Bangun dari tidur Yola begitu terkejut saat melihat pria yang terlelap di sebelahnya.
Yola tidak tahu apa yang terjadi padanya setelah pesta kampus yang ia datangi semalam.
Dan kini ia harus berakhir dengan pria yang sangat berpengaruh di kampus.
Yola memilih pergi sebelum pria yang masih terlelap itu bangun, ia tidak ingin menimbulkan masalah apalagi pendidikannya terkendala.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Al-Humaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
HAPD_BAB 11
Fayola yang di bawa paksa meronta didalam mobil, gadis itu berteriak dan mengerakkan tubuhnya agar terlepas dari cengkraman dua orang pria yang terlihat sangar.
"Lepas! Kalian siapa! Turunkan aku!" Fayola tak berhenti bergerak dan berteriak, membuat mereka yang didalam mobil merasa kesal.
"Diamlah, kalau tidak aku diamkan secara paksa." Ancam pria yang berada disisi kiri Fayola.
"Tidak, kalian pasti orang jahat! Tolong!!! Tol-"
Bugh
"Akkhh," Fayola pun jatuh tak sadarkan diri setelah mendapat pukulan dibahunya.
"Berisik sekali, dia gadis yang sangat cerewet." kesal pria yang baru saja memukul tengkuk Fayola.
"Kamu akan terkena masalah jika dia kenapa-napa." Ucap salah satu pria didalam mobil itu.
"Ck, bos tidak akan marah. Tapi tidak tahu dengan anaknya itu." Mereka hanya bisa geleng kepala.
Saat mobil mereka hendak berbelok, tiba-tiba sebuah mobil memotong jalan mereka dan membuat mobil keduanya sama-sama berhenti.
*
*
Di sebuah kamar, Fayola mengerjapkan matanya perlahan, rasa sakit di tengkuknya masih terasa hingga membuatnya merasakan pusing dikepala.
"Shhh, sakit sekali." Gumam Fayola saat merasakan berat di tengkuknya.
Fayola membuka matanya lebar saat mengingat apa yang terjadi padanya, Fayola langsung bangun dan melupakan rasa sakit yang ia rasakan saat ini.
"Dimana aku," Gumam Fayola sambil menatap kesekeliling.
Kamar ini tampak asing, meskipun sangat luas dan bagus tapi Fayola tidak tahu ini tempat siapa, dan tentu saja membuatnya takut.
Dengan kepala yang masih pusing, Fayola perlahan menuruni ranjang, gadis itu berjalan pelan sambil memegangi kepalanya menuju pintu.
Belum sempat Fayola membuka handel pintu, tiba-tiba pintu terdorong dari luar membuat Fayola reflek memundurkan langkahnya terkejut.
"Yola,"
"P-pak," Tubuh Fayola langsung merosot ke lantai jika saja Calvin tak meraihnya.
Calvin langsung membopong tubuh lemas Fayola kembali menuju ranjang.
"Kenapa bangun, kepalamu masih sakit?" Tanya Calvin setelah merebahkan tubuh Fayola di atas ranjang.
"Kenapa bapak ada di sini?" tanya Fayola dengan suara lemah.
Calvin berdecak, bukanya menjawab pertanyaannya, Fayola justru balik bertanya.
"Bukanya aku tadi diculik, lalu tiba-tiba bapak disini. Atau jangan-jangan bapak yang-"
"Bicara apa kamu, aku yang membawamu kesini dari mereka." Ucap Calvin dengan suara tegas.
Fayola merasa lega, setidaknya ia tidak berakhir di tempat mengerikan jika dirinya benar diculik.
"Sebenarnya mereka siapa, aku merasa tidak memiliki musuh, tapi untuk apa mereka menculikku." gumam Fayola pada dirinya sendiri.
Namun karena Calvin masih duduk di dekat Fayola pria itupun mendengar gumaman itu.
"Mereka suruhan ayah ku."
Deg
Fayola yang tadinya menunduk kini menatap Calvin lurus.
Sedangkan Calvin membalas tatapan Fayola dengan serius.
"Maksud bapak apa, aku tidak mengenal ayah anda." Fayola tidak mengerti, untuk apa dirinya diculik apalagi oleh ayah dosennya itu.
"Fayola, aku tidak tahu bahaya apa yang sedang mengincar mu, tapi aku pastikan mereka tidak akan berani menyentuh mu lagi." Ucap Calvin sungguh-sungguh. "Jika kamu menurut dengan apa yang aku katakan, maka kamu tidak akan bisa mereka sentuh lagi, tapi jika tidak aku tidak bisa menjamin."
