“Aku akan membuatmu hamil, tapi kau harus melakukannya dengan caraku dan hanya aku yang akan menentukannya. Setelah kau hamil, kontrak kita selesai dan pergi dari hidupku.”
Itulah syarat Alexander Ace—bosku, pria dingin yang katanya imp0ten—saat aku memohon satu hal yang tak bisa kubeli di tempat lain: seorang anak.
Mereka bilang dia tak bisa bereaksi pada perempuan. Tapi hanya dengan tatapannya, aku bisa merasa tel4njang.
Dia gila. Mendominasi. Tidak berperasaan. Dan terlalu tahu cara membuatku tunduk.
Kupikir aku datang hanya untuk rahim yang bisa berguna. Tapi kini, aku jatuh—bukan hanya ke tempat tidurnya, tapi juga ke dalam permainan berbahaya yang hanya dia yang tahu cara mengakhirinya.
Karena untuk pria seperti Alexander Ace, cinta bukan bagian dari kesepakatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ferdi Yasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 35 Jangan Menggangguku Lagi
Alex tiba di kantor pagi ini dengan mood seburuk kopi basi.
Eve menendangnya dari ranjang saat dia bangun tadi pagi—secara harfiah. Dan dia jatuh. Ke lantai. Tanpa peringatan.
Sialan.
Dia yang semalam jadi bantal hidup, yang lengan kirinya sampai mati rasa karena menopang tubuh Eve, malah ditendang begitu saja?
Kalau tahu begini, harusnya dia biarkan saja wanita itu terguling sampai ke bawah ranjang. Sampai tersangkut di kolong juga tidak masalah.
Setiap langkah Alex menuju lantai atas diiringi bisik-bisik. Dia mendengarnya. Jelas.
“Sumpah, kalau bisa tukar jiwa dengan Eve, aku rela!”
“Ini gila, dia cuma pembuat kue tapi bisa menikah dengan Direktur Ace!”
“Sepertinya … Direktur itu cinta mati sama Eve. Liat aja cara dia memandang Eve kemarin malam.”
Alex menyunggingkan senyum miring. Setipis benang.
Cinta mati?
Kalau ‘cinta mati’ itu artinya ‘ditendang dari tempat tidur setelah jadi bantal sepanjang malam’, maka ya, mungkin mereka benar.
Wanita itu benar-benar meminta kematian!
Lihat saja, jika lain waktu dia yang tertidur di sisinya, dia pasti akan melakukan hal yang sama.
Video Alex dan Eve terus membakar media sosial.
Sementara itu, di sisi yang lain ....
Celline menggertakkan giginya melihat Noah menonton video Alex dan Eve yang diulang-ulang. Dia juga tahu kalau Noah sempat menjenguk Eve diam-diam di rumah sakit waktu itu, dan sekarang Noah meledak-ledak hanya karena video c!uman mantan istrinya.
Dia tak tahan lagi.
Hari itu juga, Celline memutuskan pulang ke rumah orang tuanya. Siap menangis, merengek, atau berguling di lantai kalau perlu. Asal dapat dukungan.
Tapi saat dia baru menginjak halaman, suara teriakan Remon menyambutkan lebih dulu.
“Kau pikir memimpin perusahaan itu mudah? Semua ini juga karena kau! Kau dengan semua gaya hidupmu yang selangit itu. Kau berlagak menjadi ibu mertua dari keluarga Ace, menghamburkan semua uang untuk berfoya-foya dan sekarang menyalahkan aku.”
Celline berhenti di depan pintu, menatap Ibu dan Ayahnya yang saling menunjuk.
“Ibu, Ayah, ada apa ini?”
“Lihat, lihat kelakuan ibumu ini!” teriak Remon sambil menunjuk wajah Jenny. “Setiap malam dia mengadakan pesta untuk teman-temannya yang tidak berguna itu hanya untuk mengatakan bahwa dia adalah Ibu Mertua Alexander Ace!”
Lalu Jenny membalas teriakannya, “Apa yang salah? Aku hanya menyesuaikan diriku, karena salah satu anakku menjadi bagian keluarga mereka. Tentu saja aku harus menempatkan diriku dengan sebaik mungkin.”
“Kau itu sudah tidak waras!”
“Hentikan!” teriak Celline dengan kesal dan marah. Dia ke sini untuk mengadukan kelakuan Eve, tapi malah dia yang mendapatkan tontonan kedua orang tuanya yang beradu mulut.
Dan itu juga karena Eve. Agh … kenapa selalu saja wanita itu?
Celline menarik napasnya dalam-dalam dan memandangi mereka bergantian. “Jadi ini karena Kak Eve?”
“Ya, ibumu itu menghamburkan uang dan mengatakan pada semua orang jika dia adalah ibu mertua Alex. Sekarang, perusahaan kita menunggak banyak sekali hutang. Bahkan dana untuk proyek terbaru perusahaan pun ikut ludes. Aku sudah mengambil pinjaman dari banyak perusahaan, tapi tidak ada yang mau bekerja sama dengan perusahaan kita karena tahu kita akan bangkrut.”
Remon menjadi sangat putus asa dan terduduk di atas kursi.
“Yah, apakah benar tidak ada satu pun yang mau berinvestasi di perusahaanmu?”
“Sebenarnya ada, aku memiliki satu harapan pada temanku, tapi aku ragu dia mau menyetujuinya melihat kondisi perusahaan seperti ini.”
“Ini semua terjadi karena Kak Eve. Meski dia memiliki suami kaya raya, dia malah semakin tidak memiliki hati untuk menengok keadaan kalian di sini.”
Remon menoleh padanya, kedua alisnya menukik.
Sebenarnya … itu benar. Apalagi mengingat bagaimana Eve menulis bahwa anjing dan keluarganya tidak boleh masuk ke aula waktu pernikahannya dulu.
Eve memang … keterlaluan!
Lalu Celline melanjutkan lagi, “Karena ini semua terjadi gara-gara Kak Eve, tentu saja dia sendiri yang harus menyelesaikannya.”
“Tidak mungkin. Aku tahu kalau Direktur Ace menikahinya hanya untuk pernikahan kontrak. Alex tidak akan mau menggelontorkan uang hanya demi wanita yang dia sewa.”
“Aku tahu. Itu sebabnya aku berkata jika Kak Eve sendiri yang harus bertanggungjawab, bukan Alex.”
“Apa … dia memiliki uang yang sangat banyak? Apa Alex membayarnya?”
Celline mengedikkan bahu. “Entahlah. Tapi … aku punya cara agar dia mau bertanggungjawab untuk perusahaan keluarga kita.”
Eve tidak tahu apa yang sedang terjadi dengan keluarganya.
Hanya sebuah pesan singkat dari Remon yang mengusik pikirannya sejak siang:
"Mampirlah ke rumah sore ini. Ayah ingin bicara."
Singkat. Dingin. Tanpa basa-basi.
Dan entah kenapa, firasatnya tidak enak.
Sore itu, mobilnya menepi di halaman rumah lama yang mulai terasa asing. Tidak ada suara.
Pelayan hanya berkata, “Tuan Remon menunggu di ruang kerja.” Dengan raut wajah yang Eve tidak suka.
Eve mengetuk pelan, “Ini aku.”
“Masuk.” Ayahnya menjawab dari dalam.
Pria itu sudah duduk di kursi kerjanya, menutup berkas saat melihat kedatangan Eve. “Duduklah, Eve.”
Eve menarik kursi di depannya, duduk dengan patuh. “Maaf, aku tidak bisa berlama-lama di sini. Apa ada sesuatu yang mau kau bicarakan denganku?”
“Apa kau tahu, perusahaan keluarga kita dalam kesulitan. Tidak ada satu pun yang mau berinvestasi di perusahaan karena mereka yang sudah mengetahui keadaan perusahaan. Jika terus dibiarkan seperti ini … maka tidak lama lagi kita pasti akan bangkrut, Eve. Hutangku sudah menumpuk dan aku tidak bisa menyelesaikannya.”
“Aku tidak punya uang sebanyak itu untuk menolong perusahaan. Mungkin aku hanya bisa membantu beberapa saja.”
“Tidak, tidak. Aku tidak membutuhkan bantuan yang seperti itu, Eve. Aku memiliki satu harapan lagi, dan dia mungkin mau berinvestasi di perusahaan. Hanya saja … aku ragu dia mau melakukannya atau tidak.”
“Lantas, apa hubungannya denganku?”
“Aku ingin kau berbicara padanya, temani dia minum dan katakan jika kau memiliki koneksi yang bagus dengan Direktur Ace. Tidak perlu katakan kau istrinya jika suamimu tidak mengizinkan. Jika dia mendengar dan mengetahui siapa dirimu, aku yakin dia pasti mau membantuku.”
Eve tertawa hambar dan berdiri dari duduknya. “Jadi maksudmu, kau menyuruh aku menemani orang asing untuk minum lalu merayunya?”
Remon bangkit Remon berdiri. “Bukan begitu maksudku. Hanya … kau cukup temani dia, buat dia tertarik, lalu pergi. Aku yang akan urus sisanya.”
Eve berdiri. Matanya dingin. “Aku tidak mau.”
Dia mengambil langkah dan hendak meninggalkan Remon begitu saja, tapi tiba-tiba Remon menghadang langkahnya dan berlutut.
“Eve, aku mohon … kau satu-satunya harapanku. Aku membesarkanmu. Aku tak pernah meminta balasan apa pun selama ini. Aku membesarkanmu seperti membesarkan Celline. Sekarang, aku sangat membutuhkan bantuanmu. Jika bukan kamu … ke mana lagi aku harus mengemis? Apa aku harus menghadap suamimu?“
“Hentikan. Aku akan membantumu. Tapi ini untuk yang terakhir kalinya. Setelah itu, tolong jangan menggangguku lagi.”
Eve menatap pria yang ia sebut ‘Ayah’. Laki-laki yang kini berlutut demi kepentingannya sendiri.
Jika dia mengembalikan nafasnya pada Remon, apa hutang budinya akan lunas?
***