"Ya Tuhan...apa yang sudah aku lakukan? Kalau mamih dan papih tahu bagaimana?" Ucap Ariana cemas.
Ariana Dewantara terbangun dari tidurnya setelah melakukan one night stand bersama pria asing dalam keadaan mabuk.
Dia pergi dari sana dan meninggalkan pria itu. Apakah Ariana akan bertemu lagi dengannya dalam kondisi yang berbeda?
"Ariana, aku yakin kamu mengandung anakku." Ucap Deril Sucipto.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desty Cynthia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebahagiaan Bumil
"Mamih... Anna kangen! Mamah, Anna juga kangen banget." Anna memeluk ibu mertuanya dan juga mamihnya.
Kedua wanita yang sudah lanjut usia ini pun bahagia melihat Anna yang semakin berisi dan semakin cantik. Deril berhasil merawat istrinya dengan baik.
Tangan Deril mengusap-ngusap punggung istrinya dengan tersenyum hangat. Ia membawa dulu semua belanjaan istrinya ke dalam di bantu bibi.
"Boss, saya aja." Ucap Bima yang baru datang.
"Oke, tolong di susun yang rapih yah." Ucap Deril pada Bima dan bibi.
"Siap den." Jawab bibi.
Beginilah Deril, ingin semuanya terencana dan tersusun rapih. Bahkan mungkin di rumah ini tidak ada debu sedikit pun. Tapi Anna tidak masalah, ia juga memiliki sifat yang sama dengan suaminya ini.
Di dalam ruang keluarga, papih Alarich mengobrol dengan Deril membahas apa yang terjadi di rumah sakit. Jelas saja ia tahu, secara rumah sakit itu milik keluarganya.
"Iya pih, tuh cewek ngejar-ngejar Deril." Gerutu Anna.
"Tapi kan Deril cintanya sama kamu Anna." Ucap papih Alarich menenangkan anak bungsunya ini.
"Semoga Deril bisa setia kayak papih." Lirih Anna dengan wajah sendunya.
Deril menarik istrinya duduk di sebelahnya dan mengecup keningnya di depan mamahnya juga mertuanya. Ia akan selalu menjaga pernikahan ini sampai akhir hayat.
Orang tua Anna tersenyum teduh melihat kemesraan Anna dan Deril, begitu juga mamah Mona. "Jadi enggak sabar nimang cucu." Celetuk ibu mertuanya Anna.
"Sabar ya mah, lima bulan lagi kan mas?" Tanya Anna pada suaminya.
"Iya sayang."
Mereka makan siang bersama, sesekali candaan keluar dari bibir Anna dan Deril. Orang tua mereka bahagia, melihat anak dan menantunya akur dan harmonis.
Selesai dengan makan siangnya, pasangan ini pamit istirahat duluan ke kamarnya. Sedangkan para orang tua mereka masih betah mengobrol di ruang tengah.
Di dalam kamar, keduanya mandi bersama. Anna menyandarkan tubuhnya ke dada suaminya. Tangan Deril memijat dua gundukkan putih yang semakin berisi.
"Aahh mas aku capek... Besok yah aaah."
"Capek kok mendesah sayang? Gemes banget bumil ini." Deril semakin melancarkan aksinya di dalam bathub hingga pertempuran panas itu terjadi.
Selesai dengan ritualnya, Deril kembali merawat istrinya. Bahkan ia juga tengah mengeringkan rambut sang istri. "Tuh kan mamah masih cemberut. Senyum donk sayang." Ucap Deril dengan nada lembut.
"Habis papah nyebelin, kan aku udah ngantuk." Jawab Anna lesu dengan memanyunkan bibirnya.
"Jangan gitu mah, aku lagi nahan nih. Tuh bibirnya bisa biasa aja enggak?" Celetuk Deril sambil menunjuk bibir istrinya yang menggemaskan.
Cubitan kecil mendarat di perut suaminya. Anna semakin meringsek ke pelukan suaminya. "Aduh mas... Ini adeknya gerak yah?" Ucap Anna tiba-tiba ia merasakan perutnya bergerak dan mengelusnya.
Tangan Deril mengusap-ngusap perut istrinya dan mengajak bicara anak yang ada di dalam kandungan sang istri. "Anak kita pintar sayang. Gerakannya aktif, Alhamdulillah. Adek, ini papah sayang." Kata Deril dengan lembut.
Ada rasa haru yang begitu dalam, saat Anna merasakan anaknya aktif di dalam perutnya. Ia tersenyum hangat, ternyata hamil tidak seseram yang dibayangkan.
Deril mencium kening istrinya lama sekali, Anna menutup kedua matanya merasakan ketulusan suaminya. "Terima kasih ya sayang, kamu istri yang kuat dan hebat. Sudah mempertahankan anak kita."
