Ketika kamu ikhlas menerima semua takdir di hidupmu,maka Allah akan membalas tuntas semua kepahitan mu dengan beribu kebaikan.
Percayalah bahwa segala sesuatu yang baik untuk mu tidak akan Allah izinkan pergi dari mu, kecuali akan di ganti dengan yang lebih baik lagi (Ali Bin Abi Thalib).
Nasehat itulah yang menjadi penguat seorang gadis bernama Hasya Nur Shafiyyah,saat hidupnya di penuhi ujian pahit dan sakit, setelah ia menikah dengan pria pilihan Kakak nya.
" Kau boleh meminta apapun dari ku Hasya, kecuali nyawa dan perceraian, karena hanya kematian yang akan memisahkan kita" Ezar Atharizz calief.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
34
Tepat pukul 7 malam,Ezar dan Reza keluar dari restoran tempat mereka bertemu dengan klien,lebih tepat nya Ezar yang membutuhkan jasa orang yang mereka temui, seorang desain interior profesional.
hampir dua jam waktu yang mereka habiskan untuk membicarakan hal-hal yang Ezar inginkan hingga mereka mencapai kesepakatan,Sabrina masih menunggu di luar ruang VVIP.
Wajahnya terlihat begitu bahagia saat mereka berada di dalam mobil, diam-diam ia terus melirik wajah Ezar yang mulai terlihat memerah dan pria di sampingnya itu terlihat sedikit gelisah.
" kamu kenapa Zar?" Sabrina menunjukkan perhatian nya.
Ezar menggeleng seraya mengusap pelan keringat yang muncul di wajah nya,ia menatap jalanan seraya berusaha menahan dan memahami apa yang sebenarnya terjadi pada nya.
" Tolong lebih cepat lagi za" perintah Ezar pada Reza.
" Baik bos" Reza menambah kecepatan laju mobil yang ia kemudikan,dan tak berselang lama mobil berhenti di depan lobby mall xx.
" Apa ga sebaiknya kamu singgah di apartemen sepupu ku dulu Zar,kamu terlihat tidak baik-baik saja" Sabrina berusaha untuk membujuk agar Ezar singgah di apartemen sepupunya yang ia tumpangi.
Dengan cepat dan tegas Ezar menggeleng " aku baik-baik saja,jalan za" ezar menjawab singkat dan beralih memerintahkan asisten pribadi nya untuk melanjutkan perjalanan mereka.
Sabrina mengepalkan tangannya erat karena penolakan Ezar, padahal ia sudah susah payah merencanakan semua itu,ia bahkan harus mengeluarkan sejumlah uang yang cukup besar untuk membayar seseorang melakukan rencananya,tapi akhirnya gagal total.
" Aaa.." geram Sabrina yang berjalan menuju lift untuk menuju apartemen sepupu nya,ia menghentakkan kakinya karena merasa tidak terima.
Sedangkan di dalam mobil, Ezar menarik dasinya dan melonggarkan nya,ia merasa tubuhnya seakan terbakar dan ia tau apa yang tengah terjadi padanya.
" Ke villa za, seseorang memberiku obat laknat itu" Ezar mengatakan apa yang ia rasakan dan pikirkan.
Reza terkejut mendengar pengakuan Ezar,ia sangat paham, hal itu hampir sering terjadi di dunia bisnis,ulah orang-orang licik pastinya.
Reza mengangguk mengiyakan perintah bos nya, pikirannya mulai menduga hal yang akan terjadi,ia melirik wajah merah Ezar yang tengah memejamkan matanya di kursi belakang.
Hanya butuh waktu sekitar lima belas menit,Reza menghentikan mobilnya di depan pintu utama villa.
Ezar yang merasakan mobilnya telah berhenti langsung keluar dari mobil dengan cepat,ia bahkan meninggalkan tas kerjanya dan jasnya yang ia letakkan sembarangan di jok belakang mobilnya.
Reza menggeleng melihat bos nya,ada sedikit senyuman tipis terukir di wajah nya' semoga ini akan menjadi awal yang baik untuk mereka ' batin Reza membayangkan apa yang akan segera terjadi.
Sedangkan di dalam villa, Ezar melangkah cepat menuju lantai dua dan memasuki kamar nya,Ezar memasuki kamar mandi dan mengguyur tubuhnya dengan air dingin,ia berusaha meredakan gejolak dalam dirinya.
Merasa sedikit lebih baik,Ezar mengakhiri mandinya,ia keluar dari kamar mandi dan langsung menuju balkon kamar nya, menatap gelap malam masih dengan tubuhnya yang hanya terbungkus handuk sebatas pinggang hingga lutut.
