan dan selingkuhannya. Tapi kenapa yang duduk di pelaminan malah Ayuna?
"Ini gimana sih? Bukannya tempat ini buat Revan ya?" bisik salah satu tamu.
"Iya... aku dapat undangan dari nomor yang sama. Tapi ternyata resepsi Ayuna?"
Bisik-bisik makin ramai. Hingga akhirnya pintu utama terbuka lebar.
Revan masuk dengan percaya diri, menggandeng wanita cantik penuh make-up menor, mengenakan kebaya pengantin berpayet mencolok. Mereka berdiri kaku di pintu masuk ketika melihat siapa yang duduk di pelaminan.
"W-what the hell?" desis Revan.
Para tamu memalingkan pandangan ke arah mereka, sebagian terkesiap, sebagian mulai merekam momen aneh itu.
Ayuna menatap Revan dengan senyum penuh tenang. Ia berdiri perlahan, gaunnya bergemerisik anggun, lalu menghampiri Revan dan wanita di sampingnya.
"Selamat datang, Revan. Kamu tamu undangan kan? Silakan masuk," ucap Ayuna lembut namun menusuk.
Revan mengepal tangannya. "Ayuna... kamu main apa sih? Ini tempatku. Aku yang booking!"
"Maaf Revan sepertinya kamu masih tidur, sana cuci muka dulu agar tidak mimpi terus dan tersadar, tubuh kamu saja bau dosa, mandi sana. Dan biar ku perjelas, tempat ini aku yang bayar. Atas namaku. Kamu hanya menumpang. Dan hari ini adalah pernikahan ku jadi wajar bukan jika aku menempatinya, jadi ini bukan tempat mu." ujar Ayuna santai
Wanita di samping Revan menatap Revan penuh tanda tanya. "Revan, kamu bilang kamu yang punya tempat ini..."
Ayuna menoleh padanya, senyum kecil masih terlukis di bibirnya. "Mbak, saya doakan semoga hari ini tidak menjadi momen paling memalukan dalam hidupmu."
Tawa kecil terdengar dari tamu-tamu lain.
Revan masih tidak percaya. "Kamu sengaja, ya? Kamu jebak aku?"
"Maaf ya Revan kita tidak sedekat itu, untuk apa aku menjebakmu dan lagian apa untungnya. Aku hanya membalikkan keadaan saja jadi sekarang nikmatilah senjata yang kau pasang" jelas Ayuna
Mendengar itu Revan terdiam dengan perasaan yang campur aduk, marah, malu, bingung dan ada perasaan yang mengganjal di hatinya tapi ia belum sadar apa itu
Tidak lama Arjuna berdiri dari pelaminan, lalu menghampiri Ayuna, merangkul pinggang istrinya dengan santai. Tatapannya tajam mengarah pada Revan.
"Dia tidak menjebak siapa-siapa. Dia hanya mengambil kembali apa yang memang miliknya. Dan saya di sini untuk memastikan tak ada lagi yang menyakitinya." ujar Ayuna
"Siapa kamu.... tidak usah ikut campur ?" tantang Revan.
Arjuna tersenyum tenang. "Saya suaminya dan untuk siapa saya kamu akan tau nantinya tapi tidak sekarang. Sekarang yang perlu kamu tau kamu akan menyesal karena sudah membuang permata hanya demi batu kali bekas injakan orang lain dan satu lagi, Kami tunggu itikat baik kamu untuk mengembalikan semua biaya hidup yang kamu pinjam dari istriku dengan modal menipunya, serta biaya kuliah yang kamu gunakan"
"Jika dalam satu minggu ini tidak ada pengembalian, siap siap terima akibatnya, semua yang kamu bangun akan ku hancurkan dan semua tamu yang datang menjadi saksinya" ujar Arjuna dingin
Revan mundur selangkah. Wajahnya pucat.
Ayuna menatap Revan terakhir kali, lalu berbalik kembali ke pelaminan dengan langkah penuh percaya diri. Tangan Arjuna menggenggam tangannya erat. Musik kembali dimainkan. Tamu-tamu mulai bertepuk tangan.
Dan Revan?
Ia berdiri kaku, ditertawakan diam-diam, ditatap iba sekaligus sinis oleh banyak pasang mata. Rencana mempermalukan Ayuna di hari pernikahan palsunya justru berbalik seratus delapan puluh derajat.
