NovelToon NovelToon
Air Mata Istri Yang Diabaikan

Air Mata Istri Yang Diabaikan

Status: sedang berlangsung
Genre:Poligami / Selingkuh / Penyesalan Suami / Tukar Pasangan
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: fadelisa dedeh setyowati

Ratna yang tidak bisa hamil menjebak suaminya sendiri untuk tidur dengan seorang wanita yang tak lain adalah adik tirinya.

ia ingin balas dendam dengan adik tirinya yang telah merenggut kebahagiaannya.

akankah Ratna berhasil? atau malah dia yang semakin terpuruk?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fadelisa dedeh setyowati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Air Mata Istri Yang Diabaikan 32

Malam belum terlalu larut saat Ratna tiba di rumahnya, ia memutuskan untuk menenangkan pikirannya dengan mandi di bawah guyuran shower air hangat. Bayangan foto masa kecilnya dengan ayahnya masih berputar di pikirannya. Di sela-sela guyuran shower air mata Ratna kembali bergulir. Menetes bersama air yang mengalir.

Cukup lama sampai pada akhirnya ia memutuskan untuk mengakhiri aktivitasnya. Dengan handuk kimono dan rambut yang masih basah Ratna menuruni tangga dan menuju dapur untuk membuat minuman hangat lantas membawanya ke teras rumahnya.

Ratna duduk dengan posisi kaki ia tekuk, merapatkan dada dengan pahanya.

Tangan Ratna terulur untuk mengambil cangkir yang ada di sampingnya. Kuku jari-jarinya yang dicat warna merah terlihat memainkan pinggiran cangkir.

Mata Ratna menatap cairan kental yang mengisi cangkir tersebut. Uap tipis yang mengepul menyentuh indera penciuman Ratna. Meninggalkan jejak aroma yang khas. Yang tak akan pernah Ratna lupa.

Dark Chocolate.

Sayangnya Ratna tak meminumnya.

Dan tak berniat meminumnya.

Memori Ratna layaknya kaset yang diputar ulang dalam otaknya.

Menampilkan potongan-potongan kenangan yang menjadi satu membentuk sebuah cerita.

Cerita tentang ia dan ... Ayahnya.

Matanya memejam. Bulu matanya bergetar.

Dulu, setiap kali Ratna terbangun karena mimpi buruk, Ayahnya akan datang dan membuatkannya secangkir Dark Chocolate yang panas. Aroma coklat yang lembut akan menenangkannya. Rasanya yang hangat manis sedikit pahit membuatnya nyaman. Tentu saja yang paling membuatnya tenang dan nyaman adalah kehadiran Ayahnya di sampingnya.

Ratna membenamkan kepalanya diantara tekukan lututnya. Bahunya bergetar. Ia terisak.

Mulai malam ini, Ratna akan kembali mengingatnya. Memori yang sesungguhnya tak pernah ia lupa. Kenangan yang ia simpan.

Yang ia tinggal dibelakang.

Yang kini kembali menghampiri, untuk menyiksanya sekali lagi.

Akhirnya Ratna menyadari, tak ada satupun potongan memori tentang Ayahnya yang tidak ia ingat.

Bahkan jika ia harus menceritakan setiap cerita dengan detil ia rasa ia sanggup melakukannya.

Memori tentang Ayahnya layaknya udara baginya. Dan Ratna tak pernah lupa caranya bernafas. Jadi bagaimana cara Ratna melupakan jika sesuatu yang ingin ia hentikan adalah apa yang nyata-nyata selalu ia butuhkan?

Ketika Ayahnya memutuskan untuk pergi dari hidupnya dengan susah payah Ratna berupaya tetap berdiri tegak dengan dua kakinya.

Menata hatinya yang hancur berantakan, berupaya menambal luka yang menganga lebar.

Sekian tahun Ratna meyakini, ia telah sembuh.

Tapi nyatanya tidak!

Ia masih sakit dan ia butuh obat. Foto ayahnya dan dirinya di album kenangan tadi telah mengorek luka lama yang sebenarnya belum kering.

Perih dan pedih.

