Kisah ini di ambil dari kisah nyata kehidupan seorang pria bernama Prima.
Prima pindah ke Semarang setelah lulus SMP di Bogor. Dalam perjalanan naik kereta api malam, dia bertemu Cintya, siswi SMA asal Ungaran yang juga menuju Semarang. Mereka mulai berbincang ringan selama perjalanan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eimbot_okong98, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35
"Yank, nih aku bawain makan buat kamu," ucap Saskia.
"Cepet banget? Emm.. Ya udah masuk yu, tapi..," ucap gw.
"Kenapa?" tanya Saskia keheranan.
"Ada Cintya, yank," jawab gw.
"Ya udah, aku pulang aja ya," ucap Saskia.
"Eh, jangan yank, kamu kenapa sih?" tanya gw.
"Mungkin kamu perlu waktu untuk berduaan, aku ngerti, koq," ucap Saskia.
"Engga, dia cuma nengokin aku aja, tadi dia dateng sama ortu nya, tapi mereka pulang duluan," ucap gw masih memegang tangan Saskia yang bersiap untuk pergi.
"Lepasin tangan aku, biarin aku pulang," Saskia memaksa.
"Kamu ga biasanya kaya gini, kamu yang aku kenal itu penyabar, kenapa sekarang jadi gini?" tanya gw.
"Yank, aku ini manusia biasa, aku juga punya hati, aku udah cape diginiin terus," ucap Saskia.
"Tapi aku ga ada apa-apa sama Cintya, mungkin dia cuma mau balas budi karna waktu dia sakit, aku jenguk dia, masuk akal, kan?" tanya gw berharap.
"Ya udah, tapi aku ga mau lama-lama kalo masih ada dia disini," ucap Saskia.
"Iya, gitu dong," gw pun menuntun Saskia masuk ke dalam rumah.
Semoga ga ada kekacauan hari ini. Gw jadi serba salah kalo udah kaya gini. Mana ga ada mba Ryana, kalo ada dia mungkin situasi agak lebih kondusif soalnya dia bisa jadi wasit. Gw rasakan hawa mulai terasa panas, panas dalam artian lain. Saskia terlihat berakting di depan Cintya, sebaliknya juga dengan Cintya, seolah tidak ada terjadi apa-apa diantara mereka berdua.
Quote:"Hai, kak, pa kabar?" sapa Saskia ke Cintya.
"Hai, baik koq, lu sendiri?" saut Cintya masih duduk di sofa.
"Aku baik, koq," saut Saskia tersenyum.
"Duduk, yank," gw mempersilahkan Saskia untuk duduk.
"Yank, ayo makan dulu, aku suapin," pinta Saskia.
"Dia udah makan tadi, gw yang suapin," ucap Cintya santai.
gw memilih diam, jangan sampe gw salah ngomong.
"Oh, sukur deh," ucap Saskia tak kalah santai.
"Prim, sini duduk, ngapain lu berdiri disitu kaya patung pancoran," Cintya menyuruh gw duduk disebelah dia.
"Gw mau ke kamar dulu, ada yang mau gw ambil," ucap gw berbohong demi menghindari ajakan Cintya.
"Yank, kamu ada baju kotor ga? aku mau cuciin pakaian kamu," Saskia menyusul gw ke ke kamar.
"Eh, udah ga usah, kamu temenin Cintya aja gih," pinta gw
"Ga mau," tolak Saskia.
"Ya udah kamu nyuci, biar aku yang temenin Cintya," ucap gw.
"Jahat banget ya kamu," ucap Saskia.
"Makanya pilih," ucap gw.
"Iya, iya," Saskia kembali ke ruang tengah.
*Ga berapa lama di kamar, gw pun balik ke ruang tengah.
"Ngobrol dong, malah pada diem-dieman," ucap gw memecah keheningan sambil duduk disebelah Saskia.
"Tiba-tiba gw jadi males ngobrol," ucap Cintya.
"Aku juga," Saskia menimpali.
"Ya kalo pada males, ngapain kek gitu.. Cin, lu kan hobi karaoke, tuh ada vcd, lu nyanyi gih," pinta gw.
"Gw juga lagi ga mood nyanyi," saut Cintya.
"Yank, mana katanya mau nyuapin aku? laper nih," pinta gw.
"Makan aja sendiri, emang kamu ga punya tangan?" ucap Saskia cuek.
