Sepuluh tahun menikah bukan menjadi jaminan untuk terus bersama. gimana rasanya rumah tangga yang terlihat adem-adem saja harus berakhir karena sang istri tidak kunjung mempunyai anak lantas apakah Aisy sanggup di madu hanya untuk mendapatkan keturunan?? saksikan kisahnya hanya di Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 34
Kenny mengajak Aisy, untuk segera masuk ke dalam mobilnya, sementara itu di dalam sana Zea sudah menunggu dengan seragam sekolah yang sudah rapi membalut tubuh anak itu. Di dalam mobil Kenny kontrak, Aisy duduk diam, menatap langit biru yang seperti terlalu cerah untuk hati yang masih diliputi ragu.
Di dalam genggaman tangannya, ada tas kecil berisi baju ganti dan obat-obatan ringan. Hatinya berdebar pelan bukan karena takut bertemu siapa pun, tapi karena tak tahu bagaimana harus menatap masa lalu tanpa terluka lagi.
“Ma…”
Sebuah suara kecil memecah lamunannya. Zea mendekat dari jok belakang menuju jok depan, mata bulatnya menatap penuh rasa ingin tahu.
Aisy menyambut anak itu mendudukkan tubuh kecil itu di sampingnya. Ia tersenyum lembut. “Iya, Sayang?”
Zea memeluk tubuh Aisy erat-erat. “Mama Aisy, Papa bilang mau pergi ya?”
Aisy membelai rambut anak itu perlahan. “Iya, Sayang. Mama mau ketemu orang yang dulu tapi nanti setelah jam kerja.”
Anak kecil itu mendongak, menatap wajah Aisy lekat-lekat seolah sedang membaca perasaannya. “Kalau begitu Zea doain Mama Aisy gak sedih lagi,” katanya polos.
Kata-kata sederhana itu menusuk lembut ke hati Aisy, anak sekecil Zea mampu membuatnya merasa dihargai dan dibutuhkan kehadirannya.
Ia menatap mata Zea yang jernih, seolah Tuhan sedang berbicara lewat bibir mungil itu. Sebuah doa kecil yang lahir dari kepolosan.
“Terima kasih ya, Sayang.” Aisy mengecup kening Zea penuh kasih. “Mama janji gak akan sedih lama-lama.”
Zea tersenyum, lalu melepas pelukan wanita itu. “Papa! Mama Aisy, udah siap ayo jalan!”
Kenny mulai menghidupkan mesin mobilnya tatapannya mengarah ke Aisy seolah memberi isyarat, entah kenapa tatapan daei pria itu seolah membuat hati Aisy tenang, mobil melaju membela jalanan kecil kawasan kontrakan Aisy yang damai.
Di dalam perjalanan sesekali Kenny menoleh ke arah Aisy dan bertanya kembali. "Kamu beneran sudah siap?"
Aisy menatapnya sesaat, tersenyum samar. Ada perasaan hangat yang aneh muncul di dada setiap kali pria itu menatapnya seperti itu tenang, tapi dalam.
“Gak tahu,” ucapnya pelan. “Tapi kalau kamu di sini… aku rasa aku berani.”
Kenny tersenyum tipis, tanpa banyak kata. “Berani itu bukan gak takut, tapi tetap jalan meskipun takut,” ujarnya pelan, sambil fokus ke arah depan.
Aisy terdiam sejenak, menatap wajah tampan itu sesaat, lalu ia mencoba menundukkan kembali pandangannya. Di dalam mobil sederhana itu, perjalanan Aisy nampak, berwarna, mungkin Kenny tidak sekaya dan punya kuasa seperti Reyhan namun kehadirannya membuat Aisy merasa nyaman.
Mobil berhenti sebentar di sekolah Zea, anak itu langsung turun dengan suasana hati yang berbeda tidak seperti sebelumnya, wajah yang dulunya murung kini sudah nampak ceria lagi.
"Papa ... Mama ... Zea ke sekolah dulu ya," pamit anak itu.
"Hati-hati Sayang," sahut Aisy bersamaan dengan Kenny.
Mobil mulai meraung kembali meninggalkan sekolah Zea, tinggalah Aisy dan Kenny berdua di dalam mobil itu, rasanya ingin sekali melambatkan laju mobilnya agar bisa menatap wajah wanita yang ia cintai cukup lama.
“Ken ... Tambah kecepatannya dong," pinta Aisy.
Kenny melirik sekilas, matanya hangat. “Kamu tahu gak, kenapa aku selalu melambatkan kecepatan lajuku?"
Aisy menggidikkan bahunya. "Tidak tahu."
"Itu semua aku lakukan agar bisa menatapmu lebih lama lagi Ais," ujarnya.
Aisy menatap pria itu diam-diam, dan tanpa sadar senyumnya terbit di sela rasa gugupnya, pipih yang awalnya berwana putih sekarang berubah agak kemerahan. “Kamu bisa saja ada saja ulah yang dibuat."
Kenny tertawa kecil. "Mungkin ini caraku Ais, dan aku harap kamu tidak keberatan ya setiap kali aku pandang," ujar Kenny dengan senyum tulusnya.
