Bagaimana perasaan kamu kalau teman SMAmu melamar di akhir perkuliahan?
Itulah yang dialami Arimbi, selama ini menganggap Sabda hanya teman SMA, teman seperjuangan saat merantau untuk kuliah tiba-tiba Sabda melamarnya.
Dianggap bercanda, namun suatu sore Sabda benar-benar menemui Ibu Arimbi untuk mengutarakan niat baiknya?
Akankah Arimbi menerima Sabda?
Ikuti kisah cinta remaja ini semoga ada pembelajaran untuk kalian dalam menghadapi percintaan yang labil.
Happy Reading
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lel, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ANAK
Setelah kemarin seharian hujan. Pagi ini mentari menampakkan sinar begitu cantik, sejak fajar tadi siluet oranye muncul. Pertanda kalau hari ini akan cerah.
Sabda mengajak Arimbi makan di daerah TMP (taman makam pahlawan) karena di sana ada kedai bubur ayam yang enak. Arimbi juga nanti berniat ke pasar atau toko kelontong beli sembako untuk stok di rumah Sabda.
Mereka mengendarai motor milik Arimbi yang dibawa dari rumah kemarin, jalanan tampak sepi karena weekend juga, tak ada anak sekolah yang berlalu lalang. Namun, kedai bubur itu tetap saja ramai.
Sabda memesan dua porsi bubur ayam dan jeruk hangat, Arimbi sudah memilih bangku untuk makan mereka. Sembari mengambil sate-satean seperti sate usus dan sate telor puyuh. "Kamu mau sate apa?" tanya Arimbi yang sudah mengambil sate usus dua. Sabda tersenyum saja, melihat Arimbi yang begitu semangat untuk makan. Pasti dia kelaparan, apalagi tadi malam kalori yang mereka keluarkan sangat banyak.
Sabda menggeleng, ia tak suka. Menurutnya aneh saja makan bubur ayam pakai sate begitu. "Kamu mau nambah?" tanya Sabda saat bubur ayam baru saja disajikan dengan porsi yang menurut Sabda, Arimbi pasti kurang.
"Enggak, udah kenyang pasti."
"Yakin?" goda Sabda. Arimbi mengangguk, agak aneh juga dengan Sabda yang mulai memasang wajah tengil. "Tadi malam kamu keluar banyak tenaga loh," kan tebakan Arimbi tepat, dia bakal usil. Capitan di pinggang Sabda sepertinya cukup membuat Sabda diam, namun tertawa kecil di tengah rintihan aduh nya. Dasar.
"Makanya gak usah usil," ucap Arimbi jutek, Sabda masih terdengar cekikikan. Mereka makan dengan tenang, tapi ada satu kejadian yang membuat Arimbi melongo, dengan pengakuan Sabda.
"Kamu tau gak Sayang baru kali ini aku makan dengan benar."
"Maksudnya?" tanya Arimbi yang tahu akan ada memori melankolis yang akan diceritakan oleh sang suami
"Makan tiga kali sehari," ucap Sabda sembari tersenyum menatap bubur ayam, Arimbi spontan menepuk punggung sang suami lembut, Sabda menoleh dan tersenyum pada sang istri.
"Habis ini aku pastikan kamu makan dengan baik," kata Arimbi dengan mengangguk pasti.
"Masakan kamu pasti aku makan," janji Sabda masih menatap sang istri dengan intens.
"Koki handal soalnya," cicit Arimbi sembari menepuk sisi pundaknya, bangga. Sabda langsung tertawa, mulai kan istrinya berlagak konyol.
Usai dari kedai bubur, lanjut ke pasar. Arimbi sudah biasa ke pasar, karena kalau libur sekolah atau kuliah pasti urusan belanja diserahkan ibu ke Arimbi, baik untuk jualan maupun kebutuhan sehari-hari.
Sabda mendampingi sang istri yang mulai memilih ayam, telor tak banyak masing-masing satu kilo lalu perbumbuan seperti bawang merah, bawang putih, cabai dan bawang bombay, bumbu marinasi instan, dan kecap, serta saos tiram. "Kamu suka seafood?"
"Aku bisa makan semuanya, Sayang."
Arimbi pun memilih cumi dan udang saja, masing-masing setengah kilo. Lanjut ke sayur Arimbi hanya membeli 2 ikat kangkung, sayur jadi seperti sop, sengaja juga beli kelapa muda parut. Untuk sayur Arimbi tak mau banyak karena cepat layu, urusan sayur beli di tukang sayur saja.
Setelah itu baru Arimbi beli beras, minyak goreng, gula, garam serta mi instan, Sabda tersenyum saat Arimbi begitu cekatan memilih bahan pokok, tak menyangka saja seorang mantan putri kampus bisa blusukan ke pasar pakai sandal jepit lagi. Sabda pun iseng memotret Arimbi dari samping saat berinteraksi dengan penjual beras.
"Lanjut ke mana?" tanya Sabda lagi yang sudah menenteng berbagai kresek belanjaan. Arimbi tertawa, pasti ini pengalaman pertama bagi sang suami berkutat dengan belanjaan pasar. Arimbi pun sengaja memotretnya.
