NovelToon NovelToon
Alea Dan Mafia Dingin

Alea Dan Mafia Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Diam-Diam Cinta / Persaingan Mafia / Trauma masa lalu
Popularitas:8.9k
Nilai: 5
Nama Author: riniasyifa

Alea Permata Samudra, atau yang akrab di sapa Lea. Gadis cantik dengan kenangan masa lalu yang pahit, terhempas ke dunia yang kejam setelah diusir dari keluarga angkatnya. Bayang-bayang masa lalu kehilangan orang tua dan mendapatkan perlakuan buruk dari keluarga angkatnya.

Dalam keterpurukannya, ia bertemu Keenan Aditya Alendra, seorang mafia kejam, dingin dan anti wanita. Keenan, dengan pesonanya yang memikat namun berbahaya, menawarkan perlindungan.

Namun, Lea terpecah antara bertahan hidup dan rasa takut akan kegelapan yang membayangi Keenan. Bisakah ia mempercayai intuisinya, atau akankah ia terjerat dalam permainan berbahaya yang dirancang oleh sang mafia?

Bagaimana kehidupan Lea selanjutnya setelah bertemu dengan Kenan?

Langsung baca aja kak!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon riniasyifa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5 pertemuan

Satria, muncul dengan nafas ngos-ngosan dengan ekspresi terlihat khawatir, dan sedikit terkejut. Saat melihat seorang gadis sedang duduk di samping Ken.

“Ken?!” Satria berseru dengan suara serak, Ia mendekati Ken dengan hati-hati, matanya terus memandang Lea dengan tatapan yang curiga. Ia tidak mengenal gadis bersama Ken.

“Kau … kau baik-baik saja?” tanya Satria dengan khawatir, namun sedikit lega melihat Ken baik-baik saja. Kemudian tatapannya beralih ke Lea.

“Dan … siapa gadis ini?” lanjut Satria.

Lea menatap Satria dengan tatapan waspada. Ia belum mengenal pria itu, namun ia merasakan bahwa pria yang ada di hadapannya berada di pihak Ken.

Ken mengangkat bahunya tanda ia juga belum tahu siapa gadis di sampingnya itu." Tapi, dia yang menolongku,” lanjut Ken.

Satria masih memandang Lea dengan tatapan yang penuh pertanyaan. Ia tidak mengerti mengapa Ken tidak mengusir gadis muda ini, bahkan tampaknya Ken sedikit terkesan dengannya.

"Hm ...! Apa sudah berakhir." Tanya ken tiba-tiba.

"Aman, semua sudah kondusif" balas satria.

"Di mana yang lain," lanjut Ken lagi.

"Mereka, ada di dermaga. Bayu, Raka dan Bara sedang mengurus pengiriman."

Ken menatap lea yang juga sedang melihat ke arah Ken.

"Bocil, Lo diam disini dulu ya, aku ada urusan sebentar." Perintah Ken tegas.

"Hm... pergilah jangan pedulikan aku, aku bisa mengurus diriku sendiri. Dan ... berhati-hatilah, luka Om masih sangat rentan." Peringat lea.

Ken mendengus kesal mendengar Lea terus memanggilnya dengan sebutan Om.

Sedangkan Satria dengan susah payah menahan tawanya, mendengar panggilan Lea terhadap Ken.

"Om gak tu" ledek satria dalam hati, mana berani Satria meledek Ken secara langsung.

Setelah kepergian Ken dan Satria, Lea memutuskan untuk memejamkan matanya, jujur ia sangat leleh tak hanya fisik tapi juga pikirannya.

Beberapa saat kemudian. Ken kembali ke tempat Lea bersembunyi di balik kontainer besar. Satria mengikutinya dari belakang, mengamati dengan senyum tipis.

"Ken, dia sangat cantik meskipun tanpa make-up. Mami Monica pasti suka." Ujar satria dengan suara pelan. Ia tiba-tiba teringat dengan tantangan mami Monica.

