Kinara Kinanti seorang perantau yang bekerja sebagai tim redaksi di sebuah kantor Berita di Kota Jayra. Ia lahir dari keluarga menengah yang hidup sederhana. Di jayra, ia tinggal disebuah rumah sewa dengan sahabatnya sejak kuliah yang juga bekerja sebagai seorang model pendatang baru, Sheila Andini. Kinara sosok yang tangguh karena menjadi tulang punggung keluarga semenjak ayahnya sakit. Ia harus membiayai pendidikan adik bungsunya Jery yang masih duduk dibangku SMA. Saat bekerja di kantor ia sering mewawancarai tokoh pengusaha muda karena ia harus mengisi segmen Bincang Bisnis di kolom berita onlinenya. saat itulah ia bertemu dengan Aldo Nugraha, seorang Pengusaha yang juga ketua komunitas pengusaha muda di kota Jayra.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahaya Tulip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menembak Pacar Bohongan
Aldo keluar mengambil orderan makan siangnya dari kurir. Ia terpaksa makan seadanya karena tak ada Kinara yang biasanya menyiapkan makanan sehat. Suara notif masuk ke handphonenya.
Dulu saat tinggal diapartemen, ia meminta tetangganya yang seusia mamanya untuk menyiapkan catering menu rumahan untuknya. Tapi berhubung dia pindah akhirnya tidak bisa dilanjutkan. Ia beruntung, tinggal serumah dengan Kinara. Kinara sering masak sendiri untuk berhemat. Kesepakatan mereka untuk saling berbagi peran soal dapur membuat mereka akhirnya saling bergantung.
60 menit kemudian Aldo sudah selesai menjawab bahan wawancara dari Kinara dan mengirimkan kembali melalui email.
Kinara juga tidak memperbesarnya malah menggoda balik Aldo dengan makan dan minum dari tempat yang sama. Ia merasa kejadian-kejadian lucu dan mendebarkan yang ia alami semenjak tinggal bersama Kinara membuat hidupnya tak dingin dan kaku lagi. Selama tinggal sendiri di apartemen, membuat hidupnya tak berwarna dan membosankan. Hiburannya hanya olahraga atau berkumpul bersama saat ada pertemuan komunitas. Sekarang tak hadir di pertemuan komunitas tak membuatnya merasa kehilangan karena selalu ada Kinara menemaninya dirumah.
Suara dering handphone membuyarkan lamunan Aldo. Ia menatap layar handphone, 'mama?' tanyanya dalam hati. "Halo Ma" sapanya. "Halo sayang ,gimana kabarmu? tanya Hilda. "Aku baik-baik saja ma, aku sakit beberapa hari kemarin, maaf tidak menghubungi Mama," ujarnya. "Ha?! Kamu sakit apa? Siapa yang merawatmu?" tanya Hilda panik. " Tenang ma, teman serumahku yang merawatku. Aku terkena gejala types, tapi syukurnya tak perlu dirawat dirumah sakit," jelasnya. " Ah syukurlah, kenapa tidak mengabari tantemu? Ia bisa berkunjung melihatmu," saran Hilda. "Tak perlu ma, tante pasti kerepotan. Aku sudah merasa lebih baik sekarang." Mamanya menghela nafas, "Kirimkan alamat rumah sewanya ya, nanti mama kabari Tante untuk menengok mu," minta mamanya memaksa. "Baiklah nanti aku kirimkan," jawabnya.
Setelah mengobrol cukup lama, Hilda akhirnya menutup telponnya. Aldo bernafas lega, akhirnya ia bisa menjawab pertanyaan mamanya soal pacar. Untung saja dia sempat menyampaikan niatnya pada kinara kemarin, seolah-olah mamanya punya telepati yang bisa mengetahui kondisi Aldo dan menelponnya hari ini. Aldo melanjutkan menghabiskan makan siangnya, hari ini perasaannya sedang senang jadi apapun dia makan dengan lahap.
