Elangga Sky Raymond Wesley, seorang Badboy Tengil yang memiliki tubuh Hot. Dia adalah pemimpin geng motor Black Demon, yang selalu membuat onar di SMA Bintang Alam, masuk bk sudah langganan baginya.
Bagaikan air dan minyak yang tidak pernah bersatu, Elang dan papanya tidak pernah akur karena sebuah masalah. Papanya sudah muak dengan kenakalannya, hingga tiba-tiba menjodohkannya dengan seseorang.
Adzkia Kanaya Smith, anak baru di SMA Bintang Alam. Penampilannya yang culun ternyata menyimpan segudang rahasia. Tujuannya pindah sekolah karena ingin balas dendam pada seseorang. Dan takdir seakan berpihak padanya, ia di nikahkan dengan pria yang di incarnya.
"Ini akan menyenangkan," gumamnya sambil tersenyum smirk.
~HAPPY READING~
UP SEHARI 2X
PUKUL: 00.00 & 01.00
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon risma ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 24
"Kan bener kata gue juga!"
"Gileee, itu beneran Elang?!"
"Pertama kalinya gue liat lo manja sama cewe!"
Elang menatap teman-temannya masih terkejut. Ternyata sedari tadi mereka mengintip. Sial malah ketahuan, apalagi dirinya yang sedang bermanja dengan istrinya.
"Lang, lo hutang penjelasan!"
"Ck, iya-iya gue jelasin!" Elang menarik pelan istrinya menuju gazebo yang ada di rooftop. Dan di ikuti oleh teman-temannya.
"Jadi, apa hubungan kalian?!" tanya Nathan tidak sabaran.
"Sabar anjing!"
Elang melirik istrinya yang hanya diam menunduk, takut jika temannya tidak akan menyetujui hubungan mereka. Ia menggenggamnya lembut, sambil tersenyum menenangkan.
Elang menarik tangan kiri Kia begitupun tangan kirinya. Memperlihatkan jari manis mereka yang memakai cincin couple.
"Dia istri gue!"
"What the fuck?!"
"Gak usah bercanda, anjing!"
"Kalian masih sekolah, mana boleh nikah!"
"Kita di jodohin, Kia anaknya temen bokap gue. Dan kita nikah sekarang karena permintaan bokap gue. Dia pengen gue berubah," jelasnya yang membuat teman-temannya terdiam.
"Awalnya gue nolak pernikahan ini. Tapi makin lama tinggal bareng, gue nyaman. Gue udah sayang sama dia," lanjutnya.
"Ini beneran? Temen kita udah nikah?!" tanya Aldo masih tidak percaya.
"Tapi lo jahat, gak ngasih tau kita!" ucap Nathan kesal.
"Sorry, kita nikah secara tertutup. Dan baru nikah sirih."
"Sekarang kalian udah tau hubungan kita. Inget ya, jangan kasih tau siapapun! Lo pada juga harus jagain Kia, dia cewek gue!" tegasnya.
"Siap, Bos!"
"An, kata gue ge apa. Lo udah gak ada harapan lagi! Mending mundur aja!" sindir Bima melihat Juan yang hanya diam masih tidak percaya.
"Gue duluan!" Juan berlalu pergi begitu saja.
Sakit? Tentu, tapi dia harus ikhlas. Juan tidak marah, dia hanya masih belum menerima kenyataan saja. Belakangan ini ia terus berusaha mendekati Kia, bahkan berniat menembaknya. Ternyata Kia adalah istri sahabatnya sendiri. Pertama kalinya Juan benar-benar suka sama seseorang, malah harus mundur untuk mengejarnya.
Elang mengangkat alisnya melihat kepergian Juan. Sepertinya ia harus segera berbicara dengan pria itu. Sedangkan Raka seperti biasa, dia hanya diam saja tak banyak berbicara. Sedari tadi fokus memperhatikan gadis di samping sahabatnya, menatapnya dengan penuh intimidasi. Ia merasa seperti ada yang aneh dengannya.
"Gue pulang dulu ya. Pusing, mau istirahat," pamitnya sambil beranjak dari duduknya dan tidak lupa menarik tangan istrinya.
"Hati-hati, semoga cepet sembuh!" Elang hanya mengangguk dan memilih segera pergi.
Sedangkan Nathan, Bima, Aldo dan Raka masih berada di sana. Mereka terdiam beberapa saat.
"Lo pada seneng gak sih?" tanya Nathan memecahkan keheningan.
