NovelToon NovelToon
DIBUANG SUAMI, DINIKAHI CEO

DIBUANG SUAMI, DINIKAHI CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Romantis / Cinta setelah menikah / Crazy Rich/Konglomerat / Balas Dendam
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

​Amira terperangkap dalam pernikahan yang menyakitkan dengan Nakula, suami kasar yang merusak fisik dan mentalnya. Puncaknya, di pesta perusahaan, Nakula mempermalukannya dengan berselingkuh terang-terangan dengan sahabatnya, Isabel, lalu menceraikannya dalam keadaan mabuk. Hancur, Amira melarikan diri dan secara tak terduga bertemu Bastian—CEO perusahaan dan atasan Nakula yang terkena obat perangsang .
Pertemuan di tengah keputusasaan itu membawa Amira ke dalam hubungan yang mengubah hidupnya.
Sebastian mengatakan kalau ia mandul dan tidak bisa membuat Amira hamil.
Tetapi tiga bulan kemudian, ia mendapati dirinya hamil anak Bastian, sebuah takdir baru yang jauh dari penderitaannya yang lalu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Keesokan paginya, cahaya lembut matahari menyelinap melalui tirai ruang VVIP.

Amira membuka matanya perlahan, pandangannya masih kabur dan kepala terasa berat.

Matanya menangkap sosok Sebastian yang duduk di sisi ranjang, menatapnya dengan penuh perhatian.

“B-bas…” suara Amira terdengar serak, napasnya tercekat, tubuhnya menegang.

Sebastian segera meraih tubuh istrinya, memeluknya erat.

“Shh.. tenang, Mira. Aku di sini. Aku tidak akan meninggalkanmu,” ucapnya lembut sambil mengayun pelan tubuhnya, menenangkan.

Amira menempelkan wajahnya ke dada Sebastian, air matanya mulai mengalir.

Suara sesengukannya terdengar jelas, penuh rasa takut dan kelegaan.

“Shh… semuanya sudah aman sekarang. Kamu tidak apa-apa, sayang. Tidak ada yang bisa menyakitimu lagi,” bisik Sebastian sambil membelai rambut Amira, menepuk punggungnya dengan lembut.

Amira menangis tersedu-sedu, tubuhnya gemetar di pelukan suaminya.

Semua ketegangan dan ketakutan yang menumpuk sejak kejadian malam sebelumnya akhirnya pecah.

Sebastian menahan napasnya sebentar, kemudian mengusap air mata istrinya dengan lembut.

“Aku tahu ini berat, Mira. Tapi aku selalu di sisimu. Kamu tidak sendiri.”

Amira menundukkan kepala, menumpahkan semua rasa takut dan trauma yang ia pendam, sementara Sebastian tetap memeluknya dengan penuh kasih, menenangkan setiap ketakutan yang tersisa.

Setelah beberapa menit, Amira perlahan mulai menenangkan diri.

Sesekali ia menatap wajah Sebastian, melihat ketulusan, kekuatan, dan keteguhan yang selalu memberinya rasa aman.

“Sekarang, tarik napas dalam-dalam kita hadapi hari ini bersama, oke? Aku di sini, selalu di sini untukmu.”

Beberapa jam setelah Amira mulai tenang di ruang VVIP rumah sakit.

Sebastian memanggil Diko dengan ekspresi serius namun tegas.

“Diko, aku ingin semua langkah diambil sekarang juga. Tarik semua saham yang kita miliki di perusahaan Alexander. Jangan ada yang tersisa,” ucap Sebastian, matanya menatap lurus ke arah Diko.

Diko segera menunduk dan membuka laptopnya.

“Baik, Tuan. Aku akan mulai koordinasi dengan bagian legal dan broker saham. Ini akan memastikan kontrol penuh kita terhadap perusahaan Alexander. Tapi Tuan, langkah ini akan membuatnya sangat terpukul, bahkan mungkin panik.”

Sebastian mengangguk pelan, matanya tetap tajam.

“Aku tidak peduli. Alexander sudah melewati batas. Tidak ada yang berani menyakiti Amira atau keluargaku, dan aku tidak akan membiarkan siapa pun bermain-main dengan perusahaan atau keluargaku.”

Diko mengetik dengan cepat, menghubungi tim legal, broker, dan pihak-pihak terkait untuk memproses pembelian kembali saham secara diam-diam.

Semua transaksi diarahkan agar tidak menimbulkan kecurigaan publik hingga eksekusi penuh selesai.

Sebastian menatap layar monitor sebentar, kemudian menoleh ke arah Amira yang mulai duduk di kursi roda yang disiapkan.

“Mira, jangan khawatir soal Alexander. Segala sesuatunya akan aku atur. Tidak ada yang bisa menyakitimu lagi.”

Amira tersenyum lemah, namun matanya masih menyiratkan ketegangan.

“Bas, aku percayakan semuanya padamu. Aku tahu kamu selalu melindungiku.”

Sebastian menggenggam tangan istrinya dengan erat.

“Dan aku akan pastikan Alexander menyesal telah berani menyentuhmu atau mencoba mengganggumu.”

Tak lama, Diko kembali menatap Sebastian dengan serius.

“Tuan, semua langkah sudah berjalan. Saya sudah perkirakan dalam beberapa jam saham kita sudah sepenuhnya kembali, dan kontrol perusahaan Alexander akan berada di tangan kita.”

Sebastian tersenyum tipis, penuh kepuasan.

“Bagus. Pastikan semua aman, Diko. Setelah itu, aku ingin laporan lengkap tentang aset, hutang, dan kemungkinan langkah hukum terhadap Alexander. Aku ingin dia benar-benar merasakan akibat perbuatannya.”

Amira menatap suaminya, kagum sekaligus lega.