Ken melirik Satria sekilas, tanpa merespon langsung. Ia fokus pada Lea yang tertidur pulas, bersandar pada kontainer, memeluk lututnya erat-erat. Tubuhnya sedikit basah, namun napasnya teratur dan nyenyak. Dengan refleks Ken membuka jaketnya lalu menutupi tubuh Lea.

Satria mendekat, mengamati Lea lebih detail. "Serius, Ken. Dia beda, berani dan...lucu." Ia memperhatikan Ken yang tampak berbeda saat memperkenalkan Lea.

"Hm ...." Matanya masih tertuju pada Lea. Ia memperhatikan bagaimana bulu mata gadis itu terpasang lentik, rambutnya yang basah melekat di dahi. Ada sesuatu yang tak biasa ia rasakan.

"Sebaiknya kita bawa dia ke apartemenku," putus Ken,

Satria melangkah maju hendak mengangkat tubuh Lea.

"Stop, jangan sentuh dia." Ujar Ken tegas.

Satria sedikit terkejut dengan penekanan Ken, ia mengangguk mengerti.

"Baiklah, Ken. Tapi kau yakin bisa menggendongnya? Lukamu..."

"Aku bisa mengatasinya." Ada penekanan yang kuat dalam ucapannya, seolah ia tak ingin gadis itu disentuh oleh orang lain selain dirinya.

Ken menggendong Lea dengan hati-hati.Tubuh Lea terasa ringan di gendongan ken. Sedangkan Satria membawa tas ransel milik lea. Mereka melangkah meninggalkan dermaga yang gelap dan sunyi, menuju mobil yang terparkir tak jauh dari sana.

Udara malam terasa dingin menusuk kulit, namun Ken seolah tak merasakannya. Fokusnya tertuju pada Lea yang tertidur nyenyak di gendongannya. Luka di pinggangnya terasa nyeri, namun rasa itu sirna tergantikan oleh perasaan yang tak ia mengerti.

Mereka sampai di mobil. Satria membukakan pintu untuk Ken. Ken dengan hati-hati menempatkan Lea di kursi penumpang, memastikan posisinya nyaman. Ia menutup pintu dengan lembut, lalu masuk ke kursi di samping kemudi, Satria langsung menghidupkan mesin setelah memastikan Ken masuk.

Sepanjang perjalanan, Lea sama sekali tak terusik. Ia tidur nyenyak, seakan tak menyadari keberadaan orang lain. Ken sesekali melirik Lea, mengamati wajahnya yang tenang.

Sesampainya di apartemen Ken, Satria membantu membuka pintu. Ken kembali menggendong Lea masuk ke dalam dengan hati-hati.

Apartemen itu luas dan mewah, Ken langsung menuju kamar Ia meletakkan Lea dengan lembut di ranjang besar yang empuk.

Ken melepaskan jaketnya, lalu menutupi tubuh Lea dengan selimut tebal. Ia mengamati Lea yang masih tertidur lelap. Rambutnya yang basah masih melekat di pipinya yang tampak pucat karena kelelahan. Ken merasa ada dorongan untuk menyentuh pipi Lea, namun ia menahan diri.

Ken keluar menuju ke kamarnya untuk membersihkan dirinya. Sedangkan Satria juga melakukan hal yang sama di kamar sebelahnya.

Ya Apartemen Ken memiliki tiga kamar, jadi satu kamar Ken, satu satria dan satu lagi di pakai Lea.

Sebenarnya mereka jarang menginap di apartemen kecuali dalam keadaan terdesak saja seperti saat ini.

Kini Ken dan satria sudah duduk santai di ruang tamu dengan pakaian santainya. Satria sibuk mengerjakan sesuatu di laptopnya. Ken sedang memainkan ponselnya.

"Ken, apa tidak sebaiknya Lo bangunin itu anak kasian, tidur dengan pakaian basah." ujar satria tiba-tiba.

