⚠️FOLLOW DULU SEBELUM BACA!
⚠️Rawan Typo!
⚠️Mengandung adegan romans✅
⚠️Ringan tapi bikin naik darah✅
Neandra Adsila gadis cantik yang berasal dari desa yang merantau ke Jakarta untuk mengadu nasip di sana dengan bekerja sebagai cleaning service di perusahaan besar.
Entah tejatuh di timpa tangga atau mendapatkan durian runtuh pribahasa yang cocok untuknya saat ia terpaksa harus menikahi CEO muda dan tampan namun begitu angkuh di perusahaannya saat ia sedang membutuhkan banyak uang untuk pengobatan bapaknya di kampung.
"Saya akan membantu kamu asal kamu mau menikah dengan saya"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon CrystalCascade, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 35
Nea baru saja memasuki area mansion. Perlahan Nea melangkah dan sekarang berdiri di depan pintu besar. Ia mengetuk pintu itu, tak lama pintu pun terbuka.
"Yaampun non!" Pekik bi Lastri.
"Non dari mana saja? Tuan sangat khawatir sama non, dia nyuruh semua anak buahnya buat nyari non."
Nea hanya menyengir kuda. Ia tahu kesalahan nya yaitu sudah membuat semua orang panik mencarinya, terutama suaminya. Dan sekarang, dengan tanpa dosanya Nea pulang dengan santai menggunakan taxi seperti tidak mempunyai dosa saja.
"Maaf bi. Tapi sekarang dia dimana?" Tanya Nea kepada bi Lastri.
"Tuan belum pulang. Lebih baik non sekarang hubungi dia dan bilang kalau non udah pulang." saran bi Lastri.
"Kalau hp saya nggak low batt udah aku telpon dari tadi bi."
"Bibi aja ya yang bilang kalau aku udah pulang. Aku capek banget mau langsung ke kamar." Bi Lastri pun mengangguk. Setelah itu Nea langsung bergegas menuju kamarnya.
Nea menaiki tangga, tapi setelah dirasa-rasa sepertinya ada yang kurang. Apa ya??? Oh ya! Sepertinya mak lampir yang biasanya memaki dan menyuruh-nyuruhnya hilang ditelan bumi. Ralat! Ibu mertua maksudnya.
Nea menghentikan langkahnya. Dan kembali menghampiri bi Lastri.
"Bi ibu kemana?" Tanya Nea kepada bi Lastri.
"Nyonya besar pergi mengunjungi teman lama nya beberapa hari bersama non Aleta."
"Ooh" Nea mengangguk-anggun kan kepalanya.
Sepertinya beberapa hari kedepan Nea akan merdeka sementara sampai mak mampir itu kembali. Tapi ia juga harus siap jika sewaktu-waktu beliau kembali, tidak mungkin kan dia akan kembali dengan tangan kosong. Pasti dia merencanakan sesuatu.
*******
Dikamar.
Nea tengah berbaring diranjang, ia baru saja selesai membersihkan diri. Karena ponselnya sedang di charger, jadi ia tidak punya alat untuk mengalihkan kebosanan nya menunggu suaminya pulang.
Ia memilih menyalakan televisi besar yang ada disana dan duduk di sofa. Setelah menekan-nekan remot tv berkali-kali. Akhirnya pilihan nya terjatuh pada chanel yang mempertontonkan kartun dua orang anak kembar botak yang memakai baju kuning dan biru. Sepertinya gambaran anak nya nanti akan sepeti itu, walaupun belum tahu jenis kelamin nya. Tanpa sadar Nea tersenyum dan mengelus perutnya yang belum membesar.
Nea sangat terhibur dengan kartun ini sampai tertawa terbahak-bahak. Namun tawanya berhenti seketika saat pintu kamarnya di buka dengan kasar.
Bruak
Seketika Nea menoleh dan melihat sosok yang mencari-cari nya dari tadi. Ia otomatis langsung berdiri dari duduknya.
Ryszard berjalan cepat menghampiri Nea dan langsung memeluknya erat. Pelukan itu berlangsung cukup lama hingga Ryszard melepasnya.
"Kamu dari mana saja? Aku mencarimu dari tadi dan kenapa kamu pergi tanpa ijin dari ku? Kamu tahu aku sangat mengkhawatirkan mu, apa lagi tadi security bilang kau pergi naik motor dan membonceng mantan karyawan ku itu." Ryszard memberondong Nea dengan banyak pertanyaan sehingga saat mulut Nea hendak membuka untuk memberi jawaban pun terhenti, jadilah mulutnya seperti ikan yang membuka dan menutup. "Awas saja aku akan memberi pelajaran wanita itu!"
"Hei!" Nea sedikit berteriak.
"Itu bukan salahnya, tapi salah ku yang memaksa ingin ikut dengan nya."
"Bagus jika kamu menyadari kesalahan mu. Tapi tetap saja dia yang membawanya pergi, apa kamu lupa? Sekarang yang kamu bawa bukan hanya dirimu, tapi dua bayi kita ada di dalam sana." ucap Ryszard seraya mengelus perut Nea.