"Tilulit ..cekrek," suara pintu terbuka. Kinara masuk dan menyusun sepatu dilemari. Ia melihat Aldo yang sedang duduk malas di sofa. "Badanmu demam lagi?" tanyanya khawatir. Aldo menggeleng, "Cuma masih lemes." Kinara berbalik masuk ke kamarnya. "Heh, kalau sakit gayanya sudah seperti anak kecil," gumam Kinara. Ia berganti baju dan membersihkan wajah. Lalu menggelung rambutnya seperti biasa, ia bersiap ke dapur menyiapkan makan malam. Ia membuka kulkas dan mengeluarkan stock sayur dan lauk. Ia melihat kulit pangsit yang dibeli Aldo. Lalu menyiapkan isian untuk membuat sup pangsit. Aldo yang tadi bersandar lemas disofa sambil menonton tv mendadak merubah posisi duduknya. " Kamu bikin sup pangsit?" Kinara mengangguk, melihat ekspresi Aldo yang bersemangat. Senyum mengembang di bibir Aldo, Kinara seolah tahu apa yang ingin dia makan.
Tak lama Kinara menghampiri Aldo ke ruang tengah dengan semangkok sup pangsit ditangannya. "Makanlah perlahan, masih panas." Ia ke kamar Aldo untuk mengambil obatnya. Kinara meletakkan segelas air dan obat diatas meja. "Terima kasih ya." Aldo menyeruput kuah sup perlahan. Rindunya pada sup pangsit mamanya terbayar. Rasanya mirip sekali. Kinara ikut duduk di sofa membawa sup pangsit untuknya sendiri. "Kira-kira besok kamu sudah bisa keluar belum?" Aldo terdiam nampak berpikir. "Mungkin disekitar perumahan masih bisa. Aku belum kuat bawa kendaraan." Kinara menatapnya heran. "Kamu kan bisa memesan taksi." Aldo tersipu. "Aku ga bisa setor hasil wawancaranya kalau belum lapor jadwal wawancara denganmu terlalu mencurigakan." Aldo mengangguk, "Kalau gitu di kafe dekat sini aja gimana?" Kinara setuju.
"Kamu yakin tadi pagi tidak sengaja masuk?" Kinara menatap kesal pada Aldo, "Kenapa tiba -tiba kamu membahasnya?" Aldo tersenyum mengejek, "Aku masih belum terima alasan mu soal kran rusak itu. Memangnya pernah rusak?" Kinara mengangguk, "Kamu tahu kan ini rumah tua, aku sudah pernah memanggil tukang untuk memperbaikinya. Ku pikir kran itu tiba -tiba rusak lagi. Yang aneh itu kamu, memangnya selama ini kamu mandi ga pernah kunci pintu?" Aldo terkekeh. "Aku cuma lupa, jadi kamu sudah melihat tubuhku?" Kinara menghela nafas "Bisakah tidak membahasnya?kamu pikir aku sengaja." Aldo tertawa terbahak. Kinara melempar bantal sofa ke arah Aldo. Baru kali ini dia melihat Aldo sampai tertawa seperti itu.
"Oh ya mamaku telpon tadi dan menanyakan soal yang ku bilang waktu itu. Kamu tahu apa reaksinya? Dia sangat senang mendengar nya." Kinara menggeleng heran. "Kamu itu ga berbakti sudah membuat mamamu sangat khawatir. Sudah waktunya kamu membuka hati buat orang lain, siapa tahu kamu bisa sembuh dari luka itu setelah ada orang lain yang mengisinya." Aldo tersenyum. Ingin sekali dia meminta Kinara yang menjadi orang itu, tapi bibirnya terasa kelu. Ia menarik nafas dalam mencoba mengendalikan hatinya "Bagaimana kalau kamu yang mengisinya?" Kinara merasa Aldo tidak benar-benar menyampaikan maksudnya seperti waktu itu. "Maksudmu? Bukannya kamu sudah minta aku membantu untuk menjadi pacar bohongan? Yang aku maksud tadi yang bakal kamu nikahi nantinya." Aldo tersenyum, "Iya yang aku maksud juga begitu." Kinara terpaku.
