NovelToon NovelToon
Terjerat Cinta Teman Serumah

Terjerat Cinta Teman Serumah

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintamanis / Cinta Seiring Waktu / Kehidupan di Kantor / Romansa
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Cahaya Tulip

Kinara Kinanti seorang perantau yang bekerja sebagai tim redaksi di sebuah kantor Berita di Kota Jayra. Ia lahir dari keluarga menengah yang hidup sederhana. Di jayra, ia tinggal disebuah rumah sewa dengan sahabatnya sejak kuliah yang juga bekerja sebagai seorang model pendatang baru, Sheila Andini. Kinara sosok yang tangguh karena menjadi tulang punggung keluarga semenjak ayahnya sakit. Ia harus membiayai pendidikan adik bungsunya Jery yang masih duduk dibangku SMA. Saat bekerja di kantor ia sering mewawancarai tokoh pengusaha muda karena ia harus mengisi segmen Bincang Bisnis di kolom berita onlinenya. saat itulah ia bertemu dengan Aldo Nugraha, seorang Pengusaha yang juga ketua komunitas pengusaha muda di kota Jayra.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Cahaya Tulip, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Masalah Besar

Kinara keluar dari kamarnya setelah selesai bersiap untuk bekerja. Aldo sedang duduk menikmati sarapannya di meja makan. Mereka bertemu mata, saling tatap tapi diam tanpa sapa. Kinara mengenakan sepatu lalu membuka pintu, "Aku pergi," pamitnya tanpa menoleh pada Aldo. Seolah tindakan itu hanya sebuah ritual setiap dia akan pergi bekerja. Aldo hanya menatap dingin melihat sikap Kinara.

Kinara berjalan tanpa semangat menuju Halte. Perdebatan semalam masih menyisakan kesedihan dihati keduanya. "Ah.. rasanya malas sekali pergi ke kantor hari ini. Apa aku ajukan cuti saja ya?" gumam Kinara. Saat sampai di halte, bus yang akan ditumpanginya juga sudah datang. Kinara akhirnya naik dengan perlahan sambil berharap bisa mendapat kursi kosong untuk duduk. Badannya memang terasa kurang fit hari ini, ditambah lagi karena bertengkar dengan Aldo dia jadi tidak bersemangat. 'Syukurlah ada yang kosong,' benaknya.

Dering handphone membuat Kinara tersadar dari lamunannya. "Halo," sapanya. "Kinara, Aku dapat kabar. pak Rudi yang kamu wawancara untuk bahan beritamu minggu lalu meninggal dunia karena bunuh diri," ujar Wira. "Ya Tuhan, kasihan sekali. Pak Wira apa sebaiknya aku ke rumahnya untuk melayat hari ini?" tanya Kinara. "Iya, sebaiknya begitu. Ajak Arya untuk menemanimu. Sekaligus koordinasi dengan Tomo untuk bahan berita kriminal. Siapa tahu dia juga akan kesana untuk meliput," terang Wira. "Baiklah aku akan menemui mereka sesampainya di kantor."

Kinara mematikan telpon dan mencoba menghubungi Arya. "Halo Arya, apa kamu sudah di kantor?" sapanya. "Iya kak aku baru sampai, ada apa?" tanya Arya. " Aku dapat tugas meliput dari pak Wira untuk ke rumah pak Rudi. Dia meninggal dunia, kita ke sana ya. Kalau kamu melihat Tomo, ajak juga dia untuk bahan liputannya," suruh Kinara. "Baik kak aku akan mencarinya." Kinara menutup telponnya, "Apa pak Rudi bunuh diri karena terlilit pinjaman itu?" gumam Kinara. Ia sangat berharap bus berjalan lebih cepat.