"Yaampun! Sekali lagi aku bilang, ini bukan salah nya." ucap Nea menepis tangan Ryszard dari perut nya.
"Jika kamu mengkawatirkan mereka, seharusnya kamu bisa merasakan jika perempuan tadi juga mencemaskan anak nya, tapi kau malah tidak menghiraukan nya saat dia bilang butuh pekerjaan itu. Kamu tahu? Anak nya masuk rumah sakit, dan sekarang dia tidak memiliki pekerjaan. Bayangkan jika itu terjadi pada anak kita?"
"Itu berbeda, sayang. Aku adalah mimiliki perusahaan, jadi mana mungkin aku tak memiliki pekerjaan? Bahkan tanpa bekerja pun uang selalu mengalir ke rekening ku."
"Sombong sekali!" Entah sadar atau tidak, tapi Nea mengucapkan kata itu dengan lugas.
"Sekarang kau memang memiliki harta dan tahta tapi kita tidak tahu kan nasib orang kedepan nya seperti apa? Bisa jadi besok atau kamu bangkrut dan tidak mempunyai tempat tinggal. Lalu siapa yang menolong mu jika bukan sesama manusia?"
"Semua orang pasti pernah melakukan kesalahan, tapi tidak bisa kah kita bermurah hati untuk memaafkan mereka? Memaafkan satu kesalahan tidak akan membuat kita jadi miskin tapi itu justru akan mengangkat derajat kita."
"Ya ya kau memang benar." ucap Ryszard mengakuhi kekalahan nya. Jika dilanjut kan pasti bisa sampai subuh. "Tapi biarkan aku menyentuh mereka" pinta Ryszard yang ingin menyentuh perut Nea.
Nea masih merengut. Tapi seharusnya disini Ryszard yang marah karena Nea pergi tanpa seijin dan membahayakan calon anak-anak mereka.
Tanpa mendengar jawaban Nea iya atau tidak. Ryszard sudah berbaring di sofa dan meletakkan kepalanya di paha Nea menghadap ke perut Nea.
"Kids, lihatlah Mommy kalian sedang marah pada Daddy. Kalian pasti tertekan didalam sana karena Mommy kalian ini marah, ya kan? Hm.... Daddy tahu itu tapi Mommy kalian ini tidak cukup peka dengan hal itu. Kalian pasti ingin Daddy selalu dekat dengan kalian kan, karena bagaimanapun juga kalian ada karena kerja keras Daddy." ucap Ryszard berjongkok sejajar dengan perut sang istri seraya berbicara kepada janin yang ada di dalam perut Nea dan sesekali mengecup perut itu.
Nea melotot mendengar ucapan terakhir Ryszard.
"Jangan bicara yang tidak-tidak ya!"
"Yang mana? Semua itu benarkan? Mereka hadir karena kerja kerasku. Kau hanya diam dan menikmatinya saja." ucap Ryszard dengan tanpa dosanya.
"Okeh kalau memang semua itu kerja keras mu, lalu kenapa tidak sekalian saja kau yang hamil mereka?" Ucap Nea tak terima dengan ucapan Ryszard, tapi kalau boleh jujur memang benar apa yang di katakan Ryszard barusan.
"Oh satu lagi! Aku nggak mau dipanggil Mommy."
"Kenapa? Apa yang salah?"
"Aku rasa nggak cocok aja aku dipanggil seperti itu dan yah... aku pasti ditertawakan ibuku kalau mendengar anakku memanggi 'Mommy' padaku."
Nea tersadar ia keceplosan menyebut ibunya pada dialog nya, kata-katanya barusan membuat raut wajahnya berubah seketika.
"Lalu mau dipanggil apa?" Ryszard yang menyadari perubahan raut wajah sang istri pun mengalihkan percakapanmereka dengan bertanya hal itu.
"Ibu."
"Itu tidak akan cocok kalau aku dipanggil 'Daddy' dan kamu ibu."
"Terserah! aku kan maunya itu."
Setelah mengatakan itu Nea meninggalkan Ryszard begitu saja dan berbaring di kasur nya.
Tok
Tok
Tok
Pintu di ketuk dari luar.
Ryszard membuka nya, dan menerima makanan yang di bawakan bi Lastri.
"Sayang bangun, ayo kita makan."
Nea masih tidak bergeming dan bergerak sedikitpun, ia malah menutupi sekujur tubuhnya dengan selimut.
"Ayo lah jangan merajuk seperti ini. Aku tahu kau belum makan kan? Jadi jangan keras kepala dan makan makanan ini." Ryszard memang tidak romantis jadi dia langsung mengatakan apa yang dia mau tanpa membujuk atau merayu istrinya.
Ryszard meletakkan makan itu di meja dekat tempat tidur. Lalu ia mencoba menyibak selimut yang menutupi tubuh Nea, namun ditahan oleh Nea.
"Buka selimutnya!" titah Ryszard.
Nea membuka sedikit selimutnya dan hanya memperlihatkan setengah wajahnya sebatas hidung.