"Ken langsung mengalihkan pandangannya dari ponsel menuju kamar di mana Lea sekarang."

Tanpa menunggu lama ia langsung menuju kamar lea.

Satria tersenyum tipis melihat kelakuan ken.

"Sebentar lagi gelar ice prince akan segera pensiun." Satria terkekeh pelan lalu melanjutkan pekerjaannya.

Di dalam kamar Lea, Ken masih ragu-ragu ingin membangunkan Lea. Lea terlalu pulas tidurnya, Ken merasa kasian jika harus mengusiknya, tapi jika tidak ia bisa masuk angin.

Akhirnya Ken mendekati Lea, dengan pelan mengulurkan tangannya menyentuh pipi Lea lembut.

"Hy bangun," bisik Ken pelan, namun Lea masih dalam dunia mimpinya.

Ken menghela nafasnya merasa frustasi. Ia mencoba lagi dengan suara lebih keras dan menepuk pipi Lea lebih keras sedikit dari pada sebelumnya. Dan yah, akhirnya Lea terusik dan mulai membuka matanya perlahan sambil mengucek-ngucek matanya, setelah matanya terbuka sempurna, Lea langsung memperhatikan sekitar dengan ekspresi terkejut dan bingung.

"Aku dimana? Kamar siapa ini?" Bingung Lea

Tanpa sengaja tatapannya, bertemu dengan sepasang mata tajam milik Ken, yang sedari tadi memperhatikan gerak geriknya.

"Om, Om di sini juga." Kaget Lea yang melihat Ken sedang menatapnya.

"Jangan panggil aku Om, aku bukan Om mu!" tegas Ken tak terima di panggil Om terus sama Lea.

Ken mendekat dengan ekspresi tak terbaca. Lea refleks memundurkan wajahnya sedikit, matanya membulat, karena terkejut melihat wajah Ken begitu dekat. Ia baru menyadari betapa salahnya penilaiannya tentang usia Ken.

Ekspresi wajah Lea berubah-ubah, antara terkejut dan malu. Ketampanan Ken yang sebenarnya baru terlihat jelas di jarak sedekat ini. Rambut hitamnya yang sedikit berantakan, garis rahang tegas, dan mata tajam yang biasanya terlihat dingin, kini tampak lebih lembut. Lea terkesima.

Ken juga tertegun. Di jarak sedekat ini, ia bisa melihat kecantikan alami Lea tanpa cela. Kulitnya putih bersih, bibir mungilnya yang merah alami. Kecantikan yang sangat natural, tanpa polesan make up.

Untuk sesaat, suasana menjadi canggung, namun segera tergantikan oleh sesuatu yang lain.

Tatapan Ken terpaku pada bibir mungil Lea. Bibir yang tampak begitu menggoda. Ken merasa dadanya berdebar tak karuan.

Lalu buru-buru menetralkan detak jantungnya, Ken bedehem pelan, untuk mengusir kecanggungan yang ada.

"Nama aku Keenan, kamu bisa panggil aku apa aja asal jangan panggil Om." Tegas Ken.

Lea terlihat mempertimbangkan nama panggilan apa yang cocok.

"Em ... Bagaimana kalau kak Ken aja." Tanya Lea semangat.

"Itu jauh lebih baik." Balas Ken dan sedikit tersenyum.

"Kak Ken, aku Alea, panggil aku Lea," ucapnya memperkenalkan dirinya.

"Baiklah, Lea." Balas Ken.

"Kak Ken, kita ada dimana ini? Dan ini kamar siapa?" Tanya Lea yang masih terlihat bingung sekaligus penasaran.

"Ini apartemenku, dan ini kamar kosong." Jelasnya singkat. Lea langsung mengangguk paham.

"Sebaiknya kamu ganti baju dulu, bajumu masih basah." Lanjut Ken lagi.