Aldo sudah bersiap untuk ke stasiun Televisi memenuhi permintaan menjadi pembicara. Ia melihat jam di pergelangan tangan kirinya, lalu membuka handphone untuk mengirim pesan. pesannya pada Bastian. Aldo menarik nafas dalam untuk mengumpulkan semangatnya menjalani aktifitas hari ini, lalu pergi ke mobilnya. Sebuah notifikasi berita masuk ke handphonenya. Ia membuka link berita itu karena melihat Kinara menjadi latar dalam foto beritanya. 'Jeratan Pinjaman Ilegal, Memakan Korban Nyawa. Akankah Pemerintah Diam Saja?' judul tagline dari berita itu. "Pas sekali dengan tema hari ini," gumam Aldo. Sambil masuk ke mobil dan melajukan mobilnya ke jalan.

Kinara sudah 1 jam berada di rumah pak Rudi. Ia tak tega meninggalkan istrinya yang masih menangis. Mereka punya bayi yang masih berusia 5 bulan. Kinara menggendong bayi itu sambil mengajaknya bicara. Warga sekitar mengurus jenazah suaminya, beberapa tamu juga berdatangan menyampaikan simpati ikut berduka. "Kemarin bukannya pak Rudi lagi senang-senangnya dapat pekerjaan ya? Ga mungkin bunuh diri." bisik seorang warga. Kinara merasa ada yang aneh dengan cerita itu. 'Apa mungkin...?' benak Kinara cemas.

Handphone Kinara berbunyi. "Halo," sapanya. "Kinara, kamu masih dirumah korban pinjaman ilegal yang meninggal itu?" tanya Aldo. "Iya, ada apa?" Kinara heran, dari mana Aldo tahu dia disini. "Bisakah kamu ceritakan kondisi keluarga bapak itu? Aku kebetulan diminta menjadi narasumber soal isu itu." Kinara kemudian menceritakan semua yang dia tahu dari hasil wawancaranya dengan pak Rudi seminggu yang lalu. "Baiklah aku mengerti, terima kasih infonya. Aku akan bicarakan pada pengurus komunitas untuk memberikan bantuan kepada keluarga pak Rudi. Aku tutup ya." Kinara mematikan teleponnya. Kinara menghela nafas, semoga saja komunitas Aldo bisa membantu meringankan beban istri pak Rudi dan anak-anaknya.

Syuting Acara diskusi Live berjalan lancar. Bastian menyalami Aldo sebagai apresiasi atas kepuasannya dalam setiap argumen Aldo. "Dari mana kamu bisa dapat info update soal korban itu?" tanya Bastian takjub. "Kamu lupa Kinara kerja di kantor Berita." Bastian baru teringat, "Ternyata ada hikmahnya punya teman serumah seorang reporter." Aldo mengangguk, "Sebenarnya ide menghubunginya juga kebetulan saja, aku dan Kinara tidak bicara setelah kejadian semalam. Akhirnya aku mengalah menghubunginya duluan untuk dapat informasi." Bastian mengangguk mengerti, "Semoga hubungan kalian segera membaik, tidak ditegur berhari-hari itu tidak mengenakkan," ujar Bastian sambil tertawa menggoda Aldo.

Kinara akhirnya kembali ke kantor setelah mendapat telpon dari pak Wira. Ia dipanggil oleh pak Lucky untuk dimintai informasi terkait kejadian meninggalnya pak Rudi. Ada kecurigaan bahwa kejadian itu bukan bunuh diri tapi pembunuhan oleh rentenir pinjaman ilegal tempat pak Rudi berhutang. 4 jam Kinara diruangan pak Lucky di interogasi oleh polisi untuk dimintai keterangan. Arya juga menemaninya karena dia juga menjadi saksi dan korban pengancaman oleh preman rentenir bersama Kinara. Ayu menunggu dengan cemas di mejanya. "Semoga saja Kinara bisa menjawab pertanyaannya dengan jelas," gumam Ayu.

