Tidak ada sugarbaby yang berakhir dengan pernikahan.
Namun, Maira berhasil membuktikan bahwa cinta yang tulus kepada seorang pria matang bernama Barata Yuda akhirnya sampai pada pernikahan yang indah dan sempurna tidak sekedar permainan di atas ranjang.
"Jangan pernah jatuh cinta padaku, sebab bagiku kita hanya partner di atas tempat tidur," kata Bara suatu hari kepada Maira. Tai justru dialah yang lebih dulu tergila-gila pada gadis ranum itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon julies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertahan
Maira mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ia memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing. Maira masih berada di tengah podium. Ia masih berada di atas permadani. Namun, ada yang berbeda. Ia tidak lagi sendiri. Di sebelahnya berbaring Bara, masih lengkap dengan kemeja yang membuat dirinya semakin tampan.
Maira mengelus wajah Bara yang ditumbuhi bulu halus rapi itu. Perlahan ia merebahkan diri di atas dada sang suami yang ia sayangi itu.
"Bee..." Suara berat itu terdengar. Maira tidak langsung mengangkat kepala dan wajahnya. Ia terus memeluk tubuh kekar itu penuh rindu. "Sayang... " panggil Bara sekali lagi.
"Mas Bara..." balas Maira akhirnya.
"Kau mau kita tidur di sini?" tanya Bara dengan jemari yang telah terulur membelai puncak kepala istrinya.
"Heemmmm." sahut Maira.
"Baiklah, kita akan tidur di sini. Kau tidak lapar?" tanya Bara lagi.
"Aku rindu." jawab Maira pelan. Bara merasa perih menggores hati kala mendengar suara lirih itu tertahan.
Maira tidak lapar. Maira tidak ingin makan. Ia hanya rindu. Ia hanya ingin memeluk Bara semalaman. Bayangan Bara akan direbut orang, membuat Maira menangis dalam diam. Ia bisa apa? seorang istri berumur muda ini hanya punya Bara sebagai tempat ternyaman untuk pulang. Juga karena cinta yang telah dengan indah bersemayam. Apa yang ia punya selain pilihan tetap bertahan?
"Maira, aku tahu begitu sulit yang kau jalani saat ini. Menjalani status pura-pura, seolah aku tak mengakui dirimu dihadapan ibuku sendiri. Tapi percayalah sayangku, aku melakukan ini bukan tanpa alasan. Bukan pula sengaja mencuri kesempatan, tapi karena memang ingin melindungimu. Kau tahu, ibuku bukan orang sembarangan. Ia bisa melakukan apapun pada sesuatu yang tidak dikehendakinya. Maka, untuk saat ini aku minta kau merelakan hatimu untuk menahan perih yang aku janji hanya sementara saja sayang, biarkan aku berjuang."
Ucapan Bara itu bagai besi yang menghantam pertahanan Maira. Mungkin ia memang masih terlalu muda untuk memahami semua ini. Namun, ia sadar Bara melakukan ini memang karena terpaksa dan sementara memang hanya cara inilah yang ia punya.
"Aku mengerti, Mas Bara. Aku akan menjalani peran ini sebaik mungkin, sampai kita memenangkan takdir kita." sahut Maira dengan hati yang sudah tercabik-cabik menahan derita.
"Aku bersyukur kau mau memahami itu, Bee. Percayalah, aku tidak akan pernah mau menikahi perempuan lain selain dirimu. Masalah Estrella, aku akan segera mengembalikan ia ke tempat asalnya. Aku hanya ingin kau tetap bertahan."
Maira mengangguk, menatap Bara, menyeruak memeluk lelaki itu. Ia tahu memang sulit semua ini. Tapi, ia harus tetap bertahan. Meninggalkan Bara bukan pilihan.
"Mas, aku sangat mencintaimu. " gumam Maira dengan wajah yang masih terbenam.
"Aku lebih dari sekedar mencintaimu Bee." balas Bara dengan semakin mengetatkan pelukannya.
Di dalam kamar, Dimas duduk termangu. Ia senang Bara segera menyusul Maira ke ruangan tari. Ia benar-benar merasa canggung berada di dalam kamar berdua dengan Maira meski mereka tidur terpisah. Dimas benar-benar merasa harus berbicara dengan Bara secepat mungkin. Ia tidak ingin terus-terusan terjebak dengan status bohong ini.
Di dalam kamar, Estrella yang sudah berganti baju tidur merasa gelisah. Entah mengapa rasa ingin tahunya tehadap sosok Maira begitu kuat menguasainya. Maka dengan mengendap, ia mencoba menaiki anak tangga, menuju daerah terlarang yang hanya boleh Bara menginjaknya.
Dengan langkah gugup, ia hendak meraih gagang pintu kamar Bara berada. Namun belum sempat terlaksana niatnya itu, suara seseorang mengagetkan nya membuat ia terlonjak.
"Kembalilah Nona Estrella. Jika Tuan Bara tahu kau telah naik ke area terlarang ini, kau bisa dilempar hidup-hidup dari atas sini." Sofia berkata dengan tenang.
"A-aku hanya ingin memastikan Kak Bara sudah tidur atau belum." jawab Estrella tergagap.
"Dia tidak perlu itu Nona, kau akan dianggap lancang jika melakukan hal ini lagi."
"Sofia, tapi kenapa Dimas juga istrinya boleh naik dan tinggal di atas sini?" ujar Estrella menyerang. Sofia menatap perempuan itu dingin.