"Gue seneng dia bahagia. Tapi, entah kenapa hati gue kayak gak terima," sahut Bima.
"Perasaan gue juga gak enak. Gue takut kebahagiaannya hanya sekejap," ujar Aldo.
"Ka, menurut lo gimana?" ketiganya menoleh pada Raka yang masih dalam posisinya.
"Gue seneng-seneng aja, selagi dia bahagia."
'Ada yang gak beres.'
...***...
"Huekk ... Huekk ...."
Saat sampai di apartemen tadi, Elang terus muntah-muntah. Membuat tubuhnya semakin lemas, bibirnya sudah pucat pasi.
"Kamu kenapa sih, kita ke rumah sakit aja ya?" Kia masih setia memijit tengkuknya.
"Gak usah, cuman masuk angin. Kerokin aja," ujarnya sambil bersender di tembok kamar mandi.
Kia menuntunnya ke kamar, dan membantunya rebahan. "Makan dulu ya?"
Elang menggeleng pelan, dirinya tidak nafsu makan. "Kerokin aja, eneg," pintanya yang di angguki oleh istrinya.
Elang membuka bajunya dan membalikkan tubuhnya. Kia mengambil minyak kayu putih dan uang koin. Ia mulai menuruti permintaan suaminya, mengerok punggungnya. Sama sekali tidak memerah, hanya samar. Padahal biasanya jika masuk angin baru dua sampe tiga kali menggeseknya saja sudah memerah.
Setelah selesai di kerok, Kia berlalu pergi menuju ke dapur berniat mengambil makan dan obat. Sedangkan Elang masih meringkuk di tempat tidurnya. Tiba-tiba perut bawahnya terasa sakit, Elang meringis pelan memegangi perut kirinya.
Cklek!
Pintu terbuka, istrinya berjalan masuk dengan membawa bubur dan beberapa obat.
"Ayo makan dulu. Dikit aja, yang penting ke isi. Biar gak mual lagi," Elang hanya mengangguk pasrah, ia mencoba tersenyum tipis menahan rasa sakitnya.
Kia mulai menyuapinya, baru saja tiga suap Elang sudah merasa mual. "Udah, eneg."
Kia menghela nafas pelan, lalu menaruh mangkuk bubur di atas nakas. Ia meraih beberapa obat dan segelas air putih, "Minum dulu obatnya."
Elang hanya menurut dan langsung meminum obatnya, "Pijitin kepalanya, pusing," pintanya yang di angguki oleh istrinya.
Kia masih setia memijitnya, hingga membuatnya tertidur pulas. Kia menatap wajah pucatnya, perlahan mengelus pipi lebamnya.
'Liat gini, gue jadi gak tega bales semuanya.'
'Tapi lo, udah buat gue kehilangan dua orang yang gue sayang. Orang yang sangat berarti buat gue!'
...***...
Lagi-lagi selama sehari Elang tidak masuk sekolah karena sakit. Dan Kia memilih merawatnya, padahal sudah beberapa kali Elang memintanya untuk masuk saja. Namun, gadis itu kekeh ingin menemaninya. Membuat Elang semakin tergila-gila padanya.
Dan hari ini, Elang sudah mendingan dan kembali berangkat sekolah. Jam pelajaran pertama gurunya tidak bisa hadir. Mereka asik masing-masing. Seperti saat ini Elang dan teman-temannya memilih mengobrol.
"Lo udah sembuh?" tanya teman-temannya.
"Mendingan."
"Lo akhir-akhir ini gampang banget sakit. Jaga kesehatan, Lang."
"Iya, thanks."
Elang menghampiri Juan yang sedari tadi diam saja. Terdapat luka memar di tangannya, ia sudah hafal siapa yang menyakitinya.
"An, gue minta maaf soal kemaren. Maaf gak ngasih tau lo dari awal," ucapnya sambil merangkul pundaknya.
Juan menoleh sambil tersenyum tipis, "Sans, gue seneng liat lo bahagia. Jangan sia-siain dia! Kalo lo gak mau, kasih gue aja!" guraunya.
Elang melototkan matanya, lalu menepuk-nepuk pundak Juan sambil tersenyum tipis. "Lo kalo ada masalah, cerita aja sama kita."
"Tangan lo?" tanyanya sambil melirik lengan memar Juan.
"Biasa," jawab Juan sambil tersenyum sangat tipis.
"Sabar ya, An. Kalo lo udah gak sanggup, tinggal di markas aja!"
"Iya, Lang. Gue masih sayang sama dia."