Dengan wajah lelah Kinara dan Arya kembali ke meja mereka. "Bagaimana Kin? Apa pertanyaannya bisa kamu jawab?" tanya Ayu cemas. Kinara mengangguk, "Untung saja waktu itu aku pergi dengan Arya jadi kami bisa saling melengkapi informasi." Arya menghampiri Kinara, "Kak aku aku order makan siang. Kamu mau ikut pesan?" Kinara mengangguk, "Menunya sama saja dengan pesananmu biar cepat sampai. Aku sudah lapar sekali," keluhnya. Mereka baru kembali ke ruangan jam 15.00. Kantin sudah tutup dari tadi. "Kak Kinara, kenapa polisi tiba-tiba ke sini menginterogasi kita?" Arya merasa heran. Kinara menarik Arya untuk sedikit menunduk, "Aku rasa ini karena aku menceritakan kejadian Minggu lalu pada Aldo. Dan dia pagi tadi menceritakan kembali di acara diskusi live di televisi. Ada kemungkinan, dugaan bunuh dirinya jadi berubah setelah info dariku itu menyebar," bisik Kinara. Arya dan Ayu mengangguk bersamaan.

Jam 17.30 Kinara sampai dirumah. Tubuhnya terlihat sangat lelah. Beberapa kali ia terlihat bersin. Kepalanya juga makin sakit. "Apa karena terlambat makan ya, kepalaku jadi pusing sekali," keluhnya sambil memijit pelipisnya. "Tulalit..cekrek," suara pintu dibuka terdengar. Kinara yang sedang berebah di sofa tak menyadari kepulangan Aldo karena terlelap. Aldo menatap Kinara heran, "Tumben dia rebahan di sini. Aldo menghampiri Kinara untuk menyuruhnya ke Kamar. Hawa panas terasa saat Aldo hendak menyentuh pundak Kinara. Aldo menempelkan punggung tangannya pada dahi Kinara. "Sepertinya dia demam." Aldo bergegas mengambil termometer. Setelah memeriksanya, "Tiit." suara termometer selesai mengukur. "38° C, ternyata dia benar demam."

Aldo pergi ke kamarnya untuk berganti pakaian. Lalu membawa baskom berisi air hangat dengan sapu tangan. Pelan-pelan ia mengompres Kinara karena tak mau dia terbangun. Tetes air kompres jatuh ke mata Kinara. Ia terbangun dan melihat Aldo sudah ada di hadapannya. Kinara sempat terkejut dan menghindar, mengira Aldo ingin berbuat sesuatu padanya. "Kenapa?" tanya Aldo heran. "Kamu demam, aku sedang mengompres mu," kelas Aldo. Kinara melihat ke dahinya, nampak sapu tangan sedang menempel disana. "Oh terima kasih," ujar Kinara malu karena salah sangka. "Malam ini biar aku yang masak, kamu istirahatlah di kamar." Kinara mengangguk dan berpindah di kamarnya.

Kinara berganti pakaian dan berebah diranjangnya. Saat hendak terlelap, handphonenya berdering. "Halo Bu," sapa Kinara. "Kinara kamu dimana nak?" tanya Helen. "Aku dirumah Bu," jawab Kinara. "Ooh, bagaimana kabarmu?" tanya Helen. "Kinara baik Bu hanya lelah. Ada apa Bu?" Helen nampak ragu-ragu untuk bicara, "Paman tua barusan mampir ke rumah, menceritakan kunjungannya ke rumah sewa mu. Apa benar kamu punya pacar? Kenapa tidak cerita pada Ibu?" tanya Helen. Belum sempat Kinara menjawab, Aldo datang sambil membawa bubur yang dimasaknya. "Kinara ini buburmu, makanlah dulu," ujar Aldo. Ia tak melihat Kinara yang sedang menelpon. "Kenapa ada suara laki - laki?" Helen terkejut. Kinara panik.

1
Dilys
Terpesona
Cahaya Tulip: terimakasih..mohon dukungan nya☺️
total 1 replies
Hikaru Ichijyo
Alur yang menarik
Cahaya Tulip: terima kasih mohon dukungan nya/Smile/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!