NovelToon NovelToon
Aku Sudah Memaafkan

Aku Sudah Memaafkan

Status: tamat
Genre:Cintapertama / Cintamanis / Hamil di luar nikah / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Trauma masa lalu / Tamat
Popularitas:3.5M
Nilai: 5
Nama Author: yu aotian

"Aku emang cinta sama kamu. Tapi, maaf ... kamu enggak ada di rencana masa depanku."


Tanganku gemetar memegang alat tes kehamilan yang bergaris dua. Tak bisa kupercaya! Setelah tiga bulan hubunganku dengannya berakhir menyakitkan dengan goresan luka yang ia tinggalkan, aku malah mengandung darah dagingnya.

Saat itu juga, aku merasakan duniaku berotasi tidak normal. Aku terisak di sudut ruangan yang temaram. Menyalahkan diri sendiri atas semua yang terjadi. Namun, satu yang aku yakini, hidup itu ... bukan pelarian, melainkan harus dihadapi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu aotian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 28 : Mulai Berongga

Ini adalah tahun di mana teknologi berkembang pesat. Ponsel layar sentuh meledak di pasaran Indonesia, menggantikan ponsel jenis qwerty yang sebelumnya menguasai. Sistem ponsel pintar berbasis android juga tengah digandrungi masyarakat. Selain itu, ada banyak aplikasi chatting bermunculan setelah BBM (blackberry messenger) sempat merajai. Market place pun banyak bermunculan seiring orang-orang senang berbelanja online.

Setelah dua kali pembatalan pertemuan tempo hari, hubungan kami masih baik-baik saja dan berjalan normal seperti sebelumnya. Adanya sejumlah aplikasi chatting, memudahkan kami berkomunikasi meski sekadar saling memberi semangat di pagi hari, dan saling mengingatkan di jam-jam tertentu. Kami juga mulai mencoba fitur video call untuk saling menunjukkan kegiatan masing-masing. Sampai detik ini, aku dapat mengerti kesibukannya dan tidak ingin mempermasalahkan janji mengajakku berkencan.

Namun, tepat dua bulan kemudian setelah momen valentine yang gagal kami rayakan, dia mendadak sering lambat membalas pesanku. Dari yang sebelumnya hitungan puluhan menit, menjadi hitungan jam, kemudian berubah ke hitungan hari. Dia juga tak meneleponku, maupun menjawab teleponku selama seminggu.

Lalu, seminggu setelah perubahan itu, dia mendadak datang ke kosku. Pagi-pagi sekali. Masih berbalut jas putih. Dengan wajah yang suram. Antara penat atau mungkin kelelahan. Aku yang baru saja mencuci wajahku setelah bangun tidur, sempat mengedipkan mata berkali-kali karena tak percaya dengan kehadirannya.

"Apa aku boleh numpang istirahat di sini? Aku baru aja selesai shift tengah malam dan gak ambil shift lagi," ucapnya begitu aku membuka pintu kos.

Dia berjalan lunglai masuk ke kamarku dan langsung membanting tubuhnya di atas tempat tidurku. Aku yang sempat terkesiap akan kehadirannya, lantas buru-buru menghampirinya yang sudah terbaring dalam posisi telungkup. Kubuka sepasang sepatu yang masih terpasang di kakinya. Kulepas juga jas putihnya dari badannya dengan hati-hati. Segera kuhidupkan pendingin udara agar dia tak kepanasan.

Setelah menggantung jas snelli dan menyimpan sepatunya, aku pun duduk bersimpuh di samping ranjang. Memandang wajahnya yang terlelap. Dia pasti sangat kelelahan. Dunia kedokteran di Indonesia cukup kejam. Di saat pekerja lain hanya bekerja satu shift per hari, dokter umum bisa dua sampai tiga shift. Apalagi posisinya saat ini adalah dokter magang. Oleh karena itu, aku tidak menuntutnya jika dia memang tak bisa menemuiku akhir-akhir ini.

Tanganku terulur ke depan, mengusap rambut depannya yang menutupi dahi dengan penuh kasih sayang. Ini tentang kegembiraan hati yang tak terkira hanya dengan melihat orang yang kita cintai. Segala tentang dia ternyata masih menjadi alasan terbesarku untuk tersenyum dan bahagia. Bahkan meski dia hanya terlelap seperti ini.

Hingga jarum pendek telah menunjuk angka lima petang, dia belum juga terbangun. Dia memang selalu seperti ini. Tertidur pulas di kamarku selama berjam-jam. Dia pernah mengatakan padaku jika dia hanya bisa tidur dengan nyenyak di dua tempat, yaitu kamarku dan kamar Arai.

Karena hampir seharian kak Evan tertidur, maka aku pun memutuskan tak ke mana-mana. Lagi pula, aku belum memiliki bahan untuk konsul ke dosen pembimbing. Sembari menjaganya, aku membuka laptop seraya mencari referensi bahan penelitian.

Saat menoleh ke samping, aku terkesiap melihat kak Evan sudah terbangun dari tidurnya. Dia duduk tertegun sembari memandang kolase foto-foto yang tertempel di dinding atas tempat tidurku.

"Kak Evan sudah bangun?"

Dia menoleh ke arahku dengan pelan, lalu mengembangkan senyum. Masih dengan senyum khas miliknya.

"Bagaimana skripsimu?" tanyanya.

"Gak ada satu pun judul yang di-acc dosen," jawabku tersenyum kecut.

"Kenapa bisa? Mau aku bantu cari judul penelitian, gak?"

"Enggak usah. Kak Evan kan sibuk."

"Kalo cuma judul bisa kok. Aku kan tiap hari di rumah sakit, jadi gampang nemu inspirasi penelitian yang cocok untuk kamu."

Ah, lagi-lagi aku bergantung padanya!

"Oh, iya, kak Evan belum makan seharian. Aku buatin spaghetti, ya?"

Aku beranjak dari meja belajarku yang berada di samping tempat tidur. Namun, kak Evan langsung menahan lenganku hingga aku terduduk di sampingnya.

"Jaga kondisimu, jangan lambat makan dan jangan sering begadang!" ucapnya pelan sambil memandang lembut wajahku.

"Itu seharusnya jadi kalimatku buat kak Evan," balasku dengan senyum yang memamerkan deretan gigi depanku.

"Jangan lupa ... selesaikan skripsimu tahun ini!"

Saat kak Evan mengatakan itu, jujur saja jantungku mendadak berdetak tak biasa. Dia memintaku untuk segera menyelesaikan skripsi yang artinya dia ingin aku segera mendapat gelar S1 kedokteran. Apa mungkin ... dia mulai berkeinginan membawa serius hubungan kami?

Dia merenggangkan otot-otot lehernya sambil berkata, "Aku balik dulu. Jam sepuluh malam harus ke rumah sakit lagi."

Saat hendak berdiri, dia mendadak membeku sambil memandang tanganku yang berpegangan erat di tangannya, seolah tak ingin membiarkannya pergi. Pandangannya pun beralih padaku.

Lihatlah aku! Perempuan ini pernah berangan-angan bersandar di punggungmu dan itu berhasil terwujud selama tiga tahun lebih. Lihatlah aku! Sekarang aku membuat angan-angan baru, berharap kelak kau akan menjemputku menuju ikatan cinta yang lebih sakral.

Netra kami berpadu. Dalam kebisuan, jemarinya lembut menyentuh wajahku, menyelusuri setiap lekuk yang ada hingga menyusup masuk di perpotongan leherku. Sinar matanya perlahan meredup, diikuti dengan wajahnya yang mulai mendekat ke arahku. Aku pun turut memejamkan mata dengan dagu yang sedikit terangkat, seolah sengaja menyodorkan bibirku untuk dijamah bibirnya. Bibir kami pun resmi bersatu, saling bertautan. Basah. Hangat. Nyaman.

***

Keesokan harinya, di waktu yang sama seperti kemarin, pintu kosku kembali terketuk. Aku yang mengira dia datang lagi, lantas buru-buru membuka pintu.

"Tadaa!"

"Arai?" Aku memandang Arai yang berdiri di depanku seraya membawa dua plastik belanjaan berukuran jumbo.

"Pagi-pagi sekali bang Evan ngasih aku duit buat beli ini semua."

Arai mulai mengeluarkan belanjaan yang berisi bahan makanan dan beberapa keperluan bulananku.

"Oh, iya, kalo yang ini cuma aku ambil asal-asal, soalnya aku ndak tahu merek apa yang sering kau pakai. Kuambil yang ndak pake sayap, biar ndak terbang-terbang." Ia mengeluarkan sebungkus pembalut dari dalam plastik.

"Arai, ini ... bukan pembalut, ini pantyliner."

"Apa? Jadi aku salah ambil? Jangan-jangan ini dipakai di mulut sama hidung!"

"Emang masker!"

"Ya, kali aja buat nahan mimisan."

"Dasar! Seharusnya kamu tahu ini fungsinya apa. Lagian kalo cuma pembalut, aku bisa beli sendiri," celetukku sedikit malu.

"Ya, aku kan cuma beli sesuai dengan yang ditulis."

Arai menunjukkan catatan kecil panjang. Aku langsung merampasnya. Ini tulisan tangan kak Evan. Dia benar-benar menuliskan kebutuhan bulananku dengan detail dan lengkap. Kak Evan seakan tahu kalau stok makananku akan segera habis. Biasanya, kami akan berbelanja bersama di supermarket, tapi kali ini dia meminta Arai yang menyediakan kebutuhan bulananku.

"Oh, ada ini lagi!" Arai mengeluarkan dua botol suplemen dari tas ranselnya. "ini suplemen yang mengandung vitamin D produksi perusahaan farmasi ayah bang Evan. Dia suruh kau rutin konsumsi ini. Kau tahu sendiri, kan, kekurangan vitamin D rentan picu depresi. Kurasa dia khawatir kau akan depresi karena kalian jarang bertemu."

Aku tertawa mendengar celotehan Arai. "Apa ada yang dikatakan kak Evan padamu?" tanyaku.

Arai berpikir sejenak, lalu menggeleng. "Dia buru-buru pergi ke rumah sakit."

Kepadaku, Arai mengaku jarang bertemu kak Evan meski keduanya tinggal di tempat yang sama. Ini karena mereka sama sibuknya. Kak Evan sibuk dengan pekerjaan, sedangkan selama ini Arai disibukkan dengan organisasi dan kini mulai menyusun skripsi sama sepertiku.

Satu yang kusyukuri saat ini. Di tengah hubunganku dan kak Evan yang mulai berongga, aku masih memiliki Arai, tentunya sebagai sahabat. Tadinya, kupikir hari-hari berikutnya hubunganku dan kak Evan akan kembali normal. Apalagi dia masih menunjukkan perhatiannya padaku lewat Arai. Namun, ternyata ....

.

.

.

Like dan komeng

1
Nengsih Irawati
baca ulang yg kesekian kalinya 🥰
Deswita
🙏
Desi Permatasari
slalu penasaran dengan cerita2 kak yu...
gyu_rin
iya deh yg lagi kasmaran bahkan ngeri krn mayat aja jd gk kerasa 🤭
gyu_rin
serem bgt 😭 aku sih udh pingsan duluan kek nya 😭
Irma Dwi
pasti mampir thor🥰🥰🥰
Bungsuu
otewe kakak.
sakura🇵🇸
good luck karya barunya kak😍
pipi gemoy
paling suka sama DoSa, bikin gigi kering ketawa Mulu👻🌹
pipi gemoy: genre favorit ini🤩
meluncur
total 4 replies
⏤͟͟͞͞RL𝖎𝖓𝖆 𝕯𝖆𝖓𝖎𝖊𝖑🧢
asekkkkk ada karya baruuu otw kk yuuuu🥰🥰🥰
Nurul Boed
Kangen Evan,, baca lagi dah 😍😅
Yoseva
Itta tersesat dihatimu Van...wkwk🤣🤭
Yoseva
baca ulang tapi ttetep mewek bacanya...terlalu banyak dkasih bawang ini partnya
Yoseva
salam perpisahan yg tak bisa ducapkan
Yoseva
emang out of the box ni anak...🤣🤣🤣🤣🤭
Ai Wiwi Widyawati
menurutku pola asuh mempengaruhi karakter, sesekali meminta pendapat pada anak membuat anak merasa dihargai dan bisa mengemukakan pendapatnya sehingga anak bisa lebih terbuka .
Taeyung V
seperti Reel kehidupan seseorang yg dituangkan kedlm sebuah novel.....
Taeyung V
novel terbaik sepanjang saya baca berbagai macam genre dan judul di NOVEL TOON....👍👍👍👍👍...
Fatma Juniansyah
cerita yang banyak pelajaran yang bisa kita ambil.satu yang pasti memaafkan itu sangat indah
Yu Ao: makasih, jangan lupa baca juga novelku yang lainnya
total 1 replies
widya widya
baca untuk kesekian kalinya. dan tetepp.. langsing baca marathon /Grin/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!