Gw berusaha mencairkan suasana meskipun gw tau kalo usaha gw sia-sia. Gw bener-bener harus pinter mencari kalimat yang baik dan benar sebelum mengeluarkan suara. Salah bicara dikit, bukan ga mungkin ada sesuatu yang bakal melayang ke kepala gw dari tangan kedua cewe ini
Tapi nasib gw cukup beruntung. Setelah beberapa waktu gw terjebak diantara kedua makhluk Tuhan yang paling seksi ini, gw mendengar ada seseorang membuka pintu pagar didepan rumah. Rio dkk terlihat memasuki pekarangan rumah. Dan tampak beberapa temen sekelas gw di 1.f juga hadir. Suasana rumah mendadak ramai. Selamet gw
Quote:"Kak, gimana keadaan kakak?" Fika berlari ke arah gw sambil mencium tangan gw. jadi gemes gw liatnya.
"Udah mendingan, koq," jawab gw tersenyum.
"Nih, aku bawain buah buat kakak," Fika meletakkan parcel berisi buah-buahan disebelah gw.
"Makasih banyak ya, Fik," ucap gw.
"Sama-sama, kak," saut Fika.
"Kamu ga papa, Prim?" Dina bertanya.
"Engga papa, cuma lecet-lecet dikit aja," jawab gw.
"Tapi Rio udah bilang ke lu kan supaya ga ngomong ke ortu gw?" tanya gw.
"Iya, aku belum bilang siapa-siapa sama orang di komplek," jawab Dina.
"Makasih, ya," ucap gw.
"Tapi menurutku, kamu harus secepetnya ngabarin mamah kamu, jangan sampai mamahmu tau dari orang lain," ucap Dina.
"Iya, tapi ga sekarang," jawab gw.
"Aku kaget banget dengernya waktu Rio cerita kamu tabrakan," ucap Dina.
"Kagetnya harus pake banget, ya?" tanya gw becanda.
"Ih, malah dicandain," ucap Dina.
"Maaf, abisnya elu tuh kaku banget perasaan, harus banyak dibawa becanda," ucap gw.
"Gitu, ya? aku ga terlalu suka becanda, Prim," saut Dina.
"Kalo gitu, mulai sekarang lu harus banyak becanda biar lebih rileks," ucap gw tanpa menyadari ada 2 sosok yang merhatiin saat gw lagi ngobrol intens sama Dina.
Akhirnya pertempuran antara kubu ratu lebah dan ratu tawon bisa dihindari. Mba Ryana pulang membawa banyak makanan. Di rumah jadi berasa kaya ada pesta dadakan. Saskia dan Cintya sudah mulai membaur dengan anak-anak yang lain.
Begitulah... Selama sepekan ini gw menghabiskan waktu untuk pemulihan dengan tiduran dan istirahat di rumah seharian. Saskia setiap hari datang ke rumah untuk menjenguk gw, Saskia makin manja, dia sering minta di telepon setiap malam, dan sekali nelpon ga cukup sebentar. Cintya, hanya menanyakan keadaan gw via telepon. Mba Ryana sering pulang kerja lebih awal hanya untuk mengecek kondisi gw. Btw, motor gw belum ada kabarnya.
Sampai tiba lah saatnya gw masuk sekolah. Cukup ngenes saat tau gw dijebloskan ke kelas IPS, padahal gw ngarep bisa masuk ke IPA. Rio, Jeremy dan Fika ga lebih beruntung dari gw, mereka juga masuk IPS. Hanya Saskia dan Dina yang masuk IPA, sama hal nya dengan Cintya.
Hari pertama masuk sekolah gw langsung pasang mata tajam-tajam, siapa tau ada adik kelas cewe yang layak untuk dikecengin (intermeso gan). Gw rada tebar pesona dikit biar ada murid baru deketin gw terus minta tanda tangan sama foto bareng Kayanya sekolah ini terlihat lebih fresh dengan kedatangan murid-murid baru, ga kaya selama ini, setiap ke kantin mukanya itu-itu aja yang gw temuin.
Gw lagi nongkrong di teras depan aula sama Rio dan Jeremy..
Quote:"Banyak godaan sekarang, ya," ucap Rio.
"Maksud lu,? tanya gw ke Rlo.
"Banyak adek kelas yang ngegemesin, gw takut tergoda," ucap Rio.
"Cari aja buat serep ga papa kali," saut Jeremy.
"Lu kata mobil, pake serep," saut Rio.
"Emang ga bosen sama Feby, lu?" tanya Jeremy ke Rio.
"Eh genjer, gw biar begini-begini tetep setia cuma sama satu cewe... wuidih, coba liat tuh cakep banget, putih kaya kapur, gw harus dapet nomernya nih," Rio sambil menunjuk ke seorang cewe yang sedang berjalan di koridor kelas.
