NovelToon NovelToon
I Became An Extra In My Own Story

I Became An Extra In My Own Story

Status: tamat
Genre:Action / Reinkarnasi / Sistem / Transmigrasi ke Dalam Novel / Masuk ke dalam novel / Transmigrasi / Tamat
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: MagnumKapalApi

karya tamat, novel ini hanya pembentukan world-building, plot, dan lore kisah utama

kalian bisa membaca novel ini di novel dengan judul yang lain.

Karena penulisan novel ini berantakan, saya menulisnya di judul lain.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MagnumKapalApi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 11 - Ujian Penerimaan Siswa Akademi.

Tahun 676, bulan 6, tanggal 7.

Satu minggu sebelum ujian penerimaan siswa diselenggarakan, didalam kediaman keluarga petani Dave dan Liria desa Carrington.

Aroma tempe orek dan sambal setan menyengat dari dapur hingga kedalam kamarku, Liria sedang memasak untuk kami yang tengah belajar.

Semenjak kejadian empat tahun lalu Dave dan Liria sebagai orang tuaku semakin overprotektif pada anak gadis mereka, tentu saja saat itu aku bersama Ryan menuju hutan timur Carrington tanpa sepengetahuan orang tua kami.

Kami terduduk santai diatas kasur.

“Hah... Aku lelah Ryan, kenapa kita tidak belajar ditanah lapang saja dibawah pepohonan sejuk?” Keluhku diantara buku-buku materi ujian yang Ryan siapkan untuk kami hari ini.

“Menurut saja pada bibi dan paman.” jawab Ryan “Lagipula ini salah kita tentang kejadian empat tahun lalu.”

Ryan sangat fokus ketika melihat tumpukan buku yang ia bawa ke rumahku.

Aku menimpali perkataan Ryan. “Benar, mereka menjadi sangat ketat,” lirihku melanjutkan “Mereka menjadi lebih suka aku diam dirumah daripada bergaul dengan yang lain.”

“Padahal temanku cuman kamu, Ryan.”

Ryan hanya diam tak menjawab, namun lengannya mengusap rambutku.

“...Hah, siapa juga yang mau berteman dengan perempuan yang susah diatur sepertimu.” telapak tangannya sedikit lebih besar dari telapak tangan dirinya empat tahun lalu.

Usiaku sudah empat belas tahun, Ryan masih dibawahku enam bulan.

“Tapi kamu mau berteman denganku, Nasya dan James pun sama.” Senyumku melebar pada Ryan.

“Bahkan saat Nasya dan James pergi ke akademi tahun lalu, kamu masih terus bermain ke rumahku.”

Senyumku terpancar manis pada Ryan, melihat Ryan tumbuh sedari kecil bersamaku dengan para protagonis yang lain.

Hanya Ryan yang mengenalku lebih dalam, dia tidak menghakimi saat melihatku membunuh para bandit empat tahun lalu.

Bahkan sangat jelas melihat kekuatan yang kutimbun selama enam tahun didalam penyimpanan bayangan, Ryan tidak merasa takut ataupun ingin menjauh.

Sebaliknya, Ryan terus berlatih keras semenjak kejadian dimasa lalu.

Ryan selalu menyangkal dirinya sendiri karena malu, faktanya Ryan tidak mau tertinggal lebih jauh dariku.

Setiap aku berkata hal baik pada Ryan, wajahnya selalu memerah.

“Bukan berarti aku ingin kesini setiap waktu.” kepalanya tertunduk namun bicaranya lancar, “Hanya saja aku ingin kita cepat menyusul Natasya dan James.”

Aku mengangguk dengan tangan melipat diatas dada “Hmm benar juga, Nasya dan James sudah lebih dulu karena usia mereka lebih tua dari kita.”

Ryan menatapku, wajahnya selalu serius dan jarang sekali tersenyum.

“Sudahlah... mari hentikan omong kosong kita.”

“Materi apa yang kamu tidak pahami? Kamu harus lulus juga.”

Aku menyeringai pada Ryan, dengan bangga aku berkata “Tentu saja aku memahami semua yang kamu siapkan, Ryan.”

Akademi tersohor Kerajaan Nusa: Akademi Ki Hajar Dewantara.

Nama akademi yang diambil dari nama pendirinya 350 tahun lalu, Ki Hajar Dewantara terkenal dengan semboyan 'di depan memberi teladan, di tengah membangun semangat, di belakang memberi dorongan'.

Dahulu pendidikan hanya dirasakan oleh kaum bangsawan saja, Ki Hajar Dewantara berinisiatif membangun lembaga pendidikan bernama 'Taman Siswa'.

Ki Hajar Dewantara memberi kesempatan pada Rakyat untuk merasakan pendidikan yang sama, seiring berjalannya waktu, Taman Siswa berganti nama dengan nama Akademi Ki Hajar Dewantara.

Melihat semua materi ini, mengingatkanku pada dunia lamaku.

