Kata orang pernikahan cukup sekali dalam seumur hidup, tapi tidak dengan pernikahanku. Aku harus menelan kepahitan hidup saat mengetahui suami yang sangat aku cintai menghianati ku dan lebih memilih istri sirihnya.
Madu ku terlalu licik dan pintar dalam membalikan fakta, suatu malam dia memfitnah ku berakting seolah aku ingin menyakiti dia dan bayi yang dikandungnya malam itu juga tanpa ku sangka tanpa ku duga suamiku dengan tanpa perasan menjatuhkan talak 3 dan mengusirku dengan tragis.
Beberapa bulan setelah itu aku menikah lagi dengan seorang lelaki tampan dan mapan bahkan jauh segala-galanya nya dari mantan suamiku.
Suamiku yang kedua begitu dingin, egois dan arogan. Apapun yang dia inginkan harus sesuai, untuk awalan aku tidak mengerti seperti apa perasaanya padaku karna kami menikah bukan karna cinta melainkan demi kesembuhan Tante Lyra, Ibu dari suamiku yang kedua. Perjalanan cinta yang begitu panjang membuahkan hasil. Aku dan suami kedua ku bisa menemukan kebahagiaan yang utuh.
Author Akak Mei
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mei_Mei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pemeriksaan Di Rumah Sakit.
Tak ada yang bisa dilakukan Lee selain diam, Ken memandang tajam dan menghempaskan tubuh Lee hingga mundur beberapa langkah. Tak berselang, suara tongkat yang terdengar mendekat.
Ceklek... pintu terbuka, Kei masuk dan melihat dua orang itu disamping sofa. Saling memandang tetapi tidak berbicara.
"Keluarlah Lee!" perintah Ken.
"Baik tuan muda, permisi." Lee membungkuk didepan Ken, dan berlalu.
"Dari mana saja kau!!" bertanya dengan nada dingin.
"Ak, aku mampir ke Taman sebentar." melihat Ken seperti itu membuat Kei sedikit merinding dan takut.
"Mmmfffhhh..." Ken mendekat langsung menyerang Kei.
"Tuan lepaskan." Kei mendorong. Ken tersenyum masam. Hari ini moodnya benar-benar buruk.
"Kenapa?"
"Ke,kenapa apanya?" Kei sangat takut.
"Kenapa kau pergi tanpa memberitahu! aku tidak punya nomor ponselmu tidak bisa menghubungimu!" masih dengan suara yang terdengar mengerikan.
"Maafkan aku. Aku hanya pergi sebentar."
"Ha... kamu memang pergi sebentar, tapi sudah membuatku khawatir!" Kei mendongak.
"Jangan pernah lakukan ini lagi, aku harus tau kemanapun kamu pergi. Jika tidak menurut aku akan mengurung mu dirumah!" memberikan ancaman yang mematikan.
"I,iya, maafkan aku."
"Apa pipimu masih sakit?" bertanya khawatir.
"Tidak,"
"Masih bengkak?" melihat dengan seksama.
"Sedikit." Ken membuang muka, tampak kesal mendengar jawaban Kei yang pendek dan singkat. Kei tau suami didepannya itu sedang marah, jika seperti itu terlihat menakutkan dan bisa bertindak bringas. 'Mungkin aku harus meluluhkannya.' pikir Kei. Kei memberanikan diri mendekat dan mencium bibir Ken lebih dulu, tentu tidak menyia-nyiakan kesempatan Ken dengan senang hati menyambut dan ciuman itu semakin lama semakin dalam. Kemarahan dan hasrat menjadi satu Ken menggendong tubuh Kei membawa keranjang masih menikmati bibir Kei yang menjadi candunya.
Membuka dengan kasar kancing baju satu persatu, tak sabar rasanya ingin merobek pakaian itu agar segera terbuka.
Mencumbui setiap bagian, desahan Kei terdengar sangat indah membuat gairahnya semakin meninggi. Sudah tak ingin berlama-lama, Ken langsung melepas semua pakaiannya dan menyerang Kei dengan hasratnya hingga Kei setengah menjerit karna Ken melakukannya berbeda. Setengah jam keduanya sudah mencapai puncak hingga tubuh keduanya lemas, mengontrol nafas yang tersengal. Ken mengecup kening Kei lembut.
"Ayo mandi bersama."
"Tidak tidak duluan saja." Kei menolak dan menggeleng kan kepala, jika mandi bersama akan membutuhkan waktu yang lama kemungkinan akan melakukan itu. Ken tak mengindahkan, dia tetap menggendong tubuh Kei dibawa kekamar mandi. Dan benar yang dipikirkan Kei mereka berdua membutuhkan waktu lebih lama.
Selesai mandi bersama keduanya bersiap-siap untuk turun kebawah dan makan malam bersama.
Ceklek...
"Lee...?" Ken terkejut mendapati sekretaris nya berdiri didepan pintu kamarnya.
"Tuan muda." membungkukkan badan.
"Dari tadi kau disini?" Lee mengangguk.
"Tidak pergi kemanapun?" Lee menggeleng.
"Kau mendengar sesuatu yang aneh." Lee mengangguk lagi. Houh, Ken tak percaya.
"Buang pikiran mesum mu Lee." berbisik dan tersenyum tipis.