Lea langsung nyengir. "Maaf ya kak, gara-gara Lea, kasur kak Ken, jadi ikutan basah." Ucap Lea merasa tak enak.

"Itu tidak penting, yang penting kamu jangan sampai masuk angin, cepat ganti baju" tegas Ken.

"Sepertinya baju Lea yang di ransel juga basah deh kak." Keluh Lea. Ia yakin semua isi tasnya juga ikutan basah gara-gara kena hujan tadi.

Belum sempat Ken menjawab tiba-tiba satria muncul dengan paper bag di tangannya.

Ya, sebenarnya saat Ken memutuskan membawa Lea ke apartemen, Satria Tampa di perintah langsung menghubungi salah satu anak buahnya untuk mencari beberapa stel baju wanita.

"Ken," panggil Satria langsung melempar paper bag itu ke arah Ken berdiri. Ken dengan sigap menangkapnya.

"Thanks." Ucap Ken datar.

Satria hanya mengangguk pelan. lalu tersenyum sedikit sama lea. Setelahnya langsung berbalik badan dan pergi.

Ken langsung meletakkan paper bag itu ke atas kasur.

"Ambil ini dan pakai." Perintah Ken lalu langsung keluar dari kamar Lea.

Setelah kepergian Ken Lea langsung membuka paper bag itu, matanya langsung melotot, tak percaya, wajahnya langsung memerah, saat melihat isinya.

Bersambung....

1
Syhr Syhr
Di kamar Om/Grin/
Syhr Syhr
Ouh ouh/Hey/
Opi Sofiyanti
pst istri nya pa pengacara... siapa sih nma nya lp lg....
Rita
sopo iki?
Rita
sabar ya Lan
anggrek hitam
secantik apa sih Lea ini!
mami syila
lanjut Thor kenapa di gantung sih/CoolGuy/
Elsa
jadi greget siapa sih?
Bulan_Eonnie🌝🦋💎
Ditunggu next updatenya kak. Jangan lupa mampir diceritaku juga, ya
Bulan_Eonnie🌝🦋💎
Ini typo ya, Kak😉😉
azela
siapa ya?/Shy/
Bulan_Eonnie🌝🦋💎
itu bukan Lea, Om. Dikasih koma ya, Kak, sebelum kata Om. Terus abis dialog tag itu huruf T nya huruf kecil yaa. 😉😉Semangat kak. Ceritanya bagus banget.🔥🔥🔥
Bulan_Eonnie🌝🦋💎
Halo, kak. Buat penggunaan kata ganti nya lebih baik konsisten di salah satu dari "kau" atau "kamu", ya😉
Bulan_Eonnie🌝🦋💎
Halo, Kak. Salam kenal, yaa. Aku mampir nih. Xixi
Mengare
katak 'kan' kalau di akhir kalimat harus memakai koma. contoh: "kamu belum makan, kan?"
Mengare
kalau dialog disusul kata lanjutan tidak perlu titik, tapi gunakan koma.

contoh: "pergilah yang jauh," terang pamanku.

dan yang pakai tanda titik itu seperti ini: "aku akan menguasai dunia." Rea menghantam dewa itu dengan yakin.
Mengare
kalau ada kata keterangan setelah kata pokok gak usah dikasih tanda koma.

contoh: aku makan nasi putih setelah/saat/sebelum salto-salto kayak monyet 🐒
riniasyifa: terima kasih banyak kak, akan segera di revisi/Applaud/
total 1 replies
Mengare
kalimatnya agak membingungkan. seharusnya, "di makar itu, seorang gadis ...
riniasyifa: wah dapat ilmu lagi terima kasih kak. akan segera di revisi ulang
total 1 replies
Bu Kus
itu apa kuburan orang tua Lea ya ko jadi penasaran lanjut makasih
anggrek hitam
wah Lea, dah mulai perhatian sama ken/Applaud/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!