" Tingtong," suara bel terdengar dari luar pagar. Kinara keluar membuka pintu, "Iya siapa?" seorang wanita paruh baya terlihat bingung melihat Kinara. "Apa Aldo tinggal disini?" Kinara mengangguk, "Oh iya benar, tantenya Aldo?" perempuan itu mengangguk. Kinara lalu membukakan pagar untuknya. "Silahkan masuk Tante." Seorang perempuan muda juga ikut masuk mengikutinya. Kinara hanya mengangguk menyapanya. "Aldo," panggil Widi. "Eh Tante? Kok ga kasih kabar mau ke sini?" Widi menghampiri Aldo dan memeluknya. "Gimana kondisimu sekarang?" sambil mengelus pundaknya lembut. "Sudah lebih baik Tante. Mama yang kabari Tante ya?" Tantenya mengangguk, "Kenapa ga kabari Tante? Kamu kecapean ya sampe kena gejala types begitu." Aldo hanya tersenyum malu. "Aldo ini ada buah biar cepat pulih, " Perempuan muda itu menyodorkan parcel buah diatas meja. "Oh iya terima kasih, " jawabnya. "Oh iya, kenalin ini Mita yang mau Tante kenalin ke kamu, mamamu sudah sempat cerita kan?" Aldo diam nampak berpikir, 'Rasanya aku belum pernah mendengarnya mungkin yang waktu itu aku tolak langsung, ' benak Aldo. "Oh iya Tante, Aldo lupa cerita ke Tante sebenarnya Aldo sudah punya pacar. Aldo belum ada waktu, agak padat akhir -akhir ini." Aldo nampak salah tingkah. " Oh kamu sudah punya pacar?" Tante dan Mita terkejut mereka saling menatap. Aldo mengangguk.
Kinara datang membawa 2 cangkir teh dan kudapan untuk mereka. "Silahkan Tante," ujar Kinara meletakkan cangkir itu dihadapan Widi dan Mita. Kinara lalu membawa mangkok kosong diatas meja. "Oh ya, ini Kinara teman serumah Aldo Tante. Dia yang rawat Aldo waktu sakit kemarin." Kinara menyalami Tante dan Mita. Ekspresi Mita sedikit berubah, setelah menyalami Kinara. "Maaf saya tinggal ke kamar Tante, silahkan dilanjut ngobrolnya," pamit Kinara. Aldo terkejut, dia justru mau menjelaskan kalau Kinara itu pacarnya kinara malah kabur ke kamar. "Eh sayang duduk dulu aku belum selesai kenalin kamu" Widi dan Mita nampak terkejut. Aldo memanggil Kinara dengan panggilan sayang. Kinara juga sempat bingung, dia baru ingat kalau diminta jadi pacar bohongannya Aldo.
Dengan sedikit canggung ia duduk di samping Aldo. "Sebenernya Kinara ini pacar Aldo Tante." Widi makin terkejut. "Oh begitu, kalian sudah kenal lama?" tanyanya "Sebenarnya baru dua bulan ini Tante ketemu dikerjaan. Kami baru jadian sebulan. "Cepat sekali," gumam Mita lirih. Tante Aldo lebih heran lagi, karena wanita yang dipilihnya lebih cantik dari Kinara tapi semua ditolak. 'Kenapa justru Aldo memilih yang biasa saja?' benaknya. Kinara hanya bisa terdiam, ia melihat ekspresi Mita yang nampak kikuk dan kecewa. Kinara jadi merasa bersalah. "Mama mu apa sudah tahu?" Aldo mengangguk, "Aldo baru cerita tadi Tante pas mama telpon."
Aldo menggenggam tangan Kinara menunjukkan kemesraannya pada Tantenya supaya percaya. Kinara ingin melepas tapi Aldo menahannya. Sepanjang obrolan Kinara hanya menjawab seadanya, ia lebih banyak diam. Begitu juga mita, 'Andai aku tahu lebih awal aku tidak perlu malu seperti ini,' rutuknya dalam hati. " Ya sudah, kalau begitu Tante dan Mita pulang dulu ya, sudah malam." Widi memeluk Aldo. "Jaga kesehatan ya," pesan nya. Aldo mengangguk, "Terima kasih Tante, maaf sudah merepotkan Tante mampir ke sini." Widi hanya mengangguk dan tersenyum lesu. Mita tak kalah lesunya, "Aku pamit ya , semoga cepat sembuh," Mita menyalami Aldo. "Terima kasih sudah datang."
Widi dan Mita menyalami Kinara. Tak ada senyuman ramah dari wajah Mita saat bersalaman dengan Kinara. Mereka mengantarnya sampai ke pagar. Mobil yang dikendarai Widi melaju meninggalkan rumah mereka. "Sayangnya kamu menolak orang secantik itu." Kinara Menggeleng heran sambil berlalu meninggalkan Aldo masuk ke dalam rumah.