"Tentu, tuan muda." jawab Lee santai. Rasa tegang dan takut tadi sudah hilang melihat tuan Ken sudah baik-baik saja. Ken menepuk bahu Lee dan menuruni anak tangga, Kei menyusul dibelakang. Dan semuanya makan malam bersama.
•••••••••••••••••••••••••••
Pagi hari tanpa memberitahu Kei mobil yang ditumpangi itu melaju menuju ke rumah sakit besar. Dahi Kei nampak berkerut memperhatikan jalanan sepertinya ini bukan jalanan yang setiap hari ia lewati, kemana tujuan tuan Ken?. Kei bertanya-tanya tetapi tidak berani mengajukannya langsung, dia masih tetap duduk diam disamping tuan Ken. Sedari tadi tuan muda itu sibuk dengan ponselnya.
Mobil sudah memasuki halaman rumah sakit, terjawab sudah pertanyaan Kei tadi.
"Ayo turun."
"Hah, aku sudah katakan kemarin..." menghela nafas ingin menolak.
"Kau lupa ucapan ku, jangan membantah!"
"Dasar egois!" Kei menggerutu.
"Apa kau bilang?" mata yang sudah menatap tajam. Lagi-lagi Kei hanya menghela nafas, tak tau harus bagaimana menghadapi sikap Ken. Keduanya turun dari mobil, Kei teringat sesuatu dia mengobrak-abrik isi tasnya dan bernafas lega ketika menemukan masker wajah yang bisa digunakan. Segera memakainya.
Ken berhenti.
"Kenapa kau memakai itu! kamu malu berjalan disamping ku."
"Tidak tuan, bukan begitu. Aku takut salah satu karyawan anda dikantor melihat kita jalan bersama, pasti akan menghebohkan."
"Tidak perlu mengurus hal-hal seperti itu." melanjutkan langkah kakinya. 'Enteng saja anda mengatakan itu, tidak tau bahaya apa yang mengancam ku. Huh, tuan muda arogan!'.
Lee membukakan pintu, keduanya masuk bersama.
"Selamat pagi tuan, nona." dokter menyapa ramah. Ken menganggukkan kepala dan duduk berseberangan.
"Lee pasti sudah mengatakan tujuannya, lakukan lah." Ken yang dingin tetap saja dingin.
"Baik tuan. Nona kita pindah diruang sebelah untuk melakukan pengecekan kondisi kaki anda." Kei mengangguk saja dan mengikuti. Serangkaian pemeriksaan tulang dan lain-lain dilakukan. Beberapa saat sudah kembali duduk.
"Kaki nona mengalami keretakan yang tidak terlalu parah tuan, kita bisa melakukan operasi itu ketika nona siap. Kami akan mengupayakan yang terbaik.". dokter itu tau siapa yang ada dihadapannya, beberapa waktu mendonasikan sejumlah uang dirumah sakit itu. Nominal yang fantastis, untuk itu dokter itu sangat segan berhadapan dengan orang yang sangat berpengaruh.
"Baiklah, nanti Lee yang akan mengurus jadwal." Ken berdiri, Kei juga ikut berdiri. Ken berjalan keluar.
"Terima kasih, dokter. Kami permisi." Kei mengatakan itu sebelum keluar, suaminya dirasa tidak sopan pergi begitu saja. Ken tidak pernah perduli, dingin angkuh dan sombong sudah mendarah daging. Wajar tuan muda itu memiliki segalanya. Jabatan seorang dokter itu bisa saja dilepas kapan saja jika dia mau, itu bukanlah kesulitan. Kei tidak akan mengerti tentang semua itu.
Mereka kembali memasuki mobil dan menuju ke Kantor. Kei masih diam saja didalam mobil, Ken terus memperhatikan wajah Kei dari samping. 'Semakin imut jika merajuk seperti itu.' Ken tersenyum tipis. Dia tau bahwa Kei merajuk.
"Kau tidak perlu menunjukkan raut wajah seperti itu."
"Kenapa? wajahku memang seperti ini. Jangan bilang wajahku juga butuh dioperasi!" memanyunkan bibir.
"Ide bagus." Ken tersenyum dan sudah gemas.
"Ck..." Kei sangat kesal tidak perduli jika tuan muda, suaminya itu marah atau kesal.
"Kalau kau tetap seperti itu, aku akan menyerang candu ku." Kei melirik takut. Takut Ken nekat menyerang anggota tubuhnya, sedang sekretaris Lee terkadang mencuri pandang lewat kaca spion depannya. Sesekali tersenyum, melihat pasangan aneh dibelakangnya.
"Jangan macam-macam, tidak liat sekretaris Lee memperhatikan kita." Kei berbisik sangat pelan ditelinga Ken.
"Lee kau harus menatap lurus kedepan, tidak boleh mengintip. Ingat kau tidak memiliki candu."
"Baik tuan muda."
'Hah, sombong sekali anda. Mentang-mentang mempunyai candu, aku harus segera mencari candu.' Lee menggerutu kesal, tidak berani melihat lewat kaca spion lagi.
sampai 2 dokter sama perawat nya ketakutan semua. .. sampai mereka berdoa semoga tidak ada lagi anggota keluarga tuan ken yang sakit' lagi. ..
🤣🤣🤣🤣🤣🤣