Suatu rangkaian perasaan untuk menjadi sebuah kisah cinta yang sempurna milik Juliette. Bermula dari pertemuan dengan seorang pria yang bernama Ronald sehingga mereka menjalin hubungan asmara yang diisi dengan suka duka, up and down, intrik dan terkuatnya sebuah rahasia. Mampukah Juliette mempertahankan hubungan asmaranya yang tidak selalu sesuai dengan keinginan mereka?
Di rangkaian kata - kata kisah cinta milik Juliette inilah tertulis sehingga terbentuk Alenia Cinta Milik Juliette.
Happy reading 😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Inge, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Keluarga Mottola
Ting nong ... ting nong ...
Bel pintu apartemen berbunyi, Juliette memastikan bahwa penampilannya telah cukup dan tidak berlebihan. Dia menatap bayangan dirinya di cermin sekali lagi. Memutar tubuhnya untuk melihat bahwa tidak ada yang salah. Gaun merah maroon dengan potongan Sabrina, hiasan kalung berlian bertengger di leher jenjangnya dan belahan di kaki jenjangnya yang cukup tinggi, Juliette meyakinkan dirinya tidak berlebihan.
Beralih pada rambutnya, Juliette membiarkannya tergerai dengan ikal di ujung. Di bagian bawah ia memadukan sepasang heels berwarna hitam setinggi lima senti. Untuk riasan wajah, Juliette memolesnya dengan model make up flawless yang tampak elegan meskipun lipstiknya menyala. Setelah memastikan penampilannya tidak berlebihan, dia berjalan menuju ke pintu apartemen.
Menghentikan langkah kakinya di belakang pintu. Menyentuh beberapa ikon untuk membuka kunci apartemen itu. Menekan handle pintu ke bawah, lalu menariknya sehingga pintu terbuka lebar. Pandangan matanya terarah pada Ronald. Dia tidak bisa mencegah matanya untuk tidak bergerak menelusuri pria itu dalam balutan jas.
"Apakah kamu bisa membantuku memakaikan dasinya?" pinta Ronald lembut.
"Dasar pemalas!" decak Juliette gugup.
Juliette mendekat dan merasakan pinggangnya ditarik oleh Ronald. Ini jelas terlalu dekat untuk sekadar memasangkan dasi. Respon tubuh Juliette tidak menolak dengan sentuhan Ronald. Ketika jemari Ronald berkelana memegang pinggangnya, Juliette merasakan desiran lembut di relung hatinya itu seakan menyesatkan jari-jarinya untuk bergerak lambat.
"Kamu cantik sekali, Sayang. Seharusnya aku tidak memilih gaun itu untukmu," bisik Ronald parau.
"Sudah selesai," ucap Juliette serak karena dia sedang menahan desiran yang berkecamuk di relung hatinya.
Sedetik kemudian, Ronald memiringkan kepalanya untuk berciuman dengan Juliette. Dengan lembut Ronald mencium, melumat dan memainkan daging tak bertulang milik Juliette. Juliette membalas ciuman Ronald. Ronald memasukkan lidahnya ke rongga mulutnya Juliette dan memainkan lidahnya Juliette hingga Juliette mengikuti permainan yang dipimpin oleh Ronald.
Tangannya Ronald menelusup masuk ke dalam gaun yang dipakai oleh Juliette dengan penuh kelembutan hingga membuat tubuhnya Juliette menggeliat dan memacu gairah nafsunya. Benny menggiring Juliette masuk ke dalam apartemen sambil berciuman dengan hati-hati. Detik-detik kemudian, Ronald menutup pintu itu yang otomatis terkunci dengan salah satu kakinya. Ronald menempelkan tubuhnya Juliette di dinding.
Memperdalam kegiatan ciuman mereka. Ronald menarik gaun Lily bagian atas sampai di pinggang hingga memperlihatkan gunung kembar. Tangannya Ronald bergerilya menjamah tubuh mulusnya Juliette. Kedua tangan Juliette meremas rambutnya Ronald ketika bibirnya Ronald berpindah posisi, ke leher jenjangnya. Mencium dan menyesap untuk memberikan tanda kepemilikan. Turun lagi ke gunung kembar, lalu menjelajah di area itu sehingga terdengar suara desahan Juliette.
"Aakkhh ... stop Ronald aaakkkhhh ...," ucap Juliette parau disisipi oleh desahannya.
Tiba-tiba smartphone milik Ronald bergetar. Sontak Ronald mengakhiri kegiatannya. Ronald menaruh kakinya Juliette di tempat semula. Beranjak berdiri, lalu merapikan gaunnya Juliette yang berantakan karena ulahnya. Nafa mereka tersengal-sengal dengan tatapan mata yang sayu. Juliette dan Ronald berusaha untuk mengembalikan kesadaran mereka. Ronald mengecup puncak kepalanya Juliette dengan penuh kasih sayang.
"Kita lanjutkan lagi setelah acara selesai," ucap Ronald lembut.