"Menoleh ke samping," ujar Arimbi mengarahkan pose Sabda, ala-ala candid yang disetting. Mereka pun lanjut ke buah. Di stand ini, Sabda sangat menahan tawa karena Arimbi mengeluarkan jurus tawar-menawar dengan sengit pada penjual buah semangka dan satu cengkeh pisang hijau. "Udah sih, gak usah ditawar," ucap Sabda biar cepat selesai. Arimbi langsung menatap Sabda memberi kode untuk diam. Oke, Arimbi adalah penguasa bumi selanjutnya alias emak-emak.
Sampai rumah, Arimbi langsung menata belanjaannya. Rambutnya sudah dicepol ke atas, sweater dan jeans berubah jadi kaos dan celana pendek rumahan yang sempat ia bawa kemarin. Tak lupa sebelum berurusan dengan perdapuran, dia menyempatkan post foto Sabda tadi dengan caption
Permisi, suami ganteng aku lewat bawa belanjaan.
Sabda pun sama, memposting foto Arimbi tadi dengan caption Katanya mantan putri kampus 😆😆.
Kalau Sabda posting sih, cuma satu dua teman yang komen, berbeda dengan Arimbi. Ponselnya plentang-plentung sejak update status. Baru juga memasukkan beras ke wadah, tapi langsung pegang ponsel.
“Selesainya kapan coba, ayamnya keburu jadi opor,” ucap Sabda sembari memeluk sang istri dari belakang. Sengaja menyindir sang istri yang sedang membalas chat temannya. Arimbi tertawa disindir begitu, memang ponsel itu godaan paling dahsyat, bikin lupa pekerjaan saja.
“Bentar, mantan putri kampus sedang meladeni para penggemar,” giliran Sabda yang tertawa sekarang, pasti sang istri sudah membaca postingannya.
Sabda pun menyentuh cepolan rambut, lalu mencium sisi leher sang istri. Keduanya pun mulai menata bahan makanan. Sabda mengikuti perintah Arimbi untuk menata perbumbuan, lanjut memotong semangka biar nanti langsung makan saja dan diletakkan di box dimasukkan ke kulkas. Arimbi bagian membersihkan ayam, cumi dan udangnya.
“Sayang, masa subur kamu sudah lewat kan?” sebuah pertanyaan yang membuat Arimbi langsung menoleh pada sang suami. Ia saja tak memikirkan hal itu.
“Sudah kayaknya, aku gak pernah menghitung juga. Kenapa?” tanya Arimbi menatap Sabda serius. Sabda tersenyum menyodorkan potongan semangka pada sang istri. Arimbi pun heran, tapi memakan semangkanya juga.
“Tadi malam aku keluar di dalam terus, khawatir langsung jadi!” ucap Sabda malu-malu, Arimbi sontak tertawa tak lupa menabok lengan kurus sang suami.
“Emang kamu gak mau punya anak?”
“Mau, tapi jangan cepat-cepat. Belum siap aku,” jujur Sabda sambil tertawa, begitu juga Arimbi.
“Sama, aku juga belum siap buat jadi ibu. Aku masih pengen main sama kamu, pengen pacaran sama kamu dulu, kita adaptasi sebagai suami istri dulu, persiapkan mental, dana dan mewujudkan list impian.”
“Berarti mulai sekarang harus hitung masa subur kamu ya,” ucap Sabda sangat serius. Mereka sudah merasakan nikmatnya surga dunia, tak mungkin untuk tidak mengulang lagi.
Arimbi merasa terharu, sang suami begitu perhatian dengan dirinya, tak mau gegabah meski mereka sah-sah saja kalau hamil. Hanya saja, mungkin Sabda masih ada trauma ditinggal oleh kedua orang tuanya, sehingga dia berproses untuk menyembuhkan inner childnya dulu sebelum memiliki anak.
“Aku terharu loh sama kamu, sebagai seorang perempuan saja aku tak berpikir soal masa subur, bahkan belum terpikir soal pembahasan anak. Tapi kamu aware banget.”
Sabda tersenyum mendengar pujian sang istri, entahlah kenapa dia bisa sepeka itu soal rumah tangga dengan Arimbi. Semua tahapan dia pikirkan secara matang, tak mau gegabah meski terkesan menikah kemarin juga persiapannya sangat singkat.
“Ya aku jujur saja, belum siap menjadi ayah di usia muda begini Sayang, aku udah bilang kan menikahi kamu karena aku butuh teman hidup. Jadi fokus utamaku ya hidup sama kamu. Tapi saat melakukan kemarin, sadar aja kalau kamu bisa hamil juga.”
Arimbi tertawa, “Mau melakukan tapi jangan jadi dulu kan?” tebak Arimbi yang diangguki Sabda.
“Kita persiapkan semua untuk kehadiran buah hati ya Sayang. Mental menjadi orang tua tentu tak mudah juga, insyaAllah kalau kita sudah siap semua, rezeki buah hati bakal hadir kok,” Sabda kemudian mencium bibir Arimbi sekilas, merasa sangat beruntung memilih istri yang pemikirannya open minded dan bisa diajak diskusi.
“I love you,” ucap Sabda.
Arimbi pun mendekat dan mencium pipi sang suami, “ I love you too.”
Awalnya aku kira daerah jabodetabek soalnya panggilan teman & keluarganya lo gue kalo ngomong... Tapi ini semakin jelas daerahnya.. ada Kota Batu disebut... trus yg ke pantai itu daerah selatan alias Malang selatan ya Kak?
Jadi penasaran jg, kakak orang mana.. kayaknya tau banget daerah² di Jatim... ☺️