Ia tahu Sebastian bukan hanya suami yang melindunginya, tapi juga seorang pria yang tidak akan tinggal diam ketika ada yang berani menyakiti orang-orang yang dicintainya.

Sebastian menarik napas panjang, lalu menatap Amira.

“Sekarang, kamu hanya fokus untuk pulih. Segalanya akan aku tangani. Aku janji.”

Tak lama setelah eksekusi saham dan langkah hukum Sebastian mulai berjalan, Alexander duduk di kantornya, menatap layar komputer dengan wajah pucat.

Laporan terbaru menunjukkan bahwa hampir seluruh saham perusahaannya kini berada di tangan Sebastian.

Matanya membelalak, jantungnya berdebar.

“Tidak mungkin, bagaimana dia bisa begitu cepat?” gumam Alexander, suaranya nyaris tidak terdengar.

Segera ia berdiri, meraih jasnya, dan bergegas keluar kantor.

Ia tahu ia harus menemui Sebastian dan entah bagaimana caranya ia akan memohon maaf sebelum semuanya terlambat.

Sementara itu, di rumah sakit, suasana ruang VVIP mulai terasa tenang.

Amira sedang duduk, mencoba menenangkan diri setelah peristiwa traumatis kemarin.

Sebastian masih memeriksa laporan dari Diko, sesekali menatap istrinya dengan penuh perhatian.

Tiba-tiba, terdengar suara gaduh di lorong rumah sakit, terdengar langkah cepat dan suara Alexander yang memanggil-manggil.

“Sebastian! Tunggu. Sebastian Vettel!” teriak Alexander panik, suaranya terdengar nyaring di koridor.

Sebastian segera menoleh, matanya yang semula fokus kini membara dengan amarah yang tersembunyi di balik ketenangan.

“Ada apa?” ucap Sebastian dengan suara dingin namun penuh kewibawaan, sambil bangkit dari kursi.

Alexander mendekat, wajahnya penuh kepanikan, mencoba menundukkan kepala sambil menahan rasa takut.

“Aku datang untuk minta maaf. Aku salah, Sebastian. Aku tidak seharusnya—”

Sebastian tidak memberi kesempatan padanya untuk melanjutkan.

Tatapannya menembus, seperti pisau yang bisa menembus segala kesalahan.

“Itulah akibatnya kalau kamu bermain-main dengan Sebastian Vettel. Dan apalagi kalau kamu berani menyakiti orang-orang yang aku cintai.”

Alexander menelan ludah, tubuhnya gemetar, sadar bahwa semua kekuatan dan rencana yang ia miliki kini terkalahkan.

Sebastian melangkah mendekat, matanya tetap menatap Alexander tanpa ampun.

“Kamu pikir kau bisa menantang aku, mengambil risiko pada keluargaku, dan lolos begitu saja? Tidak, Alexander. Tidak pernah.”

Alexander hanya bisa menunduk, tak mampu berkata apa-apa.

Sekalipun ia mencoba, rasa takut dan rasa bersalah menutupi semua kata-kata.

Sebastian menatap Amira sebentar untuk memastikan istrinya aman, kemudian menoleh kembali ke Alexander.

“Ingat baik-baik ini pelajaranmu. Jangan pernah, sekalipun, mencoba menyakiti siapa pun yang aku sayangi.”

Alexander hanya bisa mengangguk pelan, wajahnya pucat pasi, tubuhnya terasa lemah oleh kepanikan dan penyesalan.

“Sekarang pergi. Dan jangan pernah muncul di hadapanku lagi tanpa alasan yang jelas. Kalau tidak aku pastikan konsekuensinya jauh lebih buruk.”

Alexander tersentak, tahu bahwa kata-kata itu bukan ancaman kosong.

Ia mundur perlahan, menundukkan kepala, lalu melangkah keluar dari rumah sakit, meninggalkan rasa takut dan kekalahan yang menusuk setiap tulangnya.

Sebastian kembali menoleh ke Amira, matanya lembut namun penuh kewibawaan.

“Semua sudah beres, Sayang. Tidak ada lagi yang bisa mengganggumu. Aku pastikan begitu.”

Amira menggenggam tangan Sebastian, menundukkan kepala sambil menumpahkan senyum lega.

“Terima kasih, Bas. Aku aman sekarang, berkatmu.”

Sebastian menarik napas panjang, menatapnya penuh kasih sayang.

“Aku akan selalu di sisimu, Mira. Tidak ada yang berani menyentuhmu lagi.”

1
Ma Em
Semoga Amira dan Sebastian langgeng pernikahannya .
AlikaSyahrani
lanjottt
AlikaSyahrani
drmoga wajahmu lebi cantik dari sebelumnya
AlikaSyahrani
semoga operasi waja amira berhasil🤲🤲🤲👍👍👍
AlikaSyahrani
semoga cepat sembu amira dan diberikan momongan ygluculucu😀😀😀
AlikaSyahrani
jangan lupa thor dobel bab
my name is pho: sudah kak
selamat membaca
total 1 replies
AlikaSyahrani
semoga pernikaan yang kedua ini kamu bahagia almira sampai ke jannah🤲🤲🤲🤲🤲
AlikaSyahrani
jangan lama lama thor
my name is pho: iya kak, terima kasih
total 1 replies
AlikaSyahrani
benar kata mama bastian dia mau gendong cucu
AlikaSyahrani
jangan lebay kamu bastian
AlikaSyahrani
semoga amira gak sampek hamil ya
karna bastian mandul
AlikaSyahrani
kalau bisa kamu kabur aja dari rumah suamimu
AlikaSyahrani
amira kàmu harus kuat dan sabar
AlikaSyahrani
kasian sakali aminya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!