"Loh, itu adek kelas gw waktu di smp, namanya Anjar, bintangnya di smp gw tuh dulu, men," Jeremy tak kalah heboh.
"Iye cakep juga ya," saut gw.
"Anjaaarrr!" Jeremy memanggil cewe itu.
"Ni si genjer emang udah ga punya urat malu kalo ke cewe" gw berkata dalam hati.
"Hai, kak," Anjar tampak melambai ke arah kami bertiga.
"Sini," Jeremy meminta Anjar.
*Anjar menghampiri kami bertiga, ternyata saat gw liat lebih dekat, gw membayangkan Anjar adalah mba Ryana versi remajanya.
"Kamu masuk sini juga toh, dek," Jeremy menyapa Anjar.
"Iya, kak, aku udah lama mau masuk ke sekolah ini, soalnya banyak model terkenal yang lulusan sini," jawab Anjar.
"Emang kamu mau jadi model, tah?" tanya Jeremy.
"Iya, kak, doain aku yah," ucap Anjar.
"Oh, iya, kenalin temen-temen kaka nih," Akhirnya, saat-saat yang paling dinanti pun tiba.. Jeremy mengenalkan Anjar ke gw dan Rio.
"Halo, Anjar, panggil aja Rio," Rio memperkenalkan diri.
"Halo, Prima," ucap gw.
"Halo kak Rio, halo kak Prima, aku Anjar" ucapnya.
"Kalo ada apa-apa disini, bilang aja sama kita ya," ucap Jeremy bak pahlawan yang siap menawarkan bantuan.
"Iya, makasih, kak.. Aku mau ke kelas dulu ya, dadah semua," Anjar berlalu meninggalkan kami bertiga.
*Anjar udah menjauh dan saatnya gw membahas cewe satu ini.
"Eh, rumahnya dimana, Jer?" tanya gw sebelum keduluan Rio.
"Rumahnya deket sama lu, Prim," jawab Jeremy.
"serius cuk?" tanya gw ingin lebih memastikan.
"Iya suer," jawab Jeremy.
"Lu punya nomer hape nya, Jer?" Rio tak ingin kalah..
"Ga punya gw, lu minta lah sendiri ke orangnya," jawab Jeremy.
"Koq bisa ya ada cewe secantik itu," ucap Rio.
"Kalo udah sering ketemu juga ntar bosen, Feby juga lu bilang gitu dulu, sekarang ga pernah lagi gw denger lu bilang Feby cantik," ucap gw.
"Yang ini beda, Prim," saut Rio.
"Kalo sama berarti klonengannya itu, aneh-aneh aja lu," saut gw.
"Udah yu ke kantin, gw laper," Jeremy mengajak gw dan Rio.
Kami bertiga duduk di kantin. Saskia sms ke gw kalo hari ini dia ga bisa masuk karena ada urusan keluarga katanya. lagi asik gw ngobrol, tiba-tiba Cintya menghampiri gw dengan muka serius. Cintya memaksa gw untuk ikut dia.
Quote: "Prim, bisa ikut gw ga? ada hal penting yang mau gw sampein ke elu," pinta Cintya.
"Ada apa sih, bikin gw tegang aja," ucap gw masih keheranan.
"Cepet, gw ga punya banyak waktu," ajak Cintya.
"Iya, iya... Eh, yo, Jer, gw tinggal dulu ya," pamit gw ke mereka.
*Cintya menarik gw ke halaman belakang sekolah.
"Ada apa sih?" tanya gw sesampainya di halaman belakang sekolah.
"Prim, apapun yang gw omongin, plis, lu ga boleh berburuk sangka ke gw, ya?" ucap Cintya.
"Iya, apaan," gw masih ga terlalu peduli.
"Janji?" ucap Cintya lagi.
"Iya, gw janji, cepetan ngomong," gw memaksa.
"Temen gw barusan ngabarin gw, tadi dia kan berangkat ke sekolah agak siangan, terus pas dijalan dia ngeliat Saskia jalan sama cowo gitu," ucap Cintya.
"Nah, ini... Ini yang gw takutin, ternyata kejadian juga, kalo lu masih suka sama gw harusnya lu main fair dong, jangan pake cara pengecut kaya gini," sangkal gw.
"Lu udah janji barusan, masa lu lupa?" ucap Cintya.
"Iya, terusin omong kosong lu ini," saut gw.