Di saat Ratna tengah menangis, Bagas dan Andini akhirnya pulang. Keduanya terkejut mendapati Ratna yang tengah duduk di teras rumah sambil menangis sesenggukan.

Bagas segera berlari menghampiri istrinya, “Dek kamu kenapa?” Bagas menyentuh kedua pundak istrinya – menatapnya dengan tatapan khawatir.

Ratna yang mendapati Bagas ada di depannya segera menghambur ke pelukan suaminya.

Hati Bagas terasa perih melihat wanita yang dicintainya itu menangis. Sekuat tenaga Bagas menahan diri untuk tidak bertanya 'mengapa' karena ia tau, itu hanya akan membuat keadaan Ratna memburuk.

Bagas menarik kepala Ratna ke dalam pelukannya. Seolah membawa ke tempat paling aman. Disisinya. Ke dalam dekapannya.

Ratna hanya menurut dan mencengkeram lengan Bagas, isakan tangisnya kian kuat dan pelukan Bagas kian erat.

Entahlah mungkin karena Ratna lelah atau dekapan Bagas terlalu hangat, perlahan ia menutup matanya. Wajah gadis itu terlihat begitu rapuh dan lelah – entah apa yang dialami oleh Ratna hari ini, Bagas membiarkan wanita itu tetap memejamkan matanya. Biarlah jika itu bisa membuat Ratna lebih tenang.

Dengan lembut Bagas mengangkat tubuh mungil istrinya dan membawanya ke dalam rumah.

Bagas menatap wanita yang ada dalam dekapannya, terlihat jelas bekas airmata yang sudah mengering namun isak tangis Ratna masih sesekali terdengar. Bagas membiarkannya agar Ratna bisa meluapkan emosinya.

Ia tak tau apa yang terjadi pada Ratna hingga menjadi seperti ini, tapi satu hal yang pasti, ia tidak akan membiarkan sesuatu -atau seseorang- melakukan hal ini pada wanita yang dicintainya itu.

Ia tak akan tinggal diam!

Bagas membopong Ratna masuk meninggalkan Andini sendirian di depan rumah.

Dalam hati Andini terbersit rasa iri pada Ratna karena Bagas terlihat begitu menyayangi dan tidak akan membiarkan satu tetes air mata pun jatuh di pipi Ratna. Bagas sangat menjaga Ratna.

Sesuatu yang juga ingin ia dapatkan dari Bagas mengingat ia kini juga istrinya.

Dengan langkah gontai Andini masuk rumah dan hampir menabrak cangkir berisikan coklat hangat yang tadi Ratna buat.

‘Mba Ratna juga suka dark coklat’ batinnya sambil menatap cangkir. Awalnya ia ragu tapi sepertinya Ratna belum meminum coklat yang masih mengepulkan uap tipis itu. Terlihat dari pinggiran cangkir yang bersih dan penuh belum berkurang isinya.

Akhirnya Andini yang meminum coklat hangat itu, setelah beberapa teguk hatinya mulai sedikit tenang.

Ia masuk sambil menggenggam cangkir tersebut – menyusul Bagas dan Ratna.

Di dalam kamar milik Bagas dan Ratna, Bagas meletakkan Ratna ke tempat tidur dengan sangat hati-hati seolah takut melukai Ratna yang terlihat lemah.

Tangan Bagas terulur menyisihkan rambut Ratna yang menutupi wajah sembabnya.

“Adek kenapa?”

Ratna menggeleng – enggan menjawab.

“Mau mas buatin sup? Supaya badan adek enakan?”

Ratna mengangguk – menyetujui usul Bagas.

“Yaudah, Mas buatin ya, adek di sini dulu. Tunggu mas ya ....”

Lagi-lagi Ratna mengangguk, menuruti perintah Bagas.

Bagas tersenyum hangat pada istrinya dan beranjak ke dapur untuk membuatkan istrinya sup hangat.

Andini yang melihat Bagas sibuk di dapur menawarkan bantuan, tapi Bagas malah mengabaikannya. Membuat Andini menahan rasa kesal dan memilih masuk ke kamarnya.

Tak lama sup buatan Bagas jadi, ia langsung membawanya ke kamar tanpa Bagas sadari sebenarnya Andini mengamatinya dari tadi.