Agoy... Sebelum bertransmigrasi aku belum sempat menentukan nama kerajaan, maupun akademi.

Kamu benar-benar cinta tanah air ya...

Aku memuji diriku sendiri dari dunia paralel yang berbeda, sementara dirinya menjawabku dengan sindiran.

Tentu saja, aku bukan penulis pemalas sepertimu.

Tak kusangka diriku dari dunia berbeda adalah seorang penulis malas gagal move on.

Sindirannya menusuk hatiku, namun memang begitulah dia adanya.

Aku menatap Ryan dalam “Semua materi ini mengarah pada filosofi dan warisan Ki Hajar Dewantara, mudah diingat bagiku.”

“Aku juga tidak perlu khawatir pada ujian bakat.”

Ryan tersenyum padaku.

“Tentu saja, aku tahu kamu.”

Sama halnya dengan Ryan yang selalu memerah saat kuberi pujian, hatiku sebagai Lala Rosalia selalu berdegup kencang ketika Ryan tersenyum.

Sadarlah kamu ini laki-laki, hati Lala sungguh menyebalkan.

Agoy menimpali perkataanku.

Hah... Kamu bukan lagi Yoga gadis bodoh, didunia ini kamu itu perempuan.

Berbicara tentang diriku sendiri, aku pernah bertanya pada bayanganku.

Kenyataan bahwa aku tidak mungkin bisa kembali ke bumi, lalu siapa diriku? Selama sepuluh tahun aku selalu bertanya tentang siapa identitasku saat ini.

Dunia dalam novel yang tak mengenalku saat dibumi, kehidupan berbeda yang jauh lebih baik menjadi Lala.

Pria yang hancur karena rasa sepi dan narkoba, berbanding jauh dengan anak gadis dari seorang petani.

Dave dan Liria sungguh memberikan semua kehangatan didalam kehidupanku, begitu juga Ryan, Natasya dan James.

Jika aku kembali? Apa aku akan kehilangan semua ini?

Tentu saja aku tahu rasa kehilangan itu seperti apa, aku sudah terbiasa dengan itu saat di bumi.

Manusia akan datang dan pergi.

Namun dunia ini memberiku rasa kehidupan yang sempat aku lupakan.

Diatas tumpukan buku yang sedang kupelajari bersama Ryan, aku juga ingin mempelajari siapa diriku sebenarnya.

“Ryan, jika suatu saat aku pergi... Apa kamu akan mencariku?”

Tanpa sadar aku menanyakan hal yang tak seharusnya aku katakan.

Raut wajah Ryan menjadi lebih kusut, namun wajahnya begitu tenang setelah kuucapkan pertanyaan yang begitu konyol.

Bahkan aku tidak mengatakan bahwa aku adalah jiwa yang bertransmigrasi ke dunia ini, mungkin akan kusimpan rahasia ini hingga mati.

Jika seandainya aku tidak pernah kembali ke bumi.

“Hah? Memangnya kamu mau kemana?” Ujar Ryan padaku, terlihat dimatanya yang semakin menyipit.

Aku sangat paham arti dari rasa gelisah—tentang kehilangan.

Dengan Astra Sewu aku bisa memahami Ryan dengan mudah, karena teknik ini sudah bisa mendengar suara hati seseorang.

Namun tak kulakukan, aku ingin menghargai segala perasaannya.

Mau bagaimanapun aku juga seorang pria saat di bumi, aku tahu rasanya menjadi seorang pria.

Pria akan tumbuh karena rasa sakit, realita yang tak sesuai dengan mimpi-mimpinya.

Jika aku benar-benar kembali ke bumi, aku ingin berkata maaf padamu, jika Lala yang kamu kenal selama hidupmu akan jauh berbeda...

Sekejap tentang pertanyaan konyolku, kamar menjadi hening tanpa suara.

Kecanggungan menguasai kamarku.

Namun keheningan itu tak bertahan lama, ketika Liria membawakan kami makan siang yang sudah ia masak.

“Halo kalian... Tempe orek sudah matang!” Seru Liria memasuki kamar dengan wajan penuh nasi dan lauk “Serius banget belajarnya.”

“Terimakasih bibi, seharusnya taruh saja dimeja dan panggil kami.” Jawab Ryan “Kalau sampai diantar seperti ini aku jadi tidak enak.”

Liria menyeringai dengan berkata.

“Heh... Kamu sopan ya untuk seorang bangsawan, menikahlah dengan Lala.”

“Kalian selalu bersama sejak kecil.”

Aku terkejut, sementara Ryan tersipu.

“IBUUUU!”

1
AI
kata "di" dipisahkan jika menunjukkan tempat, lokasi, atau waktu.
xiang ma'ling sheng: saya catat kak
total 1 replies
AI
Kalau dialog tag itu ditulis didahului tanda koma sebelum tanda petik dan ditulis dengan huruf kecil.

Contoh salah: "Aku lelah." keluhku.