"Terserah lu mau percaya atau engga, itu bukan urusan gw, yang penting gw udah menyampaikan apa yang seharusnya lu denger," Cintya melanjutkan.
"Siapa tau itu sodaranya, dia hari ini ada urusan keluarga, atau temen lu salah liat, dan kemungkinan terakhir ini cuma akal-akalan lu," ucap gw.
"Prim, niat gw baik mau ngasih tau lu, tapi kenapa begini balasan lu?" ucap Cintya.
"Cin, gw udah percaya banget sama Saskia, dia ga mungkin khianatin gw seperti hal nya yang lu lakuin ke gw dulu," ucap gw.
"Koq, lu jadi ngebahas gw? gw tuh disini mau ngasih info buat lu, bukannya mau ngomongin masa lalu kita," ucap Cintya.
"Udah cukup ya, gw ga percaya sama apa yang lu omongin, silahkan lu mau berprasangka jelek ke Saskia itu hak lu, yang jelas gw lebih percaya sama pacar gw daripada lu," gw pun pergi meninggalkan Cintya sendirian.
"Satu hal yang harus lu tau, gw tuh ga suka sama lu," ucap Cintya dibelakang gw.
"Bodo amat," ucap gw.
Ga habis pikir gw sama apa yang di obrolin Cintya barusan. Bisa-bisanya dia berusaha ganggu hubungan gw sama Saskia. Padahal gw mengira dia udah ngerelain gw sama Saskia. Kemarahan gw ke Cintya makin menjadi, tiba-tiba gw jadi muak kalo ngebayangin muka Cintya.
Akhirnya gw mengambil handphone dari saku celana dan mencoba untuk menghubungi Saskia. Setelah beberapa kali mencoba akhirnya telepon gw diangkat Saskia.
Quote: "TELEPON
"Maaf, yank, aku tadi lagi di kamar mandi," ucap Saskia.
"Oh, kamu lagi dimana?" tanya gw.
"Aku lagi dirumah tante, yank," jawab Saskia.
"Oh gitu, sama siapa tadi pergi?" tanya gw.
"Aku dijemput sodara aku, kenapa, yank?" tanya Saskia.
"Ga papa, ya udah, jangan lupa makan ya," ucap gw.
"Iya, kamu juga ya," ucap Saskia.
"Iya, aku tutup ya," saut gw
Bener kan tebakan gw, itu pasti sodaranya. Kelihatan disini siapa yang mencoba bermain dengan api.
Gw pun balik ke kantin, ternyata sudah ada Anjar duduk bersama Rio dan Jeremy, mereka tampak sedang asik mengobrol. Baru aja gw duduk dan ngobrol-ngobrol dengan mereka, tapi lagi-lagi Cintya... Dia nelpon gw. Awalnya gw biarin, tapi dia terus-terusan nelpon. Akhirnya gw angkat.
Quote: "TELEPON
"Prim, lu harus ikut gw sekarang!!" suara Cintya begitu nyaring.
"Apalagi sih??" jawab gw tak kalah nyaring.
"Kali ini aja, lu harus turutin perkataan gw, pliss...," pinta Cintya.
"Gw ga mau!" ucap gw.
"Lu mau tau kebenarannya, kan?" tanya Cintya.
"Maksud lu apa?" tanya gw lagi.
"Kalo gw salah kali ini, gw rela menghilang dari kehidupan lu selamanya, Prim," pinta Cintya suaranya mulai melemah.
"Mau kemana emang?" tanya gw.
"Kita harus ke Manyaran sekarang," ajak Cintya.
"Gw ga bawa motor," saut gw.
"Pinjem dulu sama siapa kek," Cintya masih memaksa..
"Ya udah, lu dimana?" tanya gw.
"Gw tunggu di depan gerbang," jawab Cintya.
Telepon gw tutup. Akhirnya gw pinjem motor Rio untuk pergi bersama Cintya yang gw pun ga tau kemana Cintya mau membawa gw.
Gw di jalan menuju suatu tempat yang disebutkan Cintya. Setelah diarahkan seseorang melalui handphone Cintya yg gw curiga adalah temennya, sampailah gw di sebuah hotel. Kenapa gw jadi dibawa kesini. Ga mungkin Cintya mau ngajak gw main kuda-kudaan juga.
Semakin penasaran gw pun bertanya ke Cintya.
Quote:"Ok, sekarang kita ada di depan hotel, terus...?" tanya gw ke Cintya.
"Gw mau nunjukkin sesuatu ke lu, berdoa aja semoga gw salah," ucap Cintya.