"Kamu ini nggak romantis! Seharusnya kamu tahu jika wanita sedang merajuk. Kamu harus membujuknya dan merayunya, kayak nggak pernah punya pacar aja." Kesal Nea.
"Okeh! Sekarang apa yang kau mau? Aku akan mengabulkanya asal kau mau memakan makanan itu." Nea kembali menutup penuh selimutnya. Didalam sana ini berpikir, kira-kira mau minta apa.
"No panggil Mommy!"
"Oke, tapi selain ibu." Nea tampak berpikir menimang ucapan Ryszard.
"Em... bisa dibicarakan."
"Oke nanti kita bahas, sekarang makan."
Nea menggeleng. "Hm... aku mau kamu memperkerjakan kembali Delina di kantor mu."
"Delina siapa?" Tanya Ryszard.
Nea menurunkan selimutnya. "Ck! Delina, perempuan yang kamu pecat itu, juga teman nya sekalian."
"Tidak. Tidak bisa, dia sudah berbuat kesalahan jadi dia harus dipecat." ucap Ryszard yang masih mempertahankan kan pendirian nya.
"Kesalahan sekecil itu? Aku sudah memaafkan nya lalu apa lagi?"
"Kecil kau bilang? Dia sudah membicarakan hal Negatif tentang mu, lalu kamu bilang itu kecil?" Nea kembali menyembunyikan wajahnya dibalik selimut.
"Yah! Itu kecil. Sudah stop dan jangan bicara lagi! Kalau kamu nggak mau mengabulkan permintaan ku jangan harap aku menyentuh makanan itu."
Sebenar nya tadi saat di jalan pulang, Nea mampir ke warung yang ada di pinggir jalan. Tapi entah kenapa sekarang mencium bau makanan itu, Nea jadi lapar lagi.
Nea harus tetap pada pendirian nya agar Ryszard mau melakukan apa yang ia ingin kan.
"Ya oke fine, aku akan memperkerjakan lagi dia di perusahaan ku. Jadi sekarang buka selimutnya dan makan makanan ini." ucap Ryszard, tapi Nea masih belum membuka selimut nya.
"Aku sudah mengabulkan permintaan mu, ayo makan makan ini sebelum kesabaran ku habis!" ucap Ryszard dengan kesabaran yang hampir habis.
"Aku mempunyai satu permintaan lagi." ucap Nea lirih dibalik selimut.
Ryszard menghembuskan napasnya kasar.
"Apa lagi?"
Nea menurunkan selimutnya sebatas dada. "Tapi janji kamu harus memberikan nya sekarang juga."
"Ya aku janji. Cepat katakan! Apa kamu akan menyiksa mereka dengan tidak makan?"
"Kamu pasti pernah dengarkan, di masa kehamilan itu ada yang nama nya ngidam. Nah mungkin ini adalah salah satu nya."
"Hm... Lalu?"
"Aku mau boneka mobil yang berwarna merah."
"Hanya itu? Kau tidak mau pabrik nya sekalian?" Ryszard mengatakan itu seraya mengambil ponsel di saku celana nya, sepertinya ia akan menghubungi seseorang.
"Tapi yang aku mau bukan boneka yang ada di toko. Aku mau boneka mobil-mobilan milik El" Ryszard menghentikan pergerakan nya, hampir saja ia menekan panggilan.
Ternyata itu yang Nea mau. Pantas saja sejak awal Nea di ruangan El, dia selalu memperhatikan boneka itu. Entah dari mana asal nya, tapi Nea sangat menginginkan nya untuk menjadi milik nya. Tapi ia tak berani memintanya langsung kepada El, ia takut El tidak memberikan nya dan malah menangis.
"El? Siapa dia?"
"El, anak Delina yang aku temui tadi di rumah sakit. Sebenarnya tadi aku sudah mencari boneka itu di toko dan mau membayarnya. Tapi entah kenapa aku tidak puas dengan hal itu, rasanya beda" ucap Nea melas dan mengelus perutnya.
"Kamu mau mengabulkan keinginan anak-anak mu ini kan? Mereka pasti bahagia jika Daddy nya bisa memenuhi apa yang dia inginkan."
"Yang benar saja? Kamu mau boneka bekas? Akan ku belikan saja kalau perlu pabriknya sekalian saja. Untuk apa kamu mau boneka bekas dari anak itu?"
Nea melengkungkan bibirnya kebawah, menandakan ia sedang sedih dan hampir menangis.
"Sabar ya anak-anak Mama. Kalian harus banyak bersabar karena punya Papa sepertinya. Rasa sayang nya hanya di bibir saja, buktinya kalian mau hal sekecil itu tapi dia tidak mau mengabulkan nya. Sepertinya kalian harus kelaparan malam ini, karena kalian kan hanya mau makan dengan ditemani boneka itu kan?"Ucap Nea berbicara dengan perutnya, dengan maksud menyindir suaminya.
"Dimana rumah sakitnya? Aku akan kesana sekarang."
Akhirnya! Nea yakin cara ini akan berhasil. Karena Ryszard adalah tipe orang yang tidak bisa menerima harga dirinya di rendahkan walau hanya sedikit.