Setelah menangkap basah suaminya bersama wanita lain, Samantha Asia gelap mata, ia ugal-ugalan meniduri seorang pria yang tidak dikenalnya.
One Night Stand itu akhirnya berbuntut panjang. Di belakang hari, Samantha Asia dibuat pusing karenanya.
Tak disangka, pria asing yang menghabiskan malam panas bersamanya adalah CEO baru di perusahaan tempat dirinya berkerja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dewi Payang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35. Oleng
Samantha turun lebih dulu dari altar, dan Kiano mengikutinya dari belakang.
Kala tatapan Samantha bertabrakan dengan ribuan pasang mata jemaat yang tengah memandanginya, mendadak pandangannya berkunang-kunang, sendi-sendinya melemas, tepat pada undakan tangga altar terakhir dirinya oleng, menyita perhatian penuh seluruh jemaat yang mendadak panik melihatnya, khawatir Samantha benar-benar terjatuh.
"Hups!"
Beruntung Kiano yang berjalan di belakangnya sigap, reflek menangkap tubuh Samantha yang oleng.
"Kamu... Baik-baik saja?" tanya Kiano cemas.
'Kepalaku pusing, nafasku juga sesak..." Samantha masih sadar, berusaha berdiri tegak, tapi pandangannya mengabur, dan tenaganya pergi entah kemana.
"DOKTER!" teriak Kiano, sembari berlari membopong tubuh Samantha keluar pintu darurat gereja menuju pastori gereja.
Dari antara jemaat yang ikut cemas dan panik melihat situasi itu, seorang pria jangkung segera beranjak dari kursinya, menyusul Kiano dan Samantha menuju pastori gereja.
"Terima kasih, dokter Indra Herlambang atas kesigapan saudara," ucap sang Worship Leader (pemimpin pujian dalam ibadah) memberi apresiasi pada pria jangkung tersebut.
...***...
"Minum ini dulu," dokter Indra membantu Samantha meneguk segelas air mineral.
Di sofa tamu pastori gereja, Samantha kembali membaringkan tubuh lemasnya, wajahnya masih terlihat pucat.
Dokter Indra mengeluarkan alat medisnya dari box yang ia ambil dari mobilnya, dengan telaten segera melakukan pemeriksaan.
Dari depan pintu pastori gereja, pasangan Andreas-Bethseba dan Antonio-Selvi yang baru tiba dengan nafas memburu segera mendekat dengan raut cemas yang belum mereda.
"Bagaimana kondisi adik saya, Dok?" tanya Selvi, ia cepat membantu Samantha yang berusaha bangun dari berbaringnya.
"Bu Samantha tidak apa-apa, kesehatannya baik, ketiga janinnya juga baik, semua baik," dokter Indra tersenyum tipis, membenahi stetoskop yang baru ia gunakan untuk memeriksakan kondisi pasiennya.
Mendengarnya, semuanya langsung merasa lega.
"Sepertinya, bu Samantha tidak sarapan ya tadi pagi?" tembak langsung dokter Indera, masih tersenyum.
Mendengarnya, baik Kiano, kedua orang tua Kiano, begitu pula Antonio dan isterinya langsung menghadiahkan tatapan mengintimidasi.
"M-maaf," Samantha menjawab kikuk, juga merasa tidak nyaman. "Sudah membuat semuanya cemas,' cicitnya lemah.
"Saya.... berpuasa sejak semalam. Menghadapi hari ini.... serasa begitu berat," ucapnya lagi parau.
Tatapan Kiano, kedua orang tua Kiano, juga Antonio dan Selvi, spontan meredup, merasa sedih. Mereka tahu yang Samantha hadapi sangatlah tidak mudah, terlebih saat kondisi perempuan itu dalam keadaan mengandung.
"Saya mengerti maksud baik berpuasa yang dilakukan oleh bu Samantha... untuk merendahkan diri, memohonkan pertolongan TUHAN, mencari kehendak-Nya..." dokter Indra berucap pelan, berusaha bijak, supaya tidak menyinggung perasaan sensitif pasiennya.
"Tapi, dampak perut kosong bagi wanita hamil, bisa menyebabkan anemia, kekurangan nutrisi, kelelahan, juga kurang energi. Itu sebabnya bu Samantha tadi pandangannya berkunang-kunang hampir pingsan."
"Sarapan sangat penting bagi wanita yang tengah mengandung, selain sebagai sumber energi, juga penting untuk menjaga kadar gula darah tetap stabil, dan lebih ampuh mengurangi mual di pagi hari, karena dapat menstabilkan asam lambung," jelasnya.
"Selain itu, yang tidak kalah pentingnya adalah dampak pada janin, bila ibunya sering melewatkan sarapan paginya," dokter Indra kembali menambahkan dengan mimik seriusnya.
"Janin akan kehilangan kesempatan mendapatkan nutrisi penting di pagi hari, ini dapat menghambat perkembangannya, bayi bisa lahir dengan berat badan rendah, yang dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan pada bayi."
"Dan kekurangan nutrisi pada trimester pertama, dapat meningkatkan risiko kecacatan pada bayi karena organ-organ vital janin sedang terbentuk pada masa trimester pertama ini," jelasnya lagi lebih rinci.
"Sampai disini, kamu faham Mami0?" gemas Kiano bercampur rasa kasihan.
Atensi semua orang langsung teralihkan pada sumber suara.
"Mami0, apaan itu?" tanya Bethseba, kosakata asing itu begitu mengusik indera pendengarannya.
"Mami miliknya Kiano," sahut Kiano sekenanya.
"Astaga! Kamu sudah izin apa belum, Samanthanya mau apa nggak?" Bethseba mencubit perut putranya. Kiano hanya meringis merasakannya, tapi tertawa lagi, seakan tidak terjadi apa-apa.
Andreas mengulum senyum, teringat bagaimana dulu dirinya juga punya panggilan khusus yang manis buat Bethseba yang galak itu.
Sementara Antonio dan Selvi, keduanya hanya saling pandang, rasa sungkan pada keluarga Kiano masih menjadi tembok pemisah yang kokoh bagi mereka.
Di dekat mereka, dokter Indra yang belum menikah hanya bisa senyum-senyum sendiri sambil memasukan stetoskop-nya ke dalam box medisnya.
Usianya sedikit lebih tua dari Kiano, dua tahun. Mereka satu almamater di universitas yang sama, hanya beda jurusan akademik saja.
"Sebaiknya kamu buru-buru ajak Samantha cari makan dulu Kiano. Ayah dan Ibu, juga pak Antonio dan bu Selvi akan kembali mengikuti ibadah," ucap Andreas, melihat kondisi calon menantunya yang terlihat lemah.
"Ya, sebaiknya begitu, pak Kiano... sebelum asam lambung bu Samantha ikut naik, dan itu akan mengakibatkan keluhan-keluhan lainnya akan turut menyerang," Dokter Indra berdiri, menenteng box medisnya.
"Baik, terima kasih banyak, Dok. Saya akan lakukan seperti apa kata Dokter," Kiano menyalami dokter Indra, begitu pula Andreas dan Antonio, juga isteri-isteri mereka.
"Sama-sama. Jangan lupa apa yang telah saya sampaikan tadi, bu Samantha," dokter Indra menyempatkan diri mengingatkan pasiennya itu. "Jangan melewatkan sarapan pagi, juga istirahat yang cukup."
"Ya, Dok. Terima kasih, saya akan selalu mengingatnya," sahut Samantha cepat.
Dokter Indera tersenyum sebagai tanggapan.
"Saya pamit," ucapnya sopan lalu beranjak membawa box medisnya pergi.
Bersambung✍️
Note :
✍️Pastori gereja : tempat tinggal pendeta atau hamba Tuhan dalam sebuah gereja, yang juga berfungsi sebagai pusat pelayanan dan kehidupan rohani bagi jemaat. Selain sebagai tempat tinggal, pastori juga menjadi tempat untuk membimbing, menggembalakan, dan mempersatukan umat.