Ezar memakai jubah mandinya, ia berencana meminta bi jum untuk mencari Reza dan meminta ponselnya yang ia yakini tertinggal di dalam mobil bersama jas nya.
Namun langkah nya terhenti saat ia melihat Hasya yang keluar dari kamar nya dengan daster panjang berbahan satin dan hijab instan, terlihat begitu cantik di matanya,rasa yang tadi terasa sedikit berkurang kini kembali muncul bahkan lebih parah.
Dengan gerakan cepat ezar mendekati Hasya dan menarik nya ke dalam kamarnya,hal itu membuat Hasya terkejut dan nyaris berteriak jika saja Ezar tak segera membekap mulutnya dengan ciuman panas dan menuntut.
Mata Hasya terbelalak dengan tindakan Ezar, terlebih saat tangan Ezar tak tinggal diam,terus menyentuh area-area sensitif tubuhnya,Ezar bahkan sudah menarik hijab instan yang menutupi rambut Hasya.
" Tu-tuan....ugh.." Hasya berusaha menghentikan tindakan Ezar padanya,sekuat tenaga ia menolak dada bidang Ezar agar pria itu menghentikan aksinya.
Namun Ezar tak peduli" aku menginginkan hak ku malam ini" ucap Ezar tegas seraya mendorong pelan tubuh Hasya ke atas ranjang.
Mendengar ucapan Ezar, sontak saja tubuh Hasya membeku dengan mata menatap tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dari bibir pria yang telah menjadi suaminya selama hampir enam bulan itu.
" Tu-tuan tapi..." Ezar tak memberikan kesempatan untuk Hasya bicara,ia kembali melanjutkan petualangan nya dengan kembali menyatukan bibir mereka dan tangan nya menjalar ke seluruh tubuh Hasya,lebih intens dari sebelumnya.
Hingga beberapa saat kemudian, keduanya sudah dalam keadaan polos,Hasya memejamkan matanya merasa malu dengan tubuhnya yang tak memakai sehelai benang pun,ia berusaha menarik selimut untuk menutupi nya, pikirannya kacau, berbagai macam perasaan berkecamuk dalam hati nya.
Sedangkan Ezar terpaku menatap keindahan tubuh wanita yang telah ia nikahi beberapa bulan lalu,wanita yang saat ini berada tepat di bawah kungkungan nya,Ezar menelan Saliva nya kasar,jakun nya naik turun,ini pertama kali untuk nya.
Dengan mengandalkan insting nya,Ezar memulai semuanya hingga di tahap inti kegiatannya,Hasya membuka matanya perlahan, sesaat menatap takut dan harus pada wajah tampan Ezar yang berada di atas tubuhnya.
" Tolong sedikit pelan" pinta Hasya dengan wajah memohon, matanya berkaca-kaca dan Ezar melihat itu.
tanpa mengucapkan sepatah katapun,Ezar memulai pada puncak kegiatannya,Hasya kembali memejamkan matanya,kedua tangannya meremas kuat seprai saat sesuatu mulai memasuki inti tubuhnya.
Ezar menatap intens wajah Hasya yang terpejam, dengan yakin dan perlahan Ezar menyatukan inti tubuh mereka,namun kegiatan nya terhenti saat ia mendengar rintihan lirih dari bibir Hasya.
" apakah dia benar-benar masih suci?" tanya Ezar dalam hati nya.
Ezar ingin menghentikan nya,namun ia tak akan sanggup lagi,tanpa obat laknat itu saja ia merasa begitu bergairah saat dekat dengan Hasya, apalagi seperti saat ini dirinya yang benar-benar dalam pengaruh obat itu.
Dengan satu hentakan Ezar membuat Hasya terkejut dan memekik tertahan, matanya meneteskan airmata, bahkan kedua tangannya nya berpindah mencakar punggung polos Ezar dengan bibir nya yang berada di leher Ezar dan menggigit nya dengan kuat.
Ezar bisa merasakan sesuatu yang begitu sempit di bawah sana, miliknya terasa di gigit begitu kuat,ia benar-benar merasakan kenikmatan yang belum pernah ia bayangkan, matanya terpejam sesaat dan kembali terbuka menatap wajah pucat Hasya yang terlihat begitu menahan sakit.
Ezar menyatukan bibir mereka,dari artikel yang pernah ia baca pernah beberapa kali menonton film biru bersama teman-teman nya saat sekolah,Ezar paham bahwa Hasya benar-benar kesakitan dan menyatukan bibir mereka akan sedikit mengurangi rasa sakit Hasya.