"Nanti aja dilanjutkannya setelah kita menikah," ucap Juliette serak. "Aku mau ke kamar dulu," lanjut Juliette.
Tak lama kemudian Ronald mundur sambil membuka kancing jasnya, sedangkan Juliette berjalan menuju ke kamarnya. Ronald merogoh kantung jasnya, lalu mengambil smartphone miliknya. Menyentuh ikon hijau untuk menjawab panggilan telepon dari Eddy. Mendekatkan benda pipih itu ke telinga kirinya.
"Hallo ada apa Ed?" tanya Ronald serius.
"Nyonya Rosalinda dan Nona Jennie sudah datang Tuan. Oh ya, aku baru dapat kabar bahwa Tuan Samuel menghadiri acara itu atas permintaan Nyonya Rosalinda," ucap Eddy serius.
"Ngapain juga Mommy ngundang anak haram itu!? Tambahkan sektor keamanan!"
"Baik Tuan, oh ya Tuan, kata Nyonya Rosalinda, kapan Anda ke sininya?"
Ronald mengangkat tangan kanannya untuk melihat jam di arloji mahalnya, lalu berucap, "Acara jam delapan, sekarang baru jam enam, jam setengah 8 aku sudah sampai di sana."
"Tuan tidak makan malam dulu di sini?"
"Tidak, aku mau makan malam di apartemennya Juliette. Udah dulu."
Tiba-tiba sambungan telepon itu terputus sebelah pihak. Eddy mendengus kecil setelah Ronald memutuskan sambungan telepon itu. Menjauhkan smartphone miliknya dari telinga kirinya. Eddy tersentak ketika baju kanannya ditepuk dari belakang dengan lumayan kencang. Sontak Eddy menoleh ke belakang. Eddy melebarkan matanya melihat sosoknya Samuel Mottola yang sedang tersenyum miring.
"Hai Bro!" sapa Samuel santai.
"Hai Tuan Samuel!" balas Eddy sopan. "Silakan masuk Tuan, hidangan makan malam sudah disiapkan di ruang makan." ucap Eddy sopan.
"Tuan Ronald sudah datang?"
"Belum Tuan."
"Kapan dia datang?"
"Sebentar lagi Tuan, silakan masuk Tuan."
Samuel hanya menganggukkan kepalanya untuk merespon ucapan Eddy. Samuel melangkahkan kakinya masuk ke dalam. Samuel merupakan adik satu bapaknya Ronald. Tapi orang tuanya Samuel tidak menikah, hubungan mereka hanya selewat saja. Memiliki wajah yang sangat mirip dengan Sean Mottola sehingga dia dihormati oleh kalangan mafia. Memiliki wajah yang sama-sama tampan dengan Ronald sehingga dia juga digandrungi oleh para kaum hawa.
Samuel berjalan menghampiri Rosalinda dan Jennie. Rosalinda tersenyum hangat dan ramah kepada Ronald. Ronald membalas senyuman kepada Rosalinda. Ronald mengalihkan pandangannya ke Jennie yang sedang murung. Samuel menyeringai licik ketika mendapatkan ide untuk meledek Jennie. Ronald menghentikan langkah kakinya di hadapan Rosalinda.
"Hallo Tante! Apa kabar?!" sapa Samuel sambil mengulurkan tangan kanannya ke Rosalinda.
"Baik Nak Samuel," ucap Rosalinda sambil membalas ukuran tangan kanannya Samuel, lalu mereka berjabat tangan.
"Di mana Ronald Tante?" tanya Samuel sambil melepaskan genggaman tangannya.
"Dia lagi ke apartemen kekasihnya, setelah itu dia ke sini sama kekasihnya, silakan duduk dulu Nak Samuel," ucap Rosalinda hangat.
"Wow, sebuah berita yang menggemparkan," ucap Samuel sambil melirik ke arah Jennie. "Sejak kapan dia punya kekasih, Tante," lanjut Samuel sambil menduduki tubuhnya di kursi yang berhadapan dengan Rosalinda.
"Setahu Tante sudah sebulan," ucap Rosalinda sambil memotong steak.
"Aku kira dia tidak akan punya kekasih karena dia suka sekali bermain dengan wanita," ucap Samuel sambil membuka serbet.
"Oh soal itu, Tante sangat bersyukur karena dia sudah tidak bermain dengan wanita lagi."
"Yah, Jenie sedih dong," ledek Samuel santai sambil menoleh ke Jennie.
"Ngapain juga aku sedih. Kak Ronald kan Kakakku, aku senanglah dia punya seorang kekasih," ujar Jennie datar.
"Kakak pikir kalian akan menjadi sepasang kekasih."
"Ronald dan Jennie itu bersaudara walaupun Jennie anak angkatku, Ronald hanya menganggap Jennie sebagai adiknya," ucap Rosalinda tegas.
"Pasti berita Ronald punya kekasih akan menghebohkan keluarga Mottola."