"Iya mas sayang." Jawab Anna lembut.
Kedua insan yang terpaut jauh umurnya ini saling bercanda tawa di atas tempat tidur. Anna benar benar menemukan cinta sejatinya. Begitu pun dengan dokter kandungan idaman para ibu-ibu hamil ini yang semakin mencintai Anna dengan setulus hati.
Deril sudah merencanakan masa depan istri dan anak anaknya kelak. Bahkan ia akan mengikuti jejak mertuanya kelak akan membuat rumah sakit untuk warisan anak dan istrinya. "Terima kasih ya sayang." Ucap Anna dengan mata yang berbinar.
"Semuanya buat kamu."
"Mas, aku mau shopping boleh?" Tanya Anna.
"Boleh yuk mau sekarang? Nanti aku cari jadwal kosong lagi ya sayang biar kita bisa babymoon lagi. Maaf ya sayang aku sedikit sibuk." Kata Deril pelan.
"Iya mas enggak apa-apa. Sebenarnya aku bisa aja minta temenin mamih atau kakak tapi aku maunya sama kamu." Rengek Anna.
Senyum simpul di wajah Deril begitu manis mengalahkan gula, ia mendekap erat istrinya. Keduanya kini bersiap untuk pergi, Deril akan menghabiskan waktunya untuk sang istrinya.
"Pokoknya aku mau makan enak, mau nonton, shopping. Eum... Apalagi ya mas?"
"Boleh sayang." Deril memilihkan baju rajut selutut berwarna cream untuk istrinya. Anna menyemprot parfum dan merias dirinya dengan cantik.
Tangan Deril memeluk istrinya dari belakang dan mengecup pipinya yang sedikit chubby. "Jangan cantik-cantik donk bumil. Nanti banyak yang naksir gimana?"
"Biarin kan itu hak orang lain, memangnya aku bisa larang apa?" Jawab Anna bodo amat.
"Yaa paling aku bedah di tempat orangnya!" Celetuk Deril di telinga istrinya yang membuat bulu kuduk Anna merinding.
"Ihh kamu yah serem banget."
Setelah keduanya bersiap dengan segala dramanya, kini mereka akan pergi dan berpamitan pada orang tuanya. Tangan Deril menanutkan jemari istrinya dan mengecupnya.
-
-
-
Di dalam mobil Deril selalu menyiapkan selimut untuk istrinya. Sejak kehamilan istrinya ia membuang semua parfume mobilnya yang membuat sang istri mual. Namun ia tetap menyiapkan kebutuhan Anna.
Deril membuka sedikit kaca mobilnya mungkin sekitar tiga jari agar istrinya tidak kepanasan. "Mau pakai AC sayang?" Tanya Deril.
"Enggak mas, gini aja segar. Aku mual kalau AC mobil, tapi kalau AC di rumah kok enggak mual yah mas? Aneh kan?" Celetuk Anna keheranan.
"Bawaan hamil sayang yaa memang begitu. Nanti kalau udah melahirkan normal lagi."
"Iya mas mungkin."
Anna menyandarkan kepalanya di lengan suaminya. Deril menyuruhnya tidur jika nanti sudah sampai ia bangunkan. Namun Anna enggan. Ia lebih memilih menemani suaminya mengobrol saja di dalam mobil.
Hingga mobil mereka sampai di lobby mall. Pasangan ini turun dan masuk ke dalam ke mall yang megah khusus untuk para sosialita ini.
"Mas kata mamih kalau beli baju hamil boleh, tapi kalau beli perlengkapan bayi harus nunggu tujuh bulan." Ucap Anna.
"Iya sayang kita beli kebutuhan kamu dulu, nanti buat adek bayi, bareng aja sama mamih. Pasti mamih tahu apa aja perlengkapan anak kita."
Anna mengangguk pelan menuruti suaminya. Ia menghabiskan waktunya di dalam toko dengan membeli banyak sekali pakaian hamil. Deril sama sekali tidak mengeluh justru ia sendiri exited menemani istrinya.
Namun baju-baju yang Anna beli langsung di kirimkan ke rumahnya. Ia tidak ingin suaminya keberatan membawa belanjaannya yang sangat banyak ini.
"Padahal aku kuat loh, apalagi di ranjang hihihi." Celetuk Deril di telinga istrinya sambil berbisik.
"Tuh kan mulai deh, otaknya ranjang mulu." Anna berjalan melewati suaminya menuju toko tas branded.
Deril dengan cepat menggenggam tangan istrinya dan berjalan berdampingan. Anna masih betah berbelanja di dalam sana. Sebagai suami ia senang bisa membahagiakan istrinya ini.
"ANNA."
Sontak yang di panggil pun menoleh begitu juga Deril. Keduanya cukup terkejut dengan orang yang memanggil Anna ini.