Kembali perasaan iri membuncah dalam hatinya, tapi Andini tidak bisa berbuat apa-apa dan berpikir mungkin memang Ratna sedang membutuhkan Bagas.

Tapi ia juga butuh Bagas. Andini mendesah dan menutup pintu kamarnya, mencoba berbaring.

Bagas yang tengah membawa sup hangat yang mengepulkan uap tipis yang mampu membangkitkan selera makan siapapun yang menciumnya – tak terkecuali Ratna meletakkannya di atas nakas. Ia tersenyum pada Ratna dan berkata, “Mas udah buatin sup, adek makan ya ....” ucap Bagas sambil menyerahkan mangkuk porselen itu.

Ratna terlihat senang dan mulai menyicip kuah bening dan kental sesendok. Bisa terlihat rona bahagia saat perlahan suap demi suap Ratna memakan sup itu.

Melihat Ratna dihadapannya dan dengan lahap menikmati sup buatannya sedikit banyak membuat Bagas bisa bernafas lega. Sekarang bukan saatnya untuk bertanya apa yang sekiranya membuatnya menangis.

Tidak! Tidak sekarang.

Tak lama, sup itu tandas. Diakhiri dengan Ratna yang mendesah puas.

"Sudah lebih baik?" Bagas mengambil mangkuk dari tangan Ratna dan berniat membawanya kebelakang.

Yang ditanyai hanya mengangguk.

"Syukurlah, sekarang berbaring dan istirahatlah." Bagas turun dari ranjang dan hendak pergi ke dapur namun Ratna menahannya.

"Mas ...." Sejenak Ratna ragu namun sesaat kemudian pegangannya terlepas, "Tidak apa-apa, terimakasih. Supnya enak."

Mangkuk yang dipegang oleh Bagas, ia taruh diatas meja dan ia memilih duduk kembali disamping Ratna.

"Ada apa? Ada yang ingin kau ceritakan?" Bagas mengelus pipi wanita yang dicintainya itu.

Halus!

Bagas menyukainya. Dan Bagas tak pernah rela air mata Ratna berjatuhan membasahi pipi lembutnya.

"Tidak Mas."

"Kau yakin?" Ia tau ada yang ingin istrinya sampaikan. Tapi ia juga tau, dia  bukan gadis yang bisa ataupun suka dipaksa.

Dan Bagas tak pernah ingin memaksa.

Helaan nafas terdengar dari Ratna. Ia agak tak yakin menceritakannya pada Bagas.

Bagas bisa merasakan helaan keraguan dari hembusan nafas Ratna. Tangan Bagas terulur membimbing istrinya dalam dekapannya. Pelukan Bagas begitu lembut karena ia takut menghancurkan miliknya yang terlihat begitu rapuh. Dibelainya surai kecokelatan Ratna. Seakan meyakinkan, bahwa apapun yang akan gadis itu katakan, semua akan tetap baik-baik saja.

Dekapan Bagas adalah tempat paling hangat bagi Ratna. Disana Ratna merasa aman dan kuat. Mungkin benar, tidak ada tempat paling nyaman selain pelukan orang yang dengan tulus mencintai kita.

"Tidak apa-apa, semua akan baik-baik saja, sayang," Bagas meyakinkan pemilik hatinya itu.

Ratna mengangguk dalam diam. Semakin menenggelamkan tubuhnya kedalam kehangatan yang Bagas berikan. Ratna menyukai aroma tubuh Bagas yang entah mengapa begitu menenangkan.

Ratna benar-benar merasa bersyukur ia memiliki Bagas dalam hidupnya.

Bagas tak pernah memaksanya dan justru memahami apa yang Ratna butuhkan. Bagas selalu tau kapan harus diam dan bicara. Selalu paham bahkan sebelum Ratna menjelaskan. Selalu mengerti apa yang harus dilakukan.

Dari balik pintu yang sedikit terbuka Andini melihat keduanya dengan air mata.

 

 

 

 

1
Cookies
air mata istri yg diabaikan, andini yach
fadeliu: betul ka .. dia istri yang di abaikan
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!