Contoh benar: "Aku lelah," keluhku.
xiang ma'ling sheng: oalahhh, oke catat pak
total 1 replies
AI
tanyaku
AI
Anak berusia empat tahun itu jatuh dengan kepala membentur batu. Sudah jelas ia akan mati karena pendarahan di otak. Mungkin jiwanya pergi, dan aku yang menggantikannya.
AI
Lala, anak pemilik tubuh ini, terjatuh dari atas pohon saat bermain sendirian. Kepala bagian belakangnya terbentur batu besar sehingga membuatnya tak sadarkan diri selama empat hari.
AI
Dave dan Liria memang tidak pernah memberitahuku apa yang terjadi sebelum aku terbangun. Namun, aku sempat mendengar mereka berbicara diam-diam di balik pintu kamarku.
AI
Tulisan di chapter ini sedikit lebih baik dari prolognya yang kek cacing kepanasan. Meski begitu, penggunaan tanda bacamu buruk, huruf kapital masih salah, dan kata-kata yang harusnya dipisah malah disambung.
xiang ma'ling sheng: catat pak, saya akan tulis ulang.
total 2 replies
xiang ma'ling sheng
Terimakasih untuk semua yang membimbing saya dalam menulis, saya akan terus berkembang.

Terimakasih sebesar-besarnya, tanpa kalian saya tidak akan pernah menyelesaikan rangka awal kisah ini.

Terimakasih untuk para reader yang sudah membaca kisah ini hingga volume 1 selesai.

Terimakasih atas dukungan kalian selama ini.

Novel ini tamat dalam bentuk naskah kasar. Saya berniat merapihkannya nanti dengan sudut pandang orang ketiga.

Sekali lagi saya ucapkan terimakasih.
xiang ma'ling sheng: Novel ini hanya awal pembentukan kisah utama.

Kisah utama sedang saya tulis dengan judul, Transmigration: Ki Hajar Dewantara Academy.

Untuk lebih lengkap silahkan cek di profil saya.
total 1 replies
AI
Layar laptopku bergetar pelan, garis tipis seperti retakan kaca merayap dari tengah, memecah warna menjadi semburan ungu pekat. Kilau cahaya menyelinap di celah-celah retakan, menyala seperti urat petir yang tertahan.

Aku menunduk lebih dekat. "Apa-apaan ini …." bisikku, tenggorokanku kering.

Celah itu melebar. Dari dalam, sesuatu merayap keluar, sebuah tangan legam, berasap seakan bara membakar udara di sekitarnya. Jari-jari panjangnya menancap di tepi layar, mencengkeram kuat, lalu menarik celah itu lebih lebar, seperti seseorang membuka pintu ke dunia lain.

Tangan itu terhenti. Perlahan, satu jari terangkat … lalu berdiri tegak. Jari tengah.

Narasi ini jauh lebih baik dan lebih enak dibaca.
AI: note, kata "masa-masa" w typo bjir, harusnya "sama-sama"
total 4 replies
Riska Mustopa
terus nulis sampe lu jadi bisa profesional
xiang ma'ling sheng: lah ada teteh /Facepalm/
bakal terus nulis sampai punya buku cetak sendiri
total 1 replies
Arlen࿐
aku yg komen di tiktok dengan nickname Arlen tadi, novel nya menarik bang, walau aku belum baca semuanya, semangat nulisnya!
xiang ma'ling sheng: wahhh makasih bg udah berkunjung, abang yang pertama dari tiktok baca novel ini
total 1 replies
Arlen࿐
kisah nyata kah?
xiang ma'ling sheng: sebagian nyata dan sebagian fiksi/Scowl/
total 1 replies
aurel
hai Thor aku sudah mampir yuk mampir juga di karya aku " istriku adalah kakak ipar ku
Nisa
elep sunda wkwkwk
Orang Aring
konsepnya menarik
Pramono
world buildingnya bagus, cuman bingung aja di pemetaan
xiang ma'ling sheng: kurang ahli soal pemetaan
total 1 replies
Sarah
lumayan
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
"Maaf… bukannya aku tidak ingin terlalu ikut campur dengan urusan kalian…" napasku terasa berat di dada. "Tapi aku juga bukan anak kalian." Pandanganku mengabur sejenak. "Aku hanyalah anomali. Penulis naskah yang entah bagaimana terjebak di tubuh Lala anak kalian…" batinku, sambil melangkah perlahan menuju jendela, seolah setiap langkah menambah beban di pundakku.

Kesannya lebih menyesakkan dan ada tekanan batin. Karena si MC ini tau, kalau dia kabur dari rumah tersebut. Orang tua asli dari tubuh yang ditempati oleh MC, akan khawatir dan mencarinya.
xiang ma'ling sheng: shappp paman/Applaud/
total 2 replies
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Lanjut baca ✌️
ㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤㅤ
Dititip dulu likenya. Nanti lanjut baca lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!