Aisy ikut tersenyum kali ini tulus. Angin siang masuk dari jendela, meniup hijabnya pelan. Di tengah perjalanan itu, ia menatap ke luar jendela, membiarkan pikirannya melayang pada seseorang yang dulu pernah menjadi bagian hidupnya dan kini memanggilnya lagi.
Kenny memperhatikan dari samping. Ia tak ingin mengganggu, hanya ingin ada. Kadang kehadiran tanpa kata jauh lebih berarti dari ribuan nasihat.
Beberapa menit kemudian, ia memecah keheningan. “Aisy,” panggilnya lembut. “Kalau nanti kamu gak kuat, kamu boleh minta aku berhenti. Aku akan tetap di sini, di sisi kamu.”
Aisy menoleh, dan untuk sesaat dunia seperti melambat.
Ia menatap pria itu bukan dengan mata seorang teman, tapi dengan mata seseorang yang baru sadar, bahwa mungkin… Tuhan sedang menggantikan luka dengan seseorang yang tepat.
“Terima kasih, Ken,” katanya akhirnya, suaranya bergetar tapi lembut. “Aku gak tahu aku bisa apa tanpa kamu.”
Kenny tersenyum, menatap jalan di depan. “Kamu bisa, Aisy. Kamu cuma lupa kalau kamu sekuat itu.”
Mobil mereka melaju dan berhenti di depan gedung berwarna putih itu, di sini Aisy dan Kenny berjalan bersama, mengingkari udara pagi yang masih terasa sejuk, lain halnya jika nanti setelah tugas selesai mungkin hati Aisy sedikit berbeda karena nanti menjadi awal pertemuannya kembali dengan mertuanya.
☘️☘️☘️☘️☘️
Sementara itu di dalam rumah besarnya Lusi duduk di kursi roda, tatapannya getir, seolah dunia perlahan mulai meninggalkannya, bahkan selama sakit, anak dan saudaranya tidak ada yang datang ataupun sekedar untuk menjenguk melihat keadaannya.
Di dalam kamar ini Lusi hanya bisa menatap suasana siang yang terasa hening hanya terdengar kicauan burung dan hembusan angin yang menyapu lembut wajahnya.
"Ibu ayo minum obatnya dulu," ucap Rita yang baru masuk membawa nampan yang berisi air minum dan obat-obatan.
Lusi menggeleng cepat tatapannya nanar. "Gak mau Rita, aku mau ketemu Aisy," ujarnya pelan.
"Tapi Bu, Dokter Aisy masih ada tugas, nanti selesai jam kerja beliau akan datang di tempat yang sudah kita janjijka," sahut Rita.
"Gak mau, aku gak mau minum obat jika belum bertemu Aisy," kekeh Lusi.
"Gak boleh gitu Ibu, nanti sakit Ibu lebih parah jika tidak minum obat," jelas Rita dengan tegas.
"Biarkan saja, aku sudah tidak berguna lagi, dua kali kakiku mengalami kelumpuhan, dan kau tahu Rika, semua orang terdekatku menjauh si saat kondisiku seperti ini, aku tidak berguna lagi Rita!" seru Lusi yang menyuarakan kesendiriannya.
"Maaf, Bu, lalu apa hubungannya dengan Dokter Aisy?" tanya Rika.
Seketika Lusi terdiam tidak bersuara namun air mata tiba-tiba jatuh menetes, sebagai tanda perwakilan hatinya yang saat ini tengah terluka karena sebuah penyesalan.
Mungkin Lusi terlalu lupa diri dengan apa yang terjadi, dulu di saat dirinya jatuh ada Aisy yang tulus merawat dan menyemangati, namun di saat jaya kembali mata batinnya seolah buta bahkan dirinya yang menjadi pemicu utama kehancuran Aisy.
Bersambung .....
Kasih komen ya kakak ...
mungkin kebanyakan di manja, mkne gk bisa mandiri saat di buang Reyhan.
dulu kebanyakan party pling lihat saja gaul nya smp hamil, berarti dulu gk sekolah cm party party tok, di pikir hidup ttp mewah gk tau nya di buang.
kluargane juga bobrok anak salah mlh di dukung edan kok.
kn bgitu kemarin cari jln tp jln pintas njebak laki orang.
nikmati saja karma mu. 👍👍.
Selamat arsinta menikmati karma.
karma tak Semanis kurma.
mkne jng jd pelakor, coba kl gk ketahuan Azam anak laki lain pasti gk insaf dan bhgia di atas derita aisy.
Sekarang saja tobat krn di usir Reyhan dan hidup miskin. coba kl masih punya uang dan cantik pasti nglakor lagi. 🤣🤣🤣
contoh mulan jamila, nisya sabyan. pelakor pelakor kaya mereka bikin gedek bnget dng embel embel hijrah berharap dpt maaf.
kayak arsinta ini dng embel embel insaf berharap dpt maaf. iuhh coba kl gk ketahuan Azam bukan anak Reyhan gk akn insaf tu sundal.
sedang pelakor hamil dng penderitaan 😄🤣. itulah penjahat menang di awal kalah dan tersingkir di akhir.
puas bnget tu arsinta menderita hidupnya. biar gk jd pelakor lagi, kl dah jd pemulung dan kusut kn gk laku kl nglakor lagi.
rasakan Sekarang tiada Ampun buat pelakor nggarai tuman soale.