"Sebab Tuan Bara sangat mempercayai Dimas juga gadis itu. Hanya mereka dan aku yang bebas melangkah naik ke atas tempat ini. " balas Sofia dengan tatapan tajamnya yang mampu membuat Estrella bergidik.
"Kau lupa Mama juga punya hak atas rumah ini." Estrella menyunggingkan senyum kemenangan.
"Kecuali kalau kau lupa bahwa Tuan Evander mengesahkan rumah dan semua asetnya atas nama Tuan Bara."
Estrella tercengang. Benarkah semua aset itu memang telah sah menjadi milik Bara.
"Juga perusahaan raksasa di berbagai negara termasuk di Indonesia ini semuanya berdiri atas keringat Tuan Bara, bukan hasil harta warisan Tua Evander semata. Perlu kau ingat Estrella, aku telah mengabdi pada keluarga Evander sejak usiaku lima belas tahun. Aku lebih tau keluarga ini, Nyonya Olivia pun melewatkan banyak hal tentang itu semua. Kau tentu mengerti mengapa Tuan Evander mempercayakan aku menjaga Barata Yuda. Bahkan dari ibunya yang mantan leader Mafia berbahaya."
Blesss. Terasa Jiwa Estrella masuk ke dalam palung terdingin. Ia menelan ludah. Keluarga Bara bukan sekedar orang kaya yang punya harta dimana-mana, tapi juga karena kekuatan mereka yang mendominasi di berbagai negara.
"Silahkan turun, Nona. Jangan pernah berfikir untuk bisa naik lagi ke tempat ini." Sofia merentangkan satu tangannya menunjuk tangga tinggi dan melingkar itu kepada Estrella yang sudah terdiam seribu bahasa.
Sofia tahu, mengapa Bara sengaja menyembunyikan statusnya dan Maira. Ia mengerti ibunya seorang mantan Mafia yang bisa melakukan apa saja. Bara tidak ingin mengambil resiko itu. Ia juga tahu, ia bisa jadi kurang ajar nanti jika tak bisa menahan diri. Bahkan kepada ibunya, bukan tak mungkin akan membuat lelaki itu melawan ibunya habis-habisan demi mempertahankan Maira.
Dan nampaknya jika rencana awalnya tidak berhasil. Bara memang benar akan menggunakan segala cara, termasuk melakukan pemberontakan terhadap ibunya sendiri.
"Sofia, aku titip Bara padamu. Jaga dia, aku punya firasat Bara akan dikhianati oleh orang-orang terdekatnya nanti." Seakan sudah tau hal buruk akan menimpa anaknya nanti, Evander yang waktu itu kritis membisikkan kalimat penuh titah itu pada Sofia.
Sejak saat itulah, Bara yang masih remaja menjadi perhatian terbesar seorang Sofia. Pernah beberapa kali Bara hampir menjadi korban rivalnya yang berasal dari keluarga pihak ibunya. Namun Sofia yang memang sudah terlatih dan memiliki keahlian bela diri tinggi itu dengan sigap menyelamatkan Tuan Mudanya.
Dan sejak itulah, Sofia rutin mengajarkan cara bela diri untuk Bara. Olivia? Wanita itu menyayangi Bara, namun tidak sebesar seperti rasa sayangnya pada Kevin, Kakak kandung Bara yang telah berkhianat.
"Aku akan melindungi Tuan Bara dengan cara apapun." desis Sofia dengan tangan terkepal. Ia ingat dulu pernah memergoki Kevin hendak membunuh Bara beberapa kali, namun Sofia selalu bisa menggagalkan rencana jahat anak lelaki kesayangan Olivia itu. Namun, hal yang paling membuat Bara terpukul adalah ketika harus menerima kenyataan istrinya telah berselingkuh dengan Kevin.
Dan kematian kevin di tangan Sabrina waktu itu membayar lunas semua sakit hati Bara. Kini, Olivia datang memaksa kehendaknya menikahkan Bara dengan Estrella. Ada apa ini sebenarnya?
Sementara Sofia berkutat dengan pikirannya, di dalam ruang tari, Maira dan Bara saling mencumbu satu sama lain.
"Bee, aku menginginkan putra."
Maira bangun, mengangkat kepala menatap Bara yang tengah menikmati setiap inci tubuhnya. Maira memang telah berhenti mengkonsumsi pil kontrasepsi, namun melihat kondisi mereka yang saat ini sedang menyembunyikan status, ia jadi belum siap untuk punya anak.
"Mas Bara... apa ini tidak terlalu cepat?" tanya Maira ragu.
"Tidak sayang, aku ingin penerus ku segera lahir." ujar Bara mengatur nafasnya yang mulai terengah-engah.
Dan setelah Maira mendapatkan pelepasan pertamanya malam itu, Bara mulai memompa mereka lagi. Berusaha memenuhi rongga Maira dengan calon benih yang akan tumbuh.
Maira menatap suaminya sayu. Semoga Tuhan selalu melindungi keluarga yang akan segera bertambah nanti.
ko kaya di novel cerita hidup mu Thor
pilih yg terbaik untuk mu
untungnya Kevin mati....kl ngga perang Baratayudha beneran
Tuhan pasti memberikan kebaikan yg terbaik dibalik kejadian yg menimpa kita.
teruslah berpikir positif atas segala kejadian.
memang tdk mudah...
semangat kak💪
othor keceh comeback again, apa kabare si Beben kak??????😂😂
masi kah pake pempers?????
ada notif langsung gassss.....
apa kabar mak, moga mak Julie yg cantik mem bahenol selalu sehat2 dan lancar semuanya Aamiin🤲
biar semangat up nya...🥰🥰🥰