Hari itu, Ayuna menang.
Dengan gaun putih. Dengan cinta yang tulus. Dan dengan balas dendam yang sangat anggun.
...----------------...
Pesta berlanjut dengan meriah. Musik mengalun, tamu berdansa, dan tawa riuh mengisi ruangan. Di pelaminan, Ayuna dan Arjuna terus menerima ucapan selamat, sesekali berfoto bersama sahabat dan keluarga. Sementara di sisi lain, Revan berdiri kaku, seperti patung di tengah badai kenyataan yang menghancurkan harga dirinya.
“Revan... kita pulang aja yuk... ini memalukan,” bisik wanita di sebelahnya sambil menarik tangan Revan yang masih terdiam.
Revan mencabut tangannya kasar. “Diam kamu! Ini semua gara-gara kamu juga!” desisnya penuh emosi.
Wanita itu melotot. “Gara-gara aku? Kamu yang nipu-nipu cewekmu buat biayain hidup dan rencana nikah kita! Jangan bawa-bawa aku!”
Beberapa tamu mulai memperhatikan pertengkaran mereka. Beberapa yang tidak tahan bahkan menyembunyikan tawa. Salah satu dari mereka, Tari tim wo, mendekat sambil menyodorkan secarik kertas.
“Mas Revan,” ucap Tari sopan tapi tegas, “ini bukti transfer dan kuitansi sewa gedung atas nama Ayuna. Kami sudah koordinasi dengan manajemen lainya, jadi kalau Mas Revan tidak segera pergi, jangan salahkan kalau keamanan bertindak.”
Revan mencibir. “Kalian semua udah kerja sama ya buat jatuhin saya?”
Tari tertawa pelan. “Enggak, Mas. Mas Revan cuma kena karma. Dan mbak Ayuna… dia cuma belajar berdiri di atas luka yang Mas torehkan.”
Muka Revan makin memerah, campuran marah, malu, dan tak tahu harus bagaimana. Akhirnya ia menoleh pada wanita di sampingnya. “Pulang!”
Wanita itu tak menggubris. Ia menatap Revan tajam dan berkata dengan suara lantang, “Aku gak ikut kamu pulang. kamu bukan apa-apa lagi sekarang. kamu penipu. kamu pembohong. Dan sekarang, kami bahkan gak bisa bayarin nikahan sendiri.”
Seketika suasana hening. Revan menatap wanita itu tak percaya.
“aku udah cukup,” lanjutnya. “aku kejebak karena kamu bilang semua udah beres. Tapi ternyata kamu cuma numpang hidup dari cewek kamu yang sekarang udah jadi istri orang.” ujar wanita selingkuhan Revan yang bernama Rila
Setelah itu, Rila berbalik, meninggalkan Revan sendirian di tengah aula yang gemerlap. Musik kembali terdengar, seolah menenggelamkan segala drama yang baru saja terjadi.
---
Satu jam kemudian, pesta mulai usai. Arjuna dan Ayuna beranjak ke balkon hotel yang terhubung langsung dengan gedung resepsi. Malam tampak indah dari atas sana, dengan lampu kota berkelip bagaikan bintang.
“Aku gak nyangka semua bisa berjalan seperti ini.” ujar Ayuna
“Kamu pantas bahagia. Ini baru awal.” jawab Arjuna
Ayuna menoleh, menatap mata suaminya. “Terima kasih udah datang dalam hidupku, mas. Di saat semua orang pergi, kamu datang... dan bukan untuk menolong, tapi untuk tetap tinggal.”
Arjuna tersenyum. “Kamu bukan perempuan yang butuh ditolong, Ayuna. Kamu cuma butuh seseorang yang percaya bahwa kamu layak dicintai.”
Ayuna menghela napas lega. Beban yang selama ini menghimpit dadanya, perlahan-lahan menghilang.
“Eh, tapi...” Ayuna tiba-tiba tertawa geli. “Lucu juga ya, resepsi aku jadi ajang drama.”
“Yang penting kamu menang,” Arjuna mengangkat bahunya santai. “Dan musuhmu sekarang jadi bahan gosip sejagat grup alumni kampusnya.”
Ayuna tertawa semakin keras.
Bersambung
lanjut