Fayola menatap wajah Calvin, mencari keseriusan dari ucapan pria itu.
"Kalau begitu apakah bapak juga bisa menjamin jika kak Lino tidak bisa menemuiku."
Dahi Calvin mengernyit, siapa yang Fayola maksud.
"Siapa dia? Dan apa hubungannya dengan pertemuan kalian." Calvin memang tidak mencari tahu latar belakang Fayola ataupun kehidupan gadis itu. Semua yang terjadi diantara mereka seperti sudah ditakdirkan.
"Em, dia kakakku." Cicit Fayola dengan wajah tertunduk.
Fayola pun menceritakan siapa Lino dan bagaimana Fayola merasa di manfaatkan pria itu m Fayola bercerita dengan tatapan sedih dan ada gurat kekecewaan di matanya. Sebagai seorang kakak dan kelurga bukankah mereka harus saling mengasihi dan menyayangi, tapi apa yang didapat Fayola justru sebaliknya, Lino menggunakannya seperti mesin uang, datang jika butuh uang dan pergi setelah mendapatkannya, begitu terus sampai Fayola tidak tahu lagi bagaimana caranya untuk menghentikan kelicikan Lino.
"Jadi selama ini kamu diperas olehnya."
Dengan terpaksa Fayola mengangguk, ia tidak tahu ingin bercerita dengan siapa, dan kata-kata Calvin tadi di manfaatkan Fayola untuk melindunginya dari Lino.
"Kami sama-sama memiliki uang bulanan dari orang tua, tapi tidak tahu apa yang terjadi pada kak Lino, sampai dia sangat kekurangan uang." Lirih Fayola.
Calvin berdecak kesal, ia juga ikut geram mendengar cerita Fayola.
"Kamu tinggal saja disini, jika keluar ada pengawal yang menjagamu." Putus Calvin pada akhirnya.
Entah kenapa Calvin merasa jika Fayola harus dilindungi, padahal memang harus seperti itu, tanpa sadar Calvin sudah menarik gadis itu kedalam bahaya.
*
*
Dikediaman Hansel, pria paruh baya itu menatap tajam bawahnya yang babak belur.
Bugh
Bugh
"Dasar kalian tidak berguna!" Maki Hansel saat anak buahnya tidak berhasil membawa gadis yang di pelihara Calvin, dan justru anak buahnya babak belur karena melawan anak buah Calvin.
"Maaf tuan," Ucap salah satu dari mereka.
Hansel mendengus kasar, wajahnya memerah menahan marah.
"Anak sialan!" Pekiknya menggema di mansion itu.
"Anak sialan ini yang sialanya adalah darah daging mu."
Hansel yang sedang murka menatap tajam sosok Calvin yang berjalan menuju arahnya.
"Cih, punya nyali juga kau datang." Ledek Hansel sinis.
Calvin berjalan santai dengan tangan yang ia masukkan ke dalam saku celana, pria itu berjalan dengan tatapan tajam serta aura dingin yang begitu nyata.
Calvin dan ayahnya Hansel sebelas dua belas, mereka memiliki karakter yang sama, hanya saja jalan pikiran keduanya yang berbeda.
"Rupanya kau menjadi pahlawan untuk jalang mu itu, huh." Hansel menyesap cerutunya dan menghembuskan asap dari mulut dan hidungnya perlahan.
Kali Calvin berhenti melangkah, kini keduanya berdiri berhadapan dalam jarak satu meter.
"Untuk apa kau menculiknya, apa kau juga tergoda untuk memilikinya." Ucap Calvin dengan tatapan tak kalah tajam dan sinis.
Mendapat pertanyaan yang meledek membuat Hansel semakin kesal.
"Aku hanya ingin mengingatkan son, jangan sampai nasib jalangmu itu sama dengan jalangmu yang sudah lebih dulu tiada."
Deg
Calvin mengepalkan tinjunya, urat lehernya terlihat tegang dengan wajah uang semakin terlihat dingin.
"Kau tidak lupa kan bagaimana aku menyingkirkan wanita itu." Ucap Hansel lagi dengan seringainya, "Ingat dengan takdir mu, jika kau di takdirkan tidak untuk bersama wanita manapun."
maap thor🤭🏃♀️🏃♀️🏃♀️