Ketika kamu ikhlas menerima semua takdir di hidupmu,maka Allah akan membalas tuntas semua kepahitan mu dengan beribu kebaikan.
Percayalah bahwa segala sesuatu yang baik untuk mu tidak akan Allah izinkan pergi dari mu, kecuali akan di ganti dengan yang lebih baik lagi (Ali Bin Abi Thalib).
Nasehat itulah yang menjadi penguat seorang gadis bernama Hasya Nur Shafiyyah,saat hidupnya di penuhi ujian pahit dan sakit, setelah ia menikah dengan pria pilihan Kakak nya.
" Kau boleh meminta apapun dari ku Hasya, kecuali nyawa dan perceraian, karena hanya kematian yang akan memisahkan kita" Ezar Atharizz calief.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisha Langsa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
35
Ezar mengusap lembut air mata Hasya, mata bulat di hiasi bulu mata lentik itu tengah terpejam rapat,mengusap keringat yang membasahi seluruh wajahnya, matanya menatap iba sekaligus tak percaya dengan apa yang baru saja terjadi di antara mereka,ia lebih tak percaya dengan dirinya yang begitu gila hingga melakukan nya berulang kali dan berakhir Hasya yang tak sadarkan diri.
" Cup... terimakasih" bisik Ezar tepat di telinga Hasya setelah ia menutup tubuh polos Hasya menggunakan selimut nya.
Ezar bangkit dari tempat tidur dan menuju kamar mandi,ia merasa tubuhnya begitu lengket oleh keringat yang keluar tak berhenti sepanjang pergulatan panas yang ia lakukan bersama Hasya.
Ezar menatap pantulan dirinya di cermin di dalam kamar mandi nya,ia mengusap lembut lehernya yang terlihat memerah,luka dengan bekas gigitan Hasya,tanpa ia sadari bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman tipis, hatinya merasa begitu puas.
" Kamu milikmu Hasya Nur Shafiyyah" batin Ezar seraya terus mengusap lehernya yang terlihat bekas gigitan Hasya.
Setelah selesai membersihkan dirinya,tak lupa Ezar membawa handuk kecil yang telah ia basahi dengan air hangat,ia menghampiri Hasya dan membersihkan area sensitif sang istri dengan handuk di tangan nya,Ezar pernah membaca artikel yang mengatakan akan lebih baik langsung membersihkan area sensitif setelah melakukan hubungan intim.
Matanya menatap terpaku pada seprai putih miliknya, terlihat ada bercak darah yang mulai mengering, lagi-lagi bibirnya tertarik membentuk sebuah senyuman tipis,dan lagi-lagi hati nya merasa bahagia dan bangga bahwa ialah pria pertama yang menyentuh Hasya.
Setelah menyelesaikan kegiatan nya, Ezar menuju ruang ganti dan memakai pakaian nya,ia meninggalkan kamarnya setelah merasa cukup dengan penampilan nya, Ezar melihat jam yang melingkar di pergelangan tangan nya, menunjukkan pukul satu dini hari.
Ezar tak yakin saat hasya tersadar atau esok pagi ia tak akan mengulangi kegiatan yang baru pertama kali untuk nya dan Hasya,jika ia masih berada di tempat itu bersama Hasya,entah apa yang merasukinya membuat dirinya tak dapat menahan sesuatu dalam dirinya yang selama ini selalu bisa ia kendalikan,namun kalah saat bersama hasya,.
Awalnya ya benar memang karena pengaruh obat laknat yang ia konsumsi karena ulah seseorang,tapi kadar obat itu bahkan sudah hilang setelah pelepasan pertama nya,ia mengulangi menyentuh Hasya dalam keadaan sadar se sadar-sadar nya dan dalam keadaan tubuh yang sudah baik-baik saja.
Ia memutuskan meninggalkan villa dan menuju mansion keluarga sang mama, Mension utama milik mamanya, meninggalkan Hasya yang masih belum sadarkan dari pingsan nya karena keganasan nya,namun Ezar akan meminta bi jum untuk mengecek keadaan Hasya besok pagi.
Ezar bahkan memilih mengemudi sendiri mobilnya,hal yang termasuk jarang ia lakukan, biasanya ia lebih suka menggunakan jasa supirnya atau asisten pribadi nya untuk mengemudi kan mobilnya.
Sekitar tiga puluh menit kemudian,Ezar menghentikan mobilnya tepat di depan gerbang megah mansion keluarga sang mama,ia menatap lumayan lama gerbang kokoh yang menjulang tinggi itu,entah apa yang tengah pria muda nan tampan itu pikirkan.
Ezar melanjutkan memasuki gerbang setelah pintunya terbuka secara otomatis, tentunya setelah alat sensor yang tersedia di depan gerbang mengenali plat mobilnya.
Ezar menghentikan mobilnya di depan garasi,tak jauh dari pintu utama mansion,ia keluar dari mobilnya dan melangkah cepat menuju pintu utama,Ezar mengedarkan pandangannya menatap sekitar ruang tamu saat ia mulai memasuki mansion, terlihat sepi dengan lampu yang semuanya sudah di matikan, menyisakan beberapa lampu kecil yang memantulkan cahaya temaram.
Ezar tak langsung menuju kamar nya,ia menuju ruang makan, berniat mengambil istirahat mineral,ia merasa tubuhnya gerah.
" Kamu baru pulang Zar? Selarut ini?" tak Ezar duga ternyata di ruang keluarga ada sang mama yang tengah menuang air ke dalam gelas.
" Mama kok belum tidur?" bukan nya menjawab,Ezar justru balik bertanya pada mama nya,hal itu membuat mama nya menatapnya jengah.
Sikap Ezar memang sejak kecil berbeda seratus delapan puluh derajat dengan putra pertamanya,jika Fairuz selalu bersikap ceria,humble dan manja padanya, berbanding terbalik dengan putra bungsunya, Ezar memiliki sifat yang terlalu dingin,kaku,pendiam dan tertutup, bahkan ia begitu arogan saat bersikap pada orang asing atau orang luar.
" Mama haus,air di kamar ternyata habis,kamu di tanya bukannya menjawab,justru balik nanya, kebiasaan" mama Farah sedikit mengomel pada putra bungsunya itu.
Tak menjawab, Ezar hanya tersenyum tipis seraya melangkah menuju lemari pendingin, membuka nya dan mengambil satu botol air mineral, membuka segel dan tutupnya dan meminumnya hingga setengah.
" Tadi kebetulan ada temen ngajakin ngumpul" hanya itu yang Ezar katakan setelah kembali menutup botol air mineral nya dan membawanya bersama nya.
" Aku duluan ke kamar,mama juga langsung kembali ke kamar,selamat malam"
Cup..
Ezar mengecup pelan kening sang mama seraya mengucapkan selamat malam,ia meninggalkan sang mama yang masih menatap punggungnya hingga menjauh menaiki tangga.
' Anak itu...kapan berubahnya,dingin seperti gunung es, kasihan wanita yang menjadi istrinya kelak' ucap mama Farah pelan,wanita paruh baya itu bergumam sendiri dan ikut meninggalkan ruang makan,kembali ke kamarnya untuk melanjutkan tidurnya.
" mama darimana? " saat tiba di dalam kamar ternyata papa Ezar ikut terbangun.
" Ambil minum pa" mama Sarah meletakkan gelas berisi air putih di tangan nya ke atas nakas.
" Papa kenapa bangun" mama Farah menaiki ranjang dan duduk bersandar, menatap wajah paruh baya sang suami.
" Ga ada mama di samping papa"
Mama Farah menggeleng seraya mencibir mendengar jawaban suaminya " biasanya juga kalau sedang ada pekerjaan keluar kota atau keluar negeri mama ga ikut"
" Itu kan beda ma,dari awal tidur ga ada mama di samping papa"
" Atau jangan-jangan papa bawa wanita lain ya buat temen tidur?" mama Farah sedikit memicingkan matanya menatap sang suami, seolah beliau mencurigai suaminya yang jelas-jelas beliau tau begitu sangat setia pada beliau.
" Mulut mama...kalau bicara suka asal,kalau ada wanita lain,sudah pasti ada yang datang mengaku sebagai adiknya Ezar" dengan enteng sang suami menjawab, karena sang istri tau bahwa suaminya itu tak pernah bisa menggunakan